"Apa maksudmu?"

"Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya tidak tega melihatmu seperti ini. Kau juga berhak bahagia, Sakura."

Gadis musim semi itu terdiam. Ia menghargai usaha sahabatnya untuk memastikan dirinya bahagia. Namun entah mengapa, ia merasa sedikit janggal dengan perkataan Ino. Selama ini, gadis berambut pirang itu selalu menguatkan dirinya ketika hatinya rapuh karena lelah akan penantian panjang. Bahkan Ino tak segan membalas perkataan menyimpang orang-orang yang mengatakan bahwa Sakura tidak laku atau sok jual mahal. Selama ini, Ino selalu membantunya, menghiburnya serta memberi support padanya. Ketika mendengar Ino mengatakan hal yang berbanding terbalik dari biasanya membuat Sakura merasa sedikit aneh.

"Ino-"

"Satu lagi, Sakura. Terkadang yang terlihat baik untukmu tak sepenuhnya benar-benar baik."

"Eh?"

Iris aquamarine itu menatapnya dengan serius kemudian melanjutkan, "Buka matamu dan lihat sekitarmu. Jangan buat dirimu terpaku pada satu hal saja."

Sakura melongo mendengar perkataan Ino. Gadis itu buru-buru bangkit, melayangkan tatapan bingung pada sahabatnya itu.

"Tunggu."

Sakura menahan tangan Ino. Wajahnya terlihat serius sekarang. Meski demikian, Ino tetap terlihat tenang. Ia adalah orang yang tidak mudah tersulut dengan hal-hal seperti ini, membuat Sakura tak dapat menebak lebih jauh mengenai apa yang tengah disembunyikan oleh Ino terhadap dirinya.

"Katakan padaku, kau pasti tau sesuatu tentang Sasuke-kun, kan?"

Ino menghela napas. Cepat atau lambat, Sakura pasti akan menanyakan sesuatu mengenai Sasuke padanya. Namun, bukan hak Ino untuk memberitahu soal ini. Si bungsu Uchiha itu harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, jadi Ino tak perlu mengotori tangannya untuk mengurus urusan orang lain.

"Kau akan tau nanti, Sakura."

***

"Apa karena itu banyak meteor yang jatuh belakangan ini?"

Suara berat khas dirinya mengudara, menggema di ruangan yang luas ini. Seorang wanita berkacamata yang diduga sebagai ahli astronomi yang dibawa Kakashi sebagai pendamping dirinya di pertemuan ini- maju selangkah lalu berkata, "Biar saya jelaskan."

"Jika bulan dan bumi saling berdekatan, gravitasinya akan saling tarik menarik. Jika sudah mencapai jarak tertentu, permukaan bulan akan mulai pecah."

Beberapa saat kemudian, sebuah alat di atas meja para kage memproyeksikan ilustrasi bulan yang perlahan mendekat ke bumi. Digambarkan pula beberapa lapisan luarnya yang hancur dan jatuh ke bumi. Para kage mengamatinya dengan seksama seiring dengan penjelasan dari Itami.

"Pecahan itu akan jatuh ke bumi dan bulan akan terkikis habis. Jika kita tidak bertindak maka-"

"Bulan akan hancur," ujar sang Raikage.

"Apakah ini fenomena alam? Atau jutru ini adalah ulah manusia?"

Pertanyaan dari Mei, sang Mizukage membuat keempat Kage lainnya tersentak. Kakashi selaku Hokage setelah Tsunade pun mengangguk. Ia menatap Kage lain di depannya dengan serius lalu menanggapi, "Pertanyaan yang bagus."

***

"Tampaknya ini masalah yang cukup besar," gumam Kankuro begitu ia beserta kakak dan adiknya sampai di tempat persinggahan. Pertemuan kali ini dilakukan di Kirigakure. Jarak yng mereka tempuh selama perjalanan pun lebih panjang dibandingkan dengan jarak dari Suna ke Konoha. Pemuda berambut merah itu tampak sangat lelah. Begitu sampai di penginapan, ia langsung menghempaskan diri di atas sofa lalu memejamkan mata kemudian diikuti dengan Kankuro.

