Taeyong yang tidak tahu apa-apa, berjalan kemana bodyguard Jaehyun membawanya.

Saat tengah menyirami tanamannya dengan pupuk tadi, tiba-tiba beberapa bodyguard Jaehyun datang dan membawanya untuk mengikutinya. Tidak mau kepalanya ditembak, Taeyong segera meletakkan pupuk yang tengah ia pegang dan mengikuti kemana bodyguard-bodyguard itu membawanya. Sampai tibalah ia disini, sebuah tempat yang mirip seperti hutan.

Taeyong tahu, tempat ini adalah hutan yang berada di belakang kediaman Jung. Tapi ini bukanlah hutan umum, hutan ini hanya milik keluarga Jung. Di dalam hutan ada lapangan tembak, golf, bahkan air terjun buatan pun ada.
Taeyong tidak pernah mau tahu seberapa kaya seorang Jung itu sebenarnya.

Jika dihitung, sang Ace tidak memiliki banyak pembantu. Ia hanya memiliki sekitar 30 pembantu termasuk di dalamnya kepala pembantu, tukang parkir, tukang kebun dan lain sebagainya. Bedanya adalah mereka profesional, tidak suka bermalas-malasan.

"Diantara kalian ada yang menjual informasi mengenai diriku, mengaku lah!" Jaehyun masih setia menautkan alisnya, semakin lama tautan itu semakin dalam. Tidak ada seorang pun yang mengakui hal itu membuat tautan alis sang Ace semakin dalam.

"MENGAKULAH BANGSAT!" Jaehyun berteriak, ia muak. Tidak disangkanya bahwa salah seorang yang ia terima menjadi pembantu di rumahnya justru menjual informasi mengenai dirinya.

Yang Jaehyun tidak terima adalah ternyata orang itu menjual informasi mengenai anak-anaknya. Jaehyun tidak terima, kedua anaknya adalah segalanya. Dengan orang itu menjual informasi mengenai anaknya, sama halnya dengan orang tersebut mengancam keselamatan anak-anaknya. Hal itulah yang membuat Jaehyun marah melebihi apapun.

"Aku tau sekarang, siapa dari kalian yang menjual informasi itu, KAU!" Jaehyun menunjukkan tangannya ke arah seseorang yang sedari tadi ketakutan, dia adalah Taeyong.

Sekarang taeyong semakin takut, ia semakin gemetaran. Dengan keberanian yang tersisa seujung kuku itu, Taeyong melangkahkan kakinya pelan mendekat ke arah sang Ace.

"DAN KAU!" Tidak disangka-sangka, Jaehyun ternyata menunjuk seseorang yang lain. "Majulah brengsek!"

Seorang pria dengan rambut berwarna coklat kotor itu berjalan mendekat ke arah Jaehyun, ia berjalan dengan penuh percaya diri. Setibanya Taeyong dan pria berambut coklat kotor itu dihadapan Jaehyun, terlihat jelas dimata sang Ace siapa pelaku yang sebenarnya.

"Ucapkan apapun yang membuatku percaya jika bukan salah satu diantara kalian pelakunya." titah Jaehyun, matanya tajam melihat kearah Taeyong yang ketakutan. Keringat dingin mulai mengalir di pelipis Taeyong. Melihat itu kerutan yang ada di dahi Jaehyun mengendur sedikit, senyum lemah terukir di bibir Jaehyun, tidak ada seorang pun yang menyadari itu.

" Aku! Aku tidak mungkin menjual informasi yang berkaitan dengan anda, Tuan Ace. Aku menghormati anda dengan sangat, aku tidak akan melakukan hal serendah itu, Aku-"

Timah panas menembus tepat di tengah kening pria itu, hal itu membuat yang lain berteriak kecil, jangankan mereka bahkan Taeyong rasa-rasanya akan pinsan saat ini. Setelah menembak pria itu, Jaehyun melangkahkan kakinya menjauh dari tempatnya berdiri tadi.

Taeyong ia gunakan sebagai pemancing agar pelaku mudah untuk terlihat. Dan selesai sudah, sang pelaku menunjukan dirinya.

.

.

.

.

.

Taeyong mengetuk pintu besar yang ada di hadapannya itu dengan pelan, sementara tangan satunya ia gunakan untuk membawa nampan yang diatasnya terdapat secangkir teh hangat. Setelah dipersilahkan masuk, Taeyong bisa melihat sosok Jaehyun yang tenggelam dengan pekerjaannya.

Devil's Claw • [ JAEYONG ] • [ END ]Where stories live. Discover now