"Kau tidak tau seberapa keras aku berusaha agar aku bisa menemukanmu." Oreki menundukkan kepalanya, menggigit kecil bibir bagian dalam. "Bagaimanapun caranya aku harus meminta maaf, aku telah membuatmu seperti itu. Seharusnya, saat itu aku bisa menjagamu lebih baik, tapi aku gagal."

Iris (e/c) itu bergetar, (Y/n) terkejut. Dengan segera ia menggeleng kuat, berujar tegas, "Tidak, Oreki-san! Itu sama sekali bukan-"

"Dan kau," selanya begitu saja. Oreki tersenyum tipis, memberi tatapan terlampau lembut. "Kau membuatku sadar, kau membantuku lepas dari keterpurukan, aku bisa bangkit dari kematian kedua orang tuaku adalah karenamu."

"Melihat sosokmu saat itu, kau benar-benar bersinar di mataku. Senyum ceriamu, semangatmu yang tak terbatas, dan sikap dewasa yang tersembunyi dalam wajah polosmu." netra Oreki menyipit, seakan ingin menumpahkan air mata, tetapi tetap bisa ia tahan. "Bagaimanapun juga, aku mengagumi segala hal tentang mu."

Gadis itu beralih menyentuh kepalanya, rasanya teramat sakit seakan ingin pecah. Ini tidak bisa diterimanya mentah-mentah, mendengar seseorang tiba-tiba mengatakan selama ini mencari dan mengaguminya benar-benar aneh. Terlebih orang yang bersangkutan adalah Oreki.

"Mungkin ini terdengar bodoh jika aku mengatakannya." (Y/n) mengerjap, tersadar ketika Oreki melanjutkan ucapannya yang ternyata belum usai. "Tapi saat itu, ketika pertama kali bertemu denganmu,"

"Aku jatuh cinta padamu."

(Y/n) mematung, nafasnya tertahan seiring degup jantung yang berpacu semakin kencang. Perlahan warna merah mulai terulas tipis pada pipinya, dan gadis itu mulai salah tingkat. "A-apa ...?" tanyanya ulang. "Apa-apaan?" kepala (Y/n) semakin pusing.

Oreki tertawa pahit, memalingkan wajahnya ke samping hingga surai hitamnya terhempas. Remaja itu mengacak rambut bagian depannya, masih membentuk lengkungan pada bibirnya. "Terdengar konyol, bukan?" sekali lagi tawanya terdengar. Namun, terasa menyakitkan. "Apalagi aku merasakan hal semacam itu ketika usiaku masih begitu kecil."

"Tapi," ucapnya menggantung, lantas menolehkan kepala, menatap kembali gadis yang selama ini ia cari-cari keberadaannya. "Setelah semua ini, setelah pencarian tak berujung yang tak kunjung membuahkan hasil, apa itu terdengar seperti kebohongan?"

Mata gadis itu semakin berair. Entah karena senang atau apapun, (Y/n) tidak mengerti, karena situasi ini benar-benar membingungkan. Namun, yang pasti ia benar-benar terharu mendapati seseorang berjuang seperti itu untuknya.

Tetapi ketika teringat, Oreki jatuh cinta pada dirinya yang menyedihkan di masa lalu, itu benar-benar membuat (Y/n) merasa sakit. Dirinya yang dulu dan sekarang sudah amat berbeda, apalagi setelah kejadian hilangnya ingatan itu.

Apakah perasaan Oreki masih ada sampai sekarang?

Tidak mungkin.

Itu sudah berlalu sekitar 7 tahun yang lalu.

Bukankah Oreki seharusnya menjalani hidupnya dan menemukan sesuatu yang lebih berharga?

"Saat pertama kali bertemu denganmu, aku merasakan sesuatu yang aneh."

(Y/n) kembali terfokus, ketika Oreki melanjutkan perkataannya dengan kepala menunduk penuh pilu. Ini pertama kalinya (Y/n) mendapati sosok Oreki yang datar begitu emosional. Memang terasa aneh, tetapi dengan mampu melihat pemandangan ini,

Gadis itu merasa tersanjung.

"Saat Satoshi mengenalkanmu padaku, aku sempat kebingungan ketika melihatmu. Aku merasa kita sudah terhubung walau baru pertama kali bertemu." Oreki mengangkat sebelah tangannya, dan termenung sembari menatapinya.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now