1. It's Not Easy

9 0 1
                                    



"Kenapa pilih Astronomi? Kenapa kamu nggak pilih Teknik Sipil saja? Lihat, tuh, si Mauren cepat dapat kerja dan sudah enak di kantoran karena dia lulusan Teknik Sipil." Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di telingaku. Bahkan ibuku sendiri pun tidak mendukung keputusan dan cita-citaku, Ibu selalu membandingkanku dengan anak tetangga yang kebetulan rumahnya berseberangan dengan kontrakan yang kami tinggali.

Tiga bulan yang lalu, seharusnya aku bisa diterima di Perguruan Tinggi Negeri impian diluar kota, namun Ibu dan Ayah tidak setuju lantaran biaya. Alhasil, aku terpaksa menolak jalur undangan yang seharusnya menjadi langkah selanjutnya aku meraih cita-cita.

"Memangnya kamu tahu prospek kerja lulusan Astronomi? Menjanjikan atau tidak? Masa depan kamu gimana?" Begitulah Ibu saat mengetahui aku akan mengambil jurusan Astronomi, yang selalu ada di pikiran Ibu hanyalah uang, uang, dan uang.

Kini aku hanya seorang lulusan Sekolah Menengah Atas, pengangguran sudah terhitung dua bulan. Aku sempat melamar pekerjaan dibeberapa tempat, namun belum juga ada panggilan. Sedangkan Ibu dirumah selalu marah-marah karena aku tak kunjung dapat pekerjaan dan melihatku hanya berkutat dengan ponsel.

"Kamu ini pemalas, cari kerja sana! Bukannya membantu malah nyusahin!" Teriaknya begitu, hampir setiap hari. Aku hampir stress dan selalu tertekan berada dirumah yang seharusnya jadi tempat paling nyaman untuk aku berkeluh kesah dan berbagi cerita.

Aku paham, Ibuku marah-marah karena hutang dirumah semakin menumpuk, sedangkan kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Juga, pekerjaan Ayah yang penghasilannya tidak seberapa membuat keluarga kami serba kekurangan. Adikku berada di kampung halaman, tinggal bersama Budhe hanya berdua semenjak Nenek meninggal. Satu hal yang aku syukuri, adikku tidak ikut tinggal di Ibu Kota, kasihan.

Dua minggu kemudian, aku ingat sekali waktu itu bulan Juli pertengahan, aku mendapat panggilan interview di suatu perusahaan besar. Tentunya posisi yang aku lamar hanyalah seorang pramuniaga. Apa yang bisa diharapkan dari seorang lulusan SMA, bukan? Hahaha.

Dengan senang aku mendatangi tempat yang sudah diinformasikan, dan betapa terkejutnya pada saat aku baru menginjakkan kaki disana, ada ratusan kandidat lain yang mengantri untuk interview. Karena ini pertama kalinya, aku merasa sangat gugup, dan pada saat aku dipanggil, perkenalanku jadi belepotan tak terarah.

Aku gagal. Batinku.

Aku pulang dengan perasaan kecewa dan tubuh yang lemas, mengantri selama tiga jam untuk mendapat giliran interview, lalu aku malah menghancurkannya. Bodoh sekali.

Sesampainya dirumah, aku bercerita pada Ibu. "Kok bisa? Kamu nggak latihan, sih." Ternyata reaksi Ibu tidak sesuai ekspektasi. Aku kira Ibu akan bilang bahwa semua akan baik-baik saja, lantaran aku baru pertama kali menjalaninya. Nyatanya tidak.

Malamnya, saat Ayah pulang dari bekerja, Ibu dan Ayah bertengkar hebat, di kamarku. Aku yang masih bisa mendengar suara teriakan mereka dari ruang tamu, hanya bisa menggigit bibir menahan tangis, menaikkan volume televisi agar tetangga tidak terdengar, dan merebahkan tubuhku diatas kasur lipat memandangi atap.

Capek. Aku lalu menangis diam-diam. Merasa tidak berguna dan hanya menjadi beban.

Hari-hari berlalu, setiap harinya aku disuguhi oleh pertengkaran Ibu dan Ayah, tak lupa kata-kata sengit dari Ibu karena aku tak kunjung mendapat pekerjaan. Aku hanya bisa berdoa, memohon kepada Sang Pencipta agar lekas mendapat pekerjaan.

"Pergi sana kamu dari rumah ini! Hidupnya main ponsel melulu, pengangguran, kamu nggak berusaha cari pekerjaan lain?!" Klimaks yang kuhadapi di akhir bulan Juli. Pada saat itu aku hanya sedang menonton televisi ditemani ponsel, sesekali aku scroll postingan lowongan pekerjaan. Namun tiba-tiba saja Ibu marah-marah dan menyuruhku pergi dari rumah.

Ya Tuhan, nggak kuat. Aku berdiri setelah beberapa saat emosi Ibu mereda. Aku menuju dapur, berdiri tepat dihadapan peralatan memasak, hampir mengambil pisau untuk menggores nadi.

🌻

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 06, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

She Used to be MineWhere stories live. Discover now