Malam yang Panjang

4 0 0
                                    

Jam dinding di kelas menunjukkan pukul 09.00, Natasha sudah menatap jam dinding itu selama hampir satu jam semenjak dirinya masuk ke dalam kelas Pengantar Akuntansi. Natasha masih memikirkan perkataan Nathan tentang alasan Reno untuk memutuskan hubungan dengan dirinya yang sebenarnya.

"Hei, jam dinding kamu liatin terus ga akan gerak." Sindir Pak Taufik, dosen pengampu mata kuliah Pengantar Akuntansi. Ia terkenal tegas dan juga paling tidak suka melihat mahasiswanya tidak aktif di kelasnya. Pak Taufik berjalan mendekati Natasha, Ia lalu mengetuk-ngetukkan spidolnya di atas meja Natasha.

Natasha tersadarkan, ia lalu tersenyum pahit melihat Pak Taufik berjalan mendekatinya.

"Maaf pak." Sahut Natasha malu.

"Memang kalau jam-nya kamu lihatin terus bisa langsung selesai begitu jam pelajarannya?" tanya Pak Taufik dengan nada menyindir. Ya, sindiran Pak Taufik memang sudah terkenal sejagad kampus. Bahkan mahasiswa terbaik pun, masih ada bahan celaan yang disiapkan Pak Taufik untuknya. Apalagi untuk Natasha, Pak Taufik punya segudang bahan celaan untuk dirinya.

"Eh, engga pak."

"Engga-engga apanya? Diperhatikan dong kalau saya lagi ngajar. Emang situ udah merasa nilainya bagus?" sindir Pak Taufik lagi. Natasha tersenyum pahit. 

"Bagusnya juga gara-gara pacar kamu." Lanjut Pak Taufik. Natasha menundukkan kepalanya. Terdengar riuhan suara teman-teman kampus Natasha mengejeknya.

"Bukannya udah putus pak?" celetuk salah satu teman kampus Natasha dari belakang. Natasha memerah mukanya. Seluruh kelas kemudian menatap Natasha, termasuk Pak Taufik. Mereka menatap Natasha dengan tatapan heran. Wajar saja, karena mereka melihat Natasha dan Reno selalu berduaan saat mau pergi kemana-mana.

"Ooh, sudah putus. Cah ayu ini, galau ternyata mandangin jam?" tanya Pak Taufik sambil mesem. "Putus dicinta, cah ayu. Putus saja sampe segitunya." Sahut Pak Taufik menggelengkan kepalanya, ia lalu pergi meninggalkan Natasha dan kembali mengajar.

Terbongkar sudah semuanya, ingin rasanya Natasha pergi berlari meninggalkan ruangan kelas Pak Taufik. Tapi Natasha masih punya kesadaran, kalau sudah urusan nilai dan ipk itu beda cerita. Natasha berusaha menahan emosinya sampai pelajaran Pak Taufik usai.

Selesai kelas, Natasha langsung turun ke bawah menuju perpustakaan. Sinar matahari sore mulai menyinari gedung kampus Natasha. Natasha memasuki perpustakaan dengan tatapan bete setelah ia disindir terus menerus oleh Pak Taufik selama jam pelajaran. Nafas Natasha tak beraturan, ia benar-benar tidak bisa melupakan perkataan Pak Taufik saat di kelas.

Natasha langsung duduk dan membanting tas tote bag-nya ke atas meja, ia melihat Nathan yang sedang mengetik tugas kuliahnya di perpustakaan. Nathan terlihat tidak peduli dengan kehadiran Natasha, ia memang sudah biasa melihat Natasha yang selalu marah-marah tidak jelas dan murung setiap saat semenjak Natasha dan Reno berpisah.

"Than! Masa hari ini Pak Taufik ungkit-ungkit hubungan gua sama Reno. Nyebelin banget kan!" curhat Natasha. Nathan masih fokus mengerjakan tugas kuliahnya.

"Iya." Jawab Nathan tak peduli. Natasha mencolek bahu Nathan meminta dia untuk lebih fokus mendengarkan dirinya.

"Ih, Than. Dengerin gua bentar." Sahut Natasha. Nathan mengalah, ia akhirnya menutup laptopnya dan mendengarkan Natasha.

"Iya-iya, kenapa Nat?"

"Gila ya, Pak Taufik bisa nyindir-nyindir gua begitu. Emangnya dia pikir move on gampang apa? Ini tuh perkara hidup dan mati Than. Lu tau sendiri kan, berapa banyak orang di Indonesia yang bunuh diri cuman gara-gara putus cinta." Natasha mulai menggebu-gebu, ia berharap Nathan mendukung dirinya.

Have a Nice Date!Where stories live. Discover now