Chapter 3: We go up!

57 14 20
                                    

Chapter 3: We go up!

— Look time flies, we fly, everyday

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— Look time flies, we fly, everyday..

MIRA

Sesuai dengan jadwal hari ini, aku akan langsung berangkat ke Jakarta. Selama pemulihan aku akan menginap di apartemen Bibi Kelly. Kebetulan Nana juga punya urusan di Jakarta dan mungkin agak lama karena dia harus kuliah disana. Entahlah. Aku merasa agak sedikit sedih mengingat fakta itu. Kebetulannya lagi katanya Nana menyewa apartemen tepat di samping milik Bibi. Kami memang ditakdirkan menjadi tetangga selamanya, kan? Ah mungkin tidak karena aku harus kembali ke Solo setelah sesi pemulihan. Kemungkinan aku akan sedikit merindukan Nana. Ingat ya cuma sedikit karena Nana itu menyebalkan.

Aku sedang duduk bersandar di ranjang sembari mendengarkan siaran radio favoritku. Mbok Jum— ART keluargaku sedang menyiapkan barang-barang yang akan ku bawa nanti.

"Dhuk mau bawa jaket sing biru opo sing abang?" Mbok Jum menawarkan dua pilihan jaket yang aku sendiri tidak tahu warnanya seperti apa. Kalau ini Nana pasti sudah ku bejek-bejek sampai mati tapi untungnya ini Mbok Jum. Aku masih punya tata krama pada orang tua.

"Bagusan yang mana Mbok?"

"Sing biru dhuk."

"Biru mawon mbok."

"Yo wis sing biru."

Aku kembali fokus mendengarkan radio yang memutarkan lagu oneD. Lagu-lagu oneD adalah favoritku sejak dulu. Berkat mereka aku bisa fasih berbahasa Inggris meski tidak menempuh pendidikan apapun.

We're only getting older baby
I been thinking about it lately
Does it ever drive you crazy
Just how fast nights changes
But it will never change me and—Dhuk!

Suara mbok Jum kembali menginterupsi fokus ku.

"Bawa kaos gambar Spongebob opo Doraemon?"

Ya Tuhan apa lagi ini. Sabar Mira bisa kualat maki-maki orang tua.

Lagi...

"Bagusan yang mana mbok?"

"Apik sing Doraemon dhuk."

"Kaos gambar Doraemon mawon Mbok."

"Yo wis sing Doraemon."

Aku menghela nafas lelah. Maklum usia Mbok Jum sudah tak lagi muda sekitar tujuh puluh lima tahun. Usia yang sudah terlalu tua untuk bekerja. Tuntutan keadaan yang harus menghidupi cucu-cucunya membuat Mbok Jum mau tidak mau harus bekerja. Anak-anaknya pergi mengejar kebahagiaan baru. Sungguh keterlaluan.

—everything that you ever dream of disappearing when you wake—Dhuk!

Lama-lama Mbok Jum bisa jadi anggota tambahan OneD.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the eyes [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang