403 75 5
                                    

"Bagaimana jika niisan menjadi cinta pertamaku?!"

"Hah?" Houtarou membuka mulutnya lebar, sedangkan wajah mulai memanas tanpa sebab. "A-apa—"

"Sayanggg~~!!"

Dengan reflek keduanya langsung menoleh, sehingga mendapati wanita dewasa tengah melambaikan tangannya tinggi di sisi bagian lain dari pantai. Houtarou melirik, gadis di sampingnya membalas lambaian itu.

"Houtarou niisan!" panggilnya, menatap laki-laki itu antusias. "Ayo bertemu dengan Mama! Dia pasti senang melihatmu!"

Sebelumnya sempat menyetujui, Houtarou sudah ditarik (baca:diseret) dengan kencang oleh gadis yang bahkan lebih pendek darinya. Ia pun menghembuskan nafas lelah, pasrah memilih mengikutinya.

"Mama, Mama!!" teriaknya senang.

Setelah sampai tepat di hadapan Ibunya, gadis itu melompat-lompat senang dengan tangan yang menggenggam pergelangan Houtarou. "Mama, lihat! Aku memiliki teman baru, namanya Houtarou niisan!"

Houtarou mulai membungkuk meski terlihat gugup. "Senang bertemu denganmu, Bibi." ia berkata dengan sopan.

Ibu dari Mizu terkekeh, lalu memiringkan kepala dengan bibir dan mata yang sama-sama menghasilkan lengkungan. "Wah? Senang bertemu denganmu juga, Terima kasih sudah mau berteman dengan anak Bibi."

"Hehe, iya Bibi." Houtarou menjawab seperlunya, bingung karena tiba-tiba dibawa seperti ini.

Melihat sang Ibu yang terlihat akrab dengan kenalan barunya membuat senyuman gadis itu semakin melebar dengan cerah. Dirinya menautkan jari-jari di belakang, menggoyangkan tubuh dengan rasa bahagia yang memancar.

"Nak Houtarou tinggal di dekat sini?" tanya wanita dewasa itu, lantas mendapat anggukan sebagai jawaban. "Rumah kami ke arah sana, nanti belok ke kanan di belokan pertama, ada rumah berwarna coklat, tidak terlalu jauh dari sini." ia menjelaskan dengan serius, menunjukkan arah sementara Houtarou memperhatikan dengan seksama. "Kapan-kapan mampir, ya? Nanti Bibi buatkan kue." ia tersenyum menatap Houtarou.

Houtarou mengangguk, tak bisa menahan bibirnya untuk menciptakan sebuah lengkungan. "Baik, Bibi, Terima kasih sebelumnya." ucapan itu ditanggapi anggukan senang oleh Ibu dari gadis kenalannya itu.

"Mama! Mama!"

Kedua orang yang berada di dekatnya seketika menoleh, menatap Mizu yang kini mengepalkan kedua tangan di depan dengan ekspresi semangat yang terlalu kentara. "Mama bawa kamera, kan? Bisa fotokan kami? Aku ingin momen pertama kami bertemu bisa diabadikan!"

Baik Ibunya maupun Houtarou tampak terkejut dengan permintaan itu. Namun, kemudian sang Ibu terkekeh geli sembari menutup celah bibir dengan punggung tangan. "Baik, baik, Mama fotokan."

Sementara sang Ibu mengambil kamera dari tas yang dibawanya, Mizu langsung menarik Houtarou untuk sedikit menjauh agar bisa tertangkap oleh kamera. Houtarou tampak pasrah dengan segalanya, mengikuti kemanapun ia ditarik.

Ketika merasa posisinya tepat, Mizu berbalik, menghadap Ibunya yang sudah siap dengan kamera di tangan. "Niisan, ayo!"

"Anoo," gumamnya bingung, menggaruk kepala belakang dengan canggung. "Aku harus apa? Aku tidak bisa bergaya ketika foto," ungkapnya jujur, tidak berniat menyembunyikan.

"Apa saja! Kau bebas bergaya semaumu!" ujar Mizu riang, menggerakkan tangannya memutar ke atas seakan menunjukkan imajinasinya.

"Anak-anak, cepat bersiap, Ibu akan ambil fotonya!"

"Houtarou niisan, cepat!!"

KLIK

Kala itu, lensa kamera berhasil menangkap dua sosok anak dengan tinggi berbeda. Ketika sang gadis mengangkat kedua tangan dengan senyum lebarnya, sang bocah laki-laki hanya mengangkat sebelah tangan dan mengeluarkan dua jarinya dengan wajah datar.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt