Mistake.

394 48 1
                                    

Wina jalan cepat meninggalkan Nichole yang masih berbincang santai dengan Jeno, yang notabennya adalah pacar Karina, mantan Wina.

Daripada terjadi keributan karena bisa saja Wina menonjok muka tampan Jeno sampai babak belur, lebih baik ia segera pergi, bukan?

"Loh, Win? Tumben berangkat sendiri. Nichole mana?" Baru saja Wina bernapas lega, bisa bisanya langsung terkena jump scare berupa sang mantan bertanya tanpa dosa kepadanya.

Hei, Karina. Tidak apa apa jika bertanya seperti itu, tapi lihat posisi. Wina ini sedang emosi, marah, kesal, kecewa denganmu.

Tapi bukan Wina jika tidak mengabaikan Karina, dia sama sekali tidak menggubris pertanyaan sang mantan dan memilih untuk  masuk ke kelas.

"Mana mata gw lagi sembab gini, bisa malu kalau ketauan sama dia. Ck!" Tas ransel itu dibanting hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.

Karina masih ada di depan kelas Wina pun terkaget dengan suara yang ditimbulkan, ia menoleh tepat kearah Wina. Dapat dilihat bahwa gadis mungil di dalam kelas sedang mengacak rambutnya frustasi.

Sialnya Karina tau kenapa Wina bersikap seperti itu, apalagi kalau bukan pasal hubungan mereka? Senyuman miris terukir di bibir ranum Karina, entah perasaan apalagi ini Karina tidak tau. Tapi sungguh, dia tidak suka melihat wina seperti ini. Wina semakin kurus, pipi chubby nya hilang. Karina benci fakta bahwa Wina menjadi lebih buruk sekarang.

"Sorry, Win. Its my fault"

"Loh? Kak Karin? Ngapain disini?"

Karina tersentak kemudian tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Nichole, ia memilih untuk melenggang pergi. Meninggalkan Nichole yang terdiam bingung.

Pasalnya dari beberapa minggu yang lalu, Karina memang seperti hilang ditelan bumi. Tak terlihat batang hidungnya sekali pun, tapi kenapa sekarang tiba tiba berada di depan kelasnya?

Mencurigakan.

"Tadi gw liat Kak Karin di depan, lo gak diapa apain kan, Win?" Tanya Nichole sesaat setelah duduk di sebelah Wina.

Tidak ada jawaban, sama seperti Karina. Wina membisu, hanya hembusan napas kasar yang keluar.

"Win? Udah lah biarin, orang kaya gitu buat apa ditangisin sih? Buktiin dong kalau lo juga bisa lupain dia tanpa bantuan orang baru. Yu deserves better, Win. Kalau lo bisa ngelakuin itu berarti lo yang menang"

Tangisan Wina pecah, Nichole menarik sahabatnya kedalam dekapan, mengelus punggung Wina agar tetap bersabar dengan keadaan.

Memang pada dasarnya jika kau sudah siap untuk jatuh cinta, berarti kamu juga harus siap untuk patah hati, kan?

Jatuh hati memang mudah, namun menyembuhkan hati yang patah sangatlah susah. Jatuh hati hanya butuh waktu yang singkat, tetapi patah hati harus menunggu beberapa lama lagi untuk disembuhkan.

Semua sudah kontras, jatuh dan patah, hilang dan terlupakan. Dari berbagai banyak masalah tentang cinta, memang patah hati lah yang sering orang lain hindari.

Namun kembali lagi, patah hati itu bisa disembuhkan jika kita mau dan kita yakin bahwa ada pelangi setelah hujan. Biarkan orang yang menyakiti mu untuk pergi dan terima kedatangan orang yang sungguh sungguh mencintaimu.

Genggam sebelum hilang, atau kau akan menyesal dikemudian hari.

Wina menumpahkan segala kekesalannya lewat tangisan, untung saja kelas hanya ada mereka berdua. Jadi tidak akan ada yang bisa mendengar suara tangisan Wina, mungkin?

"People come and go, Wina. Jangan terlalu terpuruk dengan masa lalu, biarin ini jadi pelajaran buat kedepannya. Karena memang, kita harus dipatahkan hanya untuk tumbuh menjadi pribadi yang dewasa" Nichole mengeratkan pelukannya, pelukan menenangkan. Wina tidak tau lagi harus berkata apa.

Dadanya sesak, ada ruang kosong di hatinya yang sudah ditinggal sang penghuni. Wina bingung, kenapa Karina setega ini kepada dia?

Selalu saja Wina bertanya kepada diri sendiri, apa kurangnya aku? apakah aku pernah menyakiti karina? kenapa dia selalu bertindak seenaknya?

Namun perkataan Nichole tempo hari menyadarkan Wina, lagi...

Jika benar bahwa ketika kita mencintai orang dengan tulus, semakin seenaknya saja orang itu kepada kita.

Pikirnya, ah buat apa aku takut kehilangannya? 'kan dia yang sangat mencintaiku, tidak mungkin dia akan meninggalkan ku. Dan dia akan berlaku seenaknya begitu saja

Yap, mentang mentang pasangannya sangat bucin jadi dia tidak takut untuk kehilangan.

Nyatanya ini salah kaprah, orang juga punya batas kesabaran, bukan? Jika orang tulus yang mencintaimu lelah, maka semuanya juga akan hambar. Dan kamu akan sangat merasa kehilangan di masa mendatang, catat itu.

Seperti yang sekarang gadis jakung di depan kelas Nichole rasakan, Karina... Dia kembali lagi hanya untuk melihat sang mantan sedang menangis di dalam rengkuhan Nichole

Hatinya terasa sakit, perih sekali melihat Wina yang lemah menangis meraung raung karena dirinya.

"Maaf, Win. Aku yakin kamu bisa lupain aku"

Setelah mengucapkan sepenggal kalimat tersebut, Karina benar benar pergi dan tak kembali lagi.

Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya turun membasahi pipi gembulnya. Karina tidak bisa bohong kalau dia masih mencintainya Wina, tapi ego menguasai dirinya. Mengatakan bahwa kau ini bosan, jika masih diteruskan hanya ada rasa sakit di dalamnya.

Denial.

TRAITORWhere stories live. Discover now