Chapter 1: What's love?

88 16 18
                                    

Chapter 1: What's love?

— I wanna know, know, know, know, what's love!

— I wanna know, know, know, know, what's love!

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

MIRA

Narmira kartadina— orang-orang bilang aku cantik, mungkin itu cuma kalimat penghibur karena jujur dari lahir aku belum pernah tahu rupa ku kayak apa atau lebih tepatnya enggak ada bayangan sama sekali. Orang-orang bilang aku kaya karena kedua orang tua ku pengusaha. Orang-orang juga bilang aku beruntung punya sahabat anak walikota. Katanya aku nyaris sempurna kalo aja enggak buta. Iya— aku buta sejak lahir. Aku sama sekali enggak punya bayangan apapun tentang dunia ini. It's sad, but it's true.

Kalaupun ada orang yang tanya semut itu seperti apa?
Well.. aku akan jawab dengan cepat.

Kecil, item, kalo gigit sakit, bener kan?

Tapi aku enggak pernah punya bayangan semut itu kaya apa—intinya aku buta sejak lahir dan gak punya bayangan apapun tentang dunia ini.

Jangan kira aku lemah sama keadaan, dulu mungkin iya. Saat itu aku masih enam tahun. Apa sih kerjaan anak umur enam tahun? Makan, main, tidur. Jujur aku iri sama anak tetangga yang bisa bebas main sepeda atau anak-anak cewek yang kedengaran sibuk masak-masakan sedangkan aku cuma bisa digendong papa sambil jalan-jalan. Seiring berjalannya waktu semua biasa aja.

Keluarga ku enggak cuma diem aja.. berobat sana sini, dokter dalam sampai luar negeri, bahkan operasi tapi tetep sama aja. Dan bohong kalau aku bilang itu semua enggak sakit. It hurts and I was in a lot of pain at that time.

Jadi aku bilang ke mereka buat berhenti, enggak apa-apa gak bisa liat yang penting masih bisa nafas, kan? tapi katanya dalam waktu dekat ini ada dokter Jepang yang bisa sembuhin kebutaan ku ini. Aku juga enggak mau banyak berharap takutnya gagal lagi, dan aku juga udah cukup nyaman sama keadaanku.

Minggu pagi adalah waktu santai-santai ku bersama Mochii, Kucing abu-abu gembul kesayanganku. Mochii sahabat kedua ku setelah Nana— iya, jelek-jelek begitu Nana tetap sahabat terbaikku. Walaupun Mamah bilang Nana itu Guantenggggg bangett, Nana tetep jelek dimataku.

Jangan banyak protes meskipun aku buta, Nana tetep jelek. Pokoknya!

Kelakuannya yang super perfeksionis, gak boleh ini-gak boleh itu. Ini kotor-itu kotor. Dan sikapnya yang kasar pada Mochii.

Meski suka poop dan pee sembarangan.

Mochii tetap anakku.

Seakan balas dendam Mochii juga tak pernah suka berada didekat Nana. Suka mengamuk dan mencakar Nana sebarangan. Bahkan pee di atas barang-barang Nana.

Okelah lupakan saja, Mochii udah  ngamuk begini pasti sebentar lagi Nana datang.

Spadaaa..

the eyes [REVISI]Onde histórias criam vida. Descubra agora