(25) A Day In Gymnasium

1.5K 152 15
                                    

Tiga tahun pun berlalu. Anak kembar itu kini berumur tiga tahun, di mana keduanya sudah dapat berjalan dengan lancar.

Jika berbicara mengenai sifat keduanya, Maruto cukup hiperaktif, sedangkan Haruto cukup pendiam dan pemalu. Terkadang Maruto membuat (Name) kewalahan menanganinya.

"Mama, mau main sama Paman Hinata," ujar Maruto menunjuk ke arah lapangan.

Terlihat Hinata melambaikan tangannya seperti mengajak Maruto untuk ke sana. (Name) tersenyum melihatnya.

"Yaudah sana, jadi anak baik ya, Maru," ucap (Name).

Maurto yang mendengarnya langsung berlari ke arah Hinata. Hinata langsung menggendong Maruto dan mengajaknya ke kantin bersama.

"Haru mau main juga?" tanya Atsumu pada Haruto yang berada di pangkuan (Name).

Tampaknya Haruto cukup pendiam hari ini, anak itu tidak berbicara banyak, namun (Name) dan Atsumu tahu kalau anak itu ingin bermain seperti Maruto.

Dia memang pendiam, namun semuanya dapat dibaca dari tatapan matanya.

"Mau main bola?" tanyanya lagi.

Haruto menatap ayahnya. Atsumu tersenyum dan mengulurkan tangannya. Dengan pelan, Haruto meraih tangan Atsumu. Pria itu pun menggendongnya dan membawanya ke pinggir lapangan yang banyak terdapat bola voli.

Atsumu pun menurunkan Haruto. Tangan kecilnya mengambil bola voli dan melemparnya ke arah Atsumu.

"Lempar yang tinggi," ujar Atsumu melihat Haruto yang bersemangat.

Dengan bersemangat Haruto melempar bola itu dengan sekuat tenaga, namun malah ke arah yang salah.

Bola itu mengenai kaki Sakusa yang sedang berdiri tak jauh dari mereka. Melihat Sakusa yang menatap ke arahnya, anak itu langsung berlari mendekati Atsumu dan bersembunyi dibalik tubuh ayahnya.

Atsumu tertawa melihat Haruto yang takut dengan Sakusa. Dia pun menggendongnya dan menghampiri Sakusa. Haruto tak berani mengangkat wajahnya.

"Haru, ayo minta maaf sama Paman Sakusa, tadi kan bolanya kena paman," ujar Atsumu.

Sakusa hanya terdiam sembari melihati Haruto.

"Haru-chan," sapa Sakusa sembari mengulas senyum kecil.

Haruto pun mengangkat wajahnya perlahan, melihat Sakusa yang tersenyum, membuat rasa takutnya sirna perlahan.

"Paman orang baik kok," ucap Sakusa.

Atsumu menahan tawanya.

"Gomenasai," ucap Haruto pelan.

Sakusa terdiam sejenak.

Lucu banget, batin Sakusa.

"Gak apa, Haru-chan," ujarnya tersenyum sembari mengelus kepala Haruto.

"Ayah," ucap Haruto menatap ayahnya.

"Kenapa?" balasnya lembut.

"Maru," tuturnya.

"Maru sebentar lagi ke sini kok, baby," jawab Atsumu mengecup kening Haruto.

Sakusa tertawa pelan, "Lucu banget."

"Makanya nikah!" tukas Atsumu sambil tertawa.

"Nantilah!" tuturnya.

"Haruuu!" teriak Maruto yang baru saja memasuki lapangan.

Anak itu menoleh dan tersenyum.

"Maru."

Maruto berlari menghampiri Atsumu dengan sekantung berisi snack di tangannya. Anak itu membuka kantung tersebut.

"Lihat! Paman Hinata membelikan ini semua untuk kita," ucapnya dengan bersemangat.

Atsumu terkejut melihatnya, "Ya ampun banyak banget. Hinata, ini terlalu banyak."

Hinata tertawa, "Gak apa Miya-san, sepertinya dia senang sekali."

Atsumu melihat keduanya yang sangat antusias membuka kantung belanja tersebut.

"Arigatou, Hinata-san."

Haruto dan Maruto menghampiri Hinata, keduanya membungkukkan badan.

"Arigatou, Paman," ucap mereka bersamaan.

"Aku akan memakannya sampai habis," tukas Maruto cepat.

"Aku juga," ikut Haruto.

Hinata dan Atsumu tertawa melihat tingkah keduanya yang langsung pergi membawa kantung tersebut ke arah (Name).

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Miya Atsumu X ReaderWhere stories live. Discover now