Awalnya

13 3 2
                                    

"Yang kucinta itu kamu Dawa. Tetaplah bersamaku. Biarpun aku sudah menikah dan punya anak, aku tetap tak bisa melupakanmu."

"Apa Mas Danu tidak bohong?"

"Percaya sama mas sayang."

Wanita bernama Dawa mulai senyum-senyum. Pria bernama Danu itu segera meraih jemari Dawa dan memegangnya dengan erat. Dikecupnya punggung tangan wanita yang nampak berbunga-bunga.

Mereka saling pandang. Yang satu penuh nafsu dan yang satu malu-malu tapi mau.

"Pa."

Suara yang pelan namun membuat Danu terkejut bukan main. Tangan Dawa langsung dikibaskan membuat wanita itu berseru, "Aw!" dengan wajah kesal.

Danu langsung berdiri dari kursinya dan dengan panik memberi senyuman canggung pada gadis berseragam SMP yang menatapnya datar.

"Ru-Runi sayang kok kamu ada di sini?" tanya Danu pada putri semata wayangnya yang entah bagaimana bisa ada di hadapannya.

"Pulang pagi," jawab Runi santai sambil matanya melirik wanita yang tadi pegangan tangan dengan papanya.

"Kok gak langsung pulang malah main. Sama siapa kemari?"

"Biasa. Ruth sama Egi."

"Ooh sama mereka." Danu melihat kearah Dawa yang sudah manyun. Pria itu meringis.

"Pa, ini siapa?" tanya Runi masih dengan wajah datar.

"Ah, Runi ikut papa sebentar yuk." Danu segera menggelandang Runi keluar dari restoran sushi yang ada di lantai tiga Mall Gelandang.

Begitu mereka sudah berada di liar restoran, Danu segera melihat sekitar. Dia tak melihat kehadiran dua sahabat putrinya itu. Dia sedikit tenang.

"Runi mau uang jajan lagi nggak?!" tanya Danu dengan senyum lebar.

"Mau dong, Pa." Runi tersenyum.
Danu segera merogoh dompet di kantong celananya. Dikeluarkannya lima lembar uang seratus ribuan.

Runi dengan wajah girang hendak mengambil uang warna merah itu, tapi Danu menariknya kembali.

"Tapi ingat ya jangan bilang sama mama," ujar Danu tanpa menjelaskan panjang lebar.

Runi mengangguk empat kali. Dia segera menyambar uang tutup mulut itu.

"Bagus-bagus. Anak papa emang pinter." Danu menepuk-nepuk kepala Runi pelan.

Tak membuang-buang waktu, Runi segera pergi meninggalkan papanya dan restoran sushi.

"Woy Run darimana aja dicariin juga!" protes Egi dengan tangan bersedakap.

"Pipis," jawab Runi.

"Laper." Ruth muncul dari belakang Runi lalu merangkul gadis yang lebih pendek darinya itu.

"Yuk makan, aku traktir!" Runi memperlihatkan isi kantong seragamnya pada Ruth.

"Wow!" mata Ruth langsung berbinar-binar.

Egi langsung berubah ceria.
"Pizza Time!" ujarnya.

***
"Btw banyak banget tuh duit? Pipis lu keluar duit?" tanya Egi.

"Bruuuuh." Ruth melepaskan cola dari mulutnya hingga menyembur ke wajah Egi yang duduk di sampingnya.

Runi hanya tersenyum lalu memberikan tisu pada Ruth dan Egi.

"Jadi kita makan pake duit pipis?" tanya Ruth dengan wajah syok dan suara yang menggelegar hingga menarik perhatian pengunjung lain.

"Bangke nih anak suaranya!" protes Egi sembari melap wajahnya.

"Kalau iya sepertinya seru juga," ujar Runi tak telihat malu sama sekali dengan aksi kedua sahabatnya.

"Runiiii!"

***
Runi pulang tak lama kemudian. Masih lama dari waktu pulang sekolahnya. Rumah nampak sepi, tapi ada mobil di depan rumah. Runi berjalan santai memasuki rumah lewat pagar seukuran pintu satu daun yang mengarah ke taman dan langsung menuju kamarnya. Tentu saja semua ini permintaannya dan dia juga memiliki kuncinya.

Matanya menatap mobil berwarna silver itu.

Ganti lagi?

Runi hanya menyunggingkan senyum lalu berjalan santai menuju kamarnya.

Tanpa berganti seragam dia ambruk ke kasur empuknya.

Jemarinya aktif menscrol layar ponselnya. Dia tersenyum kecut melihat akun Gopaenya yang bersaldo delapan digit.

Uang Runi banyak. Tapi itu bukan dari dia gemar menabung atau menyisihkan uang sakunya.

Itu semua uang 'tutup mulut' dari papanya dan juga mamanya.

Sejak kapan? Lama.

Ya, dialah orang ketiga diantara mama papanya. Orang ketiga yang tahu semua rahasia orang tuanya.

Kalau papanya punya WIL, maka mamanya punya PIL. Dan sebagai orang ketiga, Runi mendapat imbalannya.

Sedih, marah semua ada di masa lalu, sekarang dia lebih bisa menerimanya.

Menjadi orang ketiga tak begitu buruk juga. Runi Maharani adalah orang ketiga dan dia bahagia.

***

Halo-halo aku kembali dengan cerita baru yang ringan-ringan saja buat pemanasan.

Yuk jangan lupa voment ya kawan²

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 08, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Orang KetigaWhere stories live. Discover now