Sedikit heran dengan hubungan mereka yang berubah drastis. Bagaimana tidak jika dari awal masuk SMA hingga mereka naik di kelas sebelas, tidak sedikitpun keduanya terlihat pernah berbicara atau bahkan saling menyapa? Rea yang hidupnya hanya diisi dengan Nathan, dan Bara yang hidupnya hanya diisi dengan kesendirian, keduanya bahkan terlihat saling abai, tapi sekarang?

Agam menoleh hendak menengok ke arah Bara, tapi tatapannya harus berhenti saat melihat Nathan yang mukanya tidak karuan sembari menatap ke arah Bara. Apakah cowok itu cemburu?

Bohong jika Nathan berkata tidak cemburu. Nyatanya hatinya panas sejak kemarin karena melihat foto Rea berada di snapgram Bara. Padahal memang hanya masalah sepele, tapi kenapa ia harus merasa secemburu ini? Bukankah dulu ia sama sekali tidak pernah peduli apa yang dilakukan gadis itu? Harusnya juga ia tidak merasakan itu karena bagaimanapun Rea adalah adik tirinya.

Nathan terus memperhatikan Bara yang sibuk memainkan handphone-nya sesekali menahan senyumnya, karena penasaran cowok itu memilih menoleh ke arah meja dimana Rea duduk. Disana terlihat gadis itu sesekali memainkan handphone-nya disela-sela perbincangan dengan Savita dan Vanya.

Terjawab sudah alasan Bara menahan senyumnya. Pasti cowok itu tengah berkirim pesan dengan Rea. 

Nathan berdiri dari duduknya dan melangkah menjauh dari perkumpulannya menuju keluar kantin tanpa bicara apapun.

"Eh, Nath! Mau kemana lo?" tanya Gilang dengan suara keras sembari menatap punggung Nathan yang menjauh.

"Panas dia?" Galang menyenggol lengan kembarannya, bertanya kepada cowok itu tetapi tatapannya juga sama mengarah ke arah punggung Nathan. Gilang yang disenggol menatap kembarannya dengan kening berkerut bingung.

"Yakali dia cemburu. Dia kan gak ada perasaan sama Rea," celetuk Vano tanpa beban, diakhiri dengan tawanya yang renyah seolah-olah perkataannya adalah lelucon. Padahal diantara banyak orang disana, hanya Vano yang tertawa. Semuanya hanya diam, memperhatikan dengan kening berkerut samar saat melihat Bara menatap sinis Vano yang masih setia tertawa.

Vano yang sadar tidak ada yang ikut tertawa bersamanya mulai menghentikan tawanya, menatap bergantian ke arah teman-temannya yang menatapnya aneh. Terakhir ke arah Bara yang masih menatapnya sinis.

"Salah ya?" tanyanya tanpa rasa bersalah.

••••

Vera tengah berjalan bersama teman-teman sekelasnya menuju ke kantin. Sedari tadi mereka─para siswi kelas XI IPA 1─ berdiskusi tentang tugas yang diberikan guru biologi, hingga membuat mereka baru bisa pergi ke kantin saat jam istirahat bahkan sudah berjalan lebih dari lima belas menit.

"Nanti mau pesen apa kalian? Nanti gue yang pesenin," salah satu cewek yang berada di sekumpulan itu dengan nametag bertuliskan 'Larasati Putri' bersuara, bertanya kepada teman-temannya.

"Pengen mie ayam sama es jeruk deh," cewek yang berjalan paling depan menyahut sambil sesekali menoleh ke arah Laras.

"Boleh juga tuh. Yang lain gimana?" gadis yang berjalan di samping Vera─Juliana─ menyahut sedangkan yang lain mengangguk setuju terkecuali Vera.

Gadis itu sedari tadi tidak memperhatikan percakapan teman-temannya, melainkan terfokus memperhatikan Nathan yang berjalan berlawanan arah dengan wajah kakunya. Vera tersenyum lebar saat akan berpapasan dengan Nathan dan bersiap untuk menyapa cowok itu. Tetapi ia urungkan saat menyadari bahwa Nathan sedikitpun tidak melirik ke arahnya.

Ada apa dengan Nathan?

"Ver, lo mau pesen apa?" Juliana menoleh ke arah Vera yang sedari tadi hanya diam sembari menyenggol lengan gadis itu. Vera sedikit kaget saat kesadaran menghampirinya, menoleh ke arah Juliana dengan raut bingung sebentar sebelum akhirnya memasang wajah biasa lagi.

Am I Antagonist? Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