Chapter 23| rasa sakit

75 7 5
                                    

Pada dasarnya janji mu hanya
Akan menjadi sampah yang tidak bisa
Di daur ulang.

Happy reading babe❤️

*****

Lucy membereskan perkakas sekolah nya.
Ia melirik jam dinding yang menggantung diatas papan tulis, masih jam 2.45 siang.
Ya lucy pulang cepat hari ini.

Ia berencana akan menemui max diam-diam di sekolah nya memberi kejutan.
Memang benar lucy tak terlalu mempermasalahkan hal sepele seperti max berpegangan tangan atau berpelukan dengan mantan nya, itu hanya bagian dari masalalu max, mungkin hanya rindu karna rindu datang nya tak terduga, lucy masih bisa memakluminya.

Sebetul nya lucy hari ini terus berpikir tentang max, karna semalam ia bermimpi bahwa orang lain mengungkap kan bahwasanya max menyukai wanita lain, yang membuat dirinya resah adalah bukan max yang mengungkapnya sendiri.

Tapi lucy terus membuang pikiran negatif nya itu, ia sedikit terkekeh mana mungkin max menyukai orang lain sedangkan hari-hari nya di penuhi oleh game.

Cukup dengan ojol lucy sampai dalam waktu hanya 10 menit.
Sekolah lucy dan sekolah max sangat dekat bukan karena jarak namun kedua sekolah ini memang sudah ada ikatan antara SMA dan SMK.

lucy menunggu di depan gerbang mencari kiki teman satu bangku nya saat di kelas IX dulu.
Kiki melambaikan tangan nya.
Kedua nya memasuki kantin karna masih dalam waktu kbm.

"Lo beneran lagi ga ada guru kan ki?" Tanya lucy ketika mereka duduk.

"Serius"

"Terus max mana?"

"Ga tau tuh anak, tadi si masih duduk di depan kelas cuman gue tinggal sebentar udah ngilang aja"

Ponsel lucy bergetar ada whatsapp masuk akan tetapi nomor yang tertera tanpa nama.
"Lo mau tau max dimana?
Noh lagi bucin sama alodie di taman belakang"

"Ki disini ada taman belakang?" Tanya lucy, sorot mata nya mulai serius.
Permasalahan nya sekarang bukan siapa tapi kenapa.

"Lo ngapain nanya taman sekolah?"

"Udah buruan gua pengen kesana"

Lucy dan kiki menuju taman belakang, sebenar nya lucy tak percaya, ia ingin memastikan si pengirim pesan itu sakah dan hanya ingin ia dan max pisah.

Keduanya sampai seketika dada lucy sesak, air matanya jelas jatuh tak terbendung.
Tatapan nya kosong melihat max dengan senang bahunya di jadikan tempat bersandar wanita lain.
Lucy ingin cepat pergi dari tempat ini.

"Lo mau kemana?" Tanya kiki mencegah lengan lucy.

"Pulang" jawab nya dengan suara parau.

"Gua anter ya?" Tawar kiki khawatir.

"Gausah" balas lucy melangkah pergi

Lucy berjalan menuju pintu gerbang dengan tubuh gemetar, hampir semua yang melewati lucy membicarakan nya.
Sebab ia mengenakan batik yang berbeda.
Ia berkali-kali menyeka air matanya berharap tidak meluncur deras di tempat yang tidak seharus nya.

Dream🌙 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang