Kebahagiaan Kecil

67 3 0
                                    

POV Xiao Xingchen

.

.

.

Setelah memberikan matanya pada Song Lan, Xingchen menutup kedua matanya dengan kain putih polos. Xingchen tak bertemu lagi dengannya, kakinya terus berjalan, pedang terus diayunkan tak henti.

Lelaki berjubah putih tanpa rasa ragu terus melangkah maju namun disetiap langkah itu membawa keyakinan dan juga kebaikan dalam dirinya.

"Gege," panggil seorang gadis berambut panjang diikat model hair bun, ditangannya memegang erat tongkat bambu sebagai penunjuk jalan, kedua mata gadis ini putih.

Gadis ini mengikuti Xingchen layaknya orang normal, ia memakai tongkat itu disaat-saat tertentu saja, sang gadis memanfaatkan matanya yang putih agar dikira buta.

"A-Qing, ada apa?"

"Gege punya permen?"

"Tadi 'kan sudah."

A-Qing cemberut, ia masih ingin mencicipi permen pembrrian Xingchen dua bungkus masih belum cukup. "Aku masih ingin gege."

"Dua bungkus sehari cukup."

"Hump, gege pelit," ucap A-Qing sambil memeluk tongkat bambubya gemas.

"Itu untuk kesehatanmu, kalau kebanyakan nanti gigimu sakit."

"Gigiku kuat." A-Qing memperlihatkan deretan gigi putihnya pada Xingchen.

Xingchen tersenyum lembut, shuānghuá yang berada di tangan kanannya berpindah ke tangan kiri lalu tangan kanan Xingchen meraih pucuk kepala A-Qing dan mengelusnya lembut.

"Besok lagi ya."

Setelah mengusap kepala A-Qing senyum lembut memudar dari wajahnya, dan kembali berjalan menyusuri jalan setapak.

A-Qing melepaskan rasa kesalnya pada tanah menggunakan tongkat bambu tetapi A-Qing tidak akan memaksakan kehendaknya karena mau bagaimana pun Xingchen akan menjawab dengan kalimat yang sama. A-Qing mengekor Xingchen sekaligus ia akan menjadi penanda untuk berhenti atau lanjut berjalan.

"Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi."

Teringat kalimat itu secra tidak sadar membuat Xingchen menghentikan langkahnya kemudian jarinya menyentuh kain putih penutup kedua matanya.

"Xingchen gege, ada apa?" tanya A-Qing dengan nada khawatir, akhir-akhir ini dia melihat gegenya memasang raut sedih namun selalu disembunyikan dengan senyuman.

"Ah ... maaf A-Qing, ayo kita lanjut jalan."

Mata A-Qing menatap Xingchen sambil memajukan bibir bagian bawahnya. "Hummmm ... kita ini mau kemana sih?"

"Berburu tentu saja."

"Ahhh!" A-Qing berteriak kaget sambil menunjuk ke arah depannya, dia melihat seorang pria bertubuh tinggi memakai pakaian serba hitam, dipinggangnya tersampir sebuah pedang, warna kulitnya pucat. "Gege! Ada hantuuu! Hantuuuu!"

"Tidak ada hantu A-Qing, shuānghuá tidak bereaksi apapun."

A-Qing berjalan mendahului Xingchen sambil mengetukkan tongkat bambunyake tanah, setelah ia sudah dekat dengan hantu itu kedua tanganya memukai mengayunkan tongkat bambu ditangannya dengan membabi buta pada kaki si hantu.

"AKU TIDAK BERBOHONG DAOZHANG! AKU SEKARANG SEDANG MEMUKUL KAKINYAAA!" teriak A-Qing heboh. "Rasakan ini! Aku tidak akan membiarkanmu membunuh daozhang!"

"A-Qing, hentikan, dia bukan hantu jahat."

A-Qing berhenti, manik gadis itu naik untuk melihat wajah hantu yang tetap diam meskipun sudah dia pukul berkali-kali. A-Qing menarik maniknya ke bawah cepat-cepat, ia harus tetap terlihat seperti orang buta.

"Xingchen gege."

"A-Qing."

A-Qing cemberut lagi. Gadis kecil ini pun menyerah dan memilih untuk kembali ke sisi Xingchen.

"Xingchen, siapa anak itu? Kenapa dia bersamamu?"

Xingchen terkejut mendengar suara itu, raut wajahnya berubah cemas sekaligus khawatir seolah menolak mendengar suara itu lagi. Tak percaya juga karena seharusnya ia tidak bertemu dengan orang itu lagi.

"Zi ... chen...?"

Satu langkah diambil oleh pria itu. A-Qing bersembunyi di belakang punggung Xingchen, kedua tangannya meremas lengan baju putih Xingchen, manik putihnya menatap pria misterius penuh kecurigaan.

Setelah berdiri berhadapan dengan Xingchen, pria misterius itu berbicara, "Xingchen, aku mencarimu ... maafkan aku ... aku telah berkata seperti itu padamu ... aku hanya ... tidak ingin kamu ... terluka...," ucapnya lirih, tangan kanannya terangkat perlahan, meraih wajah Xingchen.

"Ja--JANGAN SENTUH DAOZHANG HANTU JA--JAHAT!" jerit A-Qing agak terbata.

Pria itu melirik A-Qing dan A-Qing langsung menutup mulutnya erat-erat, gematar takut, kedua matanya memutuskan untuk melihat ke bawah.

"Zichen, apa benar ini kau?"

"Setelah Xueyang membutakan mataku ... dia juga mengubahku menjadi mayat hidup dan aku sangat bersyukur bisa mendapatkan kesadaranku kembali."

"Gege kenal hantu ini?"

Xingchen menengok ke A-Qing. "Tentu, dia adalah teman berkultivasiku, Song Zichen." Lalu Xingchen tersenyum.

Salju datang Ketika Bulan sedang Tersenyum |Mo Dao Zu Shi FANFICTION|Where stories live. Discover now