Kondo ini sangat luas. Dan New yakin jika Tay sering bercinta di beberapa sudut. Membayangkannya saja bisa membuat New keluar.
"Bisa kau tutup pintunya?"
Bukannya New tidak mau menutupnya, hanya saja... kenapa Tay harus membuka bajunya. Oh lihatlah tumpukan kotak-kotak itu. Belum lagi saat Tay menyiramkan air pada tubuhnya.
Oh shit, celana New makin sempit.
"Hei, bisa kau tutup pintunya?"
New tersadar sebelum satu air liurnya jatuh. Ia mengangguk cepat dan menarik napas yang dalam.
Ini akan jadi seks pertamanya.
New berjalan mengitari meja. Matanya masih memeperhatikan Tay. Beberapa butir air masih menetes dari ujung rambutnya. Dan lehernya. Dan...
Putingnya.
"Aku suka putingmu. Ah, maksudku... dapurmu."
"Kau adalah orang pertama yang menyukai dapur berantakanku."
New tersenyum canggung, yang aslinya ia hanya berusaha menutupi hasratnya untuk menerjang Tay saat itu juga.
Tangan Tay bergerak merabai resliting celananya. "Aku tidak akan menyuruhmu memakan pisang dan roti. Jadi jangan cari makanan di dapurku. Karena..."
Satu tangannya menurunkan resleting. Menunjukkan kepada New jika ia punya hal yang lebih menarik. "Karena kau akan melahap yang ini." Lanjut Tay.
Jakun New bergerak naik turun. Di bawah sana ia merasakan ngilu. Celananya mungkin tak mampu menahan dorongan. Tapi ia tak bisa begitu saja melepaskan celana.
New berusaha membuang wajahnya dengan menatap deretan gelas wine. Dan begitu ia sadar ia akan menyesal.
Tay sudah menurunkan celana dalamnya.
OH SHIT. Kenapa cepat sekali?
"Jadi... apakah kau akan menghampiriku atau kau akan keluar lewat pintu itu tanpa mencicipi hidanganku?"
New terdiam. Matanya tak lepas dari sesuatu yang mengantung dan abs yang kuat. lubangnya tiba-tiba berkedut kencang.
"Hei? Sekarang atau tidak sama sekali?" suara Tay mampu membuatnya bertambah ereksi.
New membuka jaketnya, ia memakai kemeja dan kaos di dalamnya. Hei, ini musim dingin New tidak akan mau memakai pakaian tipis.
Ia berjalan mendekati Tay yang merentangkan tangannya. Menyambut New dengan suka cita.
Begitu tepat dihadapannya, Tay memeluk pinggang ramping New. mendekatkan tubuh mereka hingga mampu bergesekkan. Mulut New yang terbuka menjadi peluang Tay untuk memasukkan lidahnya.
Mereka berciuman.
Tay menarik celana New menempel padanya. Sehingga New bisa merasakan milik Tay dan sebaliknya.
Lidah mereka bertautan, saling menghisap dan berputar mencari ruang. Celana New sudah tanggal. Dan kemaja serta kaosnya sudah ada di lantai.
"Ahh fuck."
New mengalungkan tangannya pada leher Tay begitu kejantanannya di genggam oleh Tay. kakinya lemas, kejantanannya yang tegang luar biasa di kocok oleh tangan nakal Tay. membuat lubangnya ikut berkedut. Sangat kencang.
Ia kehabisan akal.
Mereka berjalan tanpa melepaskan tautan bibir menuju ranjang Tay yang luas.
New duduk diatas kejantanan Tay. "Kau tidak akan memasukkannya?" Tanya New begitu ujung kejantanan Tay menggelitik lubangnya yang berkedut ganas.
"Tidak sekarang." Tay menyeringai begitu tangannya kembali mengurut milik New. membuat New menggeram menahan nikmat yang luar biasa. Ia bahkan harus meremas bantal yang berada di samping Tay.
"Kau Bot atau top?"
New tidak mampu menjawab pertanyaan Tay hanya mampu mengangguk dan menggeleng. "Kau pasti bottom?"
New menatap Tay dengan sendu serta mengigit bibirnya kuat. kepalanya mengangguk pelan.
Bagaimana bisa ia menjawab jika tangan Tay masih mengocok miliknya dengan kuat.
"Ah fuck."
Telepon Tay bordering tapi tidak membuatnya melepaskan milik New.
"Hallo... ya. Aku tahu, besok aku kesana. ... tidak, tidak sekarang Arm. Tidak. Apa kau gila? Oh shit."
"Ahh... jangan terlalu keras Tay." teriak New begitu Tay menggenggam miliknya terlalu kencang. Hampir meremas.
"Ah iya maaf... ah iya. Aku sedang bersama remaja biasa. Tidak, hanya one night stand. ... tidak Arm kau gila. Kau─"
"AKKHH"
"Oh shit. Ku bilang jangan keluar." Tay berteriak menatap cairan putih di tangannya. "Maaf, tapi aku sudah berusaha menahannya."
Tay mengabaikannya lalu beranjak dari ranjangnya. "Cepat pakai bajumu dan pulanglah ke rumah."
New menatap Tay heran. Apakah pria seksi itu marah hanya karena ia keluar terlalu cepat?
"Aku ada urusan. Jadi pakailah dan pulang─"
"Aku tidak bisa pulang, aku bilang pada ibuku jika aku menginap di rumah teman." Tay berhenti memakai bajunya dan menatap New. pria itu masih duduk di ranjang dan memakai celananya.
"Kau masih tinggal dengan ibumu?" Tanya Tay penuh selidik.
"Ya..."
"Berapa umurmu?" Tanya Tay.
"Dua puluh satu."
"Tahun berapa kau lahir?"
New diam beberapa saat. "1996?"
"Kau ada jeda sebelum menjawab. Berapa umurmu?"
New tidak ingin menatap Tay, hanya karena ia tidak pandai berbohong.
"Dua puluh tahun."
Tay memandangnya masih tidak percaya. "Sembilan belas tahun."
Dan New memang bukan ahli berbohong.
"Delapan belas tahun."
"Bisa kau menjawab dengan sejujurnya?"
"Tujuh belas tahun."
"Oh fuck. Aku hampir menidurimu. Dan kau masih dibawah umur."
Tay mengambil jaketnya dan melemparkan jaket milik New.
"Ikutlah denganku. Setelah pagi kau boleh pulang."
YOU ARE READING
Poxn Without Plot
Short StoryNew yang mengemis pada Tay. 21+ inspirasi dari queer as folk
