Tanpa Suara

30.9K 2.6K 433
                                    

[hanya dipublish di http://wattpad.com/user/just-anny, jika menemukan cerita ini di situs lain artinya itu merupakan PLAGIAT/PENYEBARAN TANPA IZIN]


Kamu tanpa alas kaki, menelusuri ubin basah dengan genangan air. Jangankan ingar bingar, sama sekali tak ada yang namanya keramaian. Ruang itu penuh dengan senyap, hingga percikan air dari langkahmu merupakan suara satu-satunya yang kamu dengar.

Tanganmu mencoba menggapai apapun yang tercapai. Tangan itu membantumu menelusuri perjalanan. Itu wajar, mengingat cahaya yang remang dan terbatas di ruangan. Kamu melangkah perlahan, juga sangat berhati-hati.

Di malam sesunyi ini, kamu sendiri. Kamu terus berjalan mencari cahaya yang lebih terang. Kamu terus berjalan mencari pintu yang dapat tergapai. Bau pesing memenuhi isi ruangan, lantas kamu hanya menutupi hidungmu dengan punggung tangan.

Setelah mencapai pintu, cepat-cepat kamu keluar dari ruang berukuran kecil itu. Seolah sesuatu mengejarmu, kamu tergesa-gesa mencari pintu lain di sekitar. Kamu terburu-buru, dengan gerakan leher menoleh ke kanan lalu ke kiri bergantian.

Dug.

Tap tap tap.

Ada gemaan lain di rumah itu selain suara berat dari langkahmu. Kamu terperangah, menghentikan langkahmu, dan berhati-hati dalam diam. Berjinjit, kamu melangkahkan kakimu dengan badan yang menempel ke tembok. Kamu mewaspadai sekitar, melangkah dengan suara teredam.

Kamu menemui pintu terdekat. Berulang kali kamu memeriksa kanan-kirimu sebelum masuk ke ruangan. Di sana, di ruangan yang baru kau masuki itu, sedikit lebih terang dari ruangan berair yang kamu tempati sebelumnya.

Tak banyak yang bisa kamu temui di tempat itu. Pandanganmu terfokus pada sebuah tempat tidur dengan sprei berantakan warna putih kusam. Bahkan, samar-samar terlihat beberapa bercak noda merah di sana. Darah yang sudah mulai mengering.

Tap tap tap.

Sayup-sayup kamu mendengar suara langkah di luar. Suara itu terdengar masih jauh, tetapi keringat yang mengucur dari dahimu sudah semakin bertambah. Keringat itu tampak lebih deras dari sebelumnya.

Mendekati ranjang itu, kamu berjalan hati-hati. Kamu mendekat ke ujung tembok. Seolah sengaja, kamu menyembunyikan tubuhmu meringkuk dan terhimpit tembok dan tempat tidur. Kamu duduk memeluk lututmu sendiri.

Tap tap tap.

Suara itu semakin lama semakin jelas dari tempatmu. Tubuhmu mendadak bergetar. Kakimu bergerak naik turun tak keruan. Keringat dahimu menderas, begitu pun dengan yang keluar dari tanganmu.

Tap tap tap.

Kamu menutup matamu lekat. Wajahmu menunduk. Angin yang berembus dari jendela kamu biarkan menyentuh kulit mulusmu. Rambut panjangmu yang kau ikat erat, kau biarkan ujungnya menutupi sebagian leher putihmu.

Kamu meringkuk semakin dalam, memundurkan badanmu, membiarkan ranjang menghalangimu terlihat dari arah pintu.

Ceklek.

"Ada?" Kamu mendegar suara bariton laki-laki setelah suara terbukanya pintu.

Badanmu semakin bergetar. Badanmu semakin menegang.

"Nihil. Sepertinya dia bukan sembunyi di ruangan ini," jawab suara serak laki-laki lain yang berbeda.

Setelah mendengar pintu tertutup, kamu sama sekali tak menggerakan badanmu sedikit pun. Kamu hanya diam, mewaspadai keadaan.

"Dia kemungkinan tidak di sini. Pembunuh itu, kita harus cari di rumah lain." Suara bariton tadi terdengar sebelum suara langkah kaki menjauh.

Kamu memiringkan wajahmu melihat ke arah bawah tempat tidur. Di sana tergeletak seorang wanita dengan rambut panjang menutupi wajahnya. Matanya terbuka, darahnya mengotori sekitar tubuhnya.

Kamu tersenyum menyeringai.


———————-

Cerita pertama dengan genre thriller.

Cerita pertama menggunakan sudut pandang orang ke-2.

18:38 WIB | 27 Maret 2015 | 483 words | written by just-anny


Tanpa Suara [1/1 End]Where stories live. Discover now