Namun sirna sudah tujuan Gaara memejamkan mata. Awalnya ia ingin mengistirahatkan diri sejenak, namun keusilan Kankuro membuatnya mengurungkan niat. Lihatlah bagaimana ia berusaha menendang kepala sang kakak yang terus menempel pada pahanya, membuat Gaara akhirnya mendekap pribadi itu dengan bantal sofa.

"Kalian ini, sebaiknya kalian mandi dulu. Aku akan mencari makanan di sekitar sini," ujar Temari setelah menghela napas, terbiasa dengan tingkah kekanakan kedua adiknya.

"Argh! Lepaskan aku, merah!"

"Tidak sebelum kau pergi dari hadapanku."

Temari kembali menghela napas. Ia segera pergi ke luar untuk mencari beberapa makanan khas negeri kabut ini. Namun baru saja ia memasangkan sepatunya, ia melihat ada satu pasang lagi sepatu di sampingnya, membuat gadis itu menoleh.

"Mau kemana kau?"

"Aku ikut," jawab Gaara singkat.

"Souka, kau kalah dari Kankuro ya hahaha."

Gaara menatap wajah kakaknya dengan malas. Buru-buru ia memasang sepatunya lalu menggerutu, "Memangnya kapan dia bisa mengalah kepada adiknya?"

"Ya Tuhan, ternyata adikku merajuk lagi."

"Siapa yang kau sebut merajuk?" tanya Gaara dengan nada tak terima.

"Astaga, manis sekali kazekage idaman gadis-gadis ini," goda Temari kembali.

"Tch, cepat bergerak atau kutinggal kau."

"E-eh, tunggu!"

Selama perjalanan, mereka disambut dengan berbagai macam aroma makanan khas negeri ini. Banyak orang yang mengenal pemuda berambut merah itu, membuat Gaara terus menerus mengangguk sopan karena selalu menerima sapaan hangat dari para pedagang dan juga pembeli di pasar. Bahkan beberapa di antara mereka memberikan beberapa bungkus makanan secara cuma-cuma. Temari pun tersenyum dan menerima pemberian mereka dengan senang hati. Ada gunanya juga mengajak Gaara untuk ikut.

"Jadi, kau sudah mengirimkan surat kepada Sakura?" tanya gadis itu sembari menikmati es stik yang ada di genggamannya.

"Kau tau sendiri bagaimana pekerjaanku," jawab Gaara seadanya.

Temari menggigit es tersebut kemudian mengernyitkan dahi, menikmati sensasi dingin menusuk ke gusinya. Ia pun mendongak, menatap langit yang mulai gelap di atas sana lalu menghela napas.

"Kau ini. Setidaknya tulislah sebentar saja. Dia pasti mengkhawatirkanmu."

Gaara terdiam, memikirkan perkataan Temari barusan. Sejujurnya ia ragu jika Sakura akan mengkhawatirkan dirinya. Lagipula, sudah jelas jika gadis itu mencintai pria lain. Untuk apa dia sibuk memikirkan nasib pria lain?

"Kau tau, jika kau terus mengkhawatirkan hal yang tidak perlu, kau tidak akan pernah berhasil."

Temari berujar seolah ia tengah membaca pikiran Gaara. Padahal kakak tertuanya itu tidak punya kemampuan untuk membaca atau mengetahui isi hati orang lain. Gaara menghela napas, menyadari jika ia telah memikirkan hal yang salah.

"Akan kulakukan nanti."

*
*
*

Tbc..

Chapter 8 updated!

Jangan lupa vote dan komen nya yaa ayangie, karena satu vote dan komentar kalian adalah semangat aku buat lanjut nulis. Thank you so much umumu😍😍

Salam

Ilaa💜

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now