☁️22(B) : Di Balik Ulang Tahunnya☁️

Start from the beginning
                                    

“Hah?” selanjutnya Awan terbatuk-batuk karena tersedak asap.

Aku terkikik, “Rokok kamu bisa bikin kenyang kan? Aku mau coba, soalnya mau diet nih. Kalo emang bisa bikin kenyang aku mau ngerokok aja kayak kamu—“

“Mana ada bikin kenyang!” Potong Awan, ia mengisap panjang sebelum memutuskan mematikan rokoknya.

“Nah itu, buktinya kamu ga laper padahal belum makan dari kemarin malem? Nyalain lagi ish, mau coba!!”

“Gausah ngawur!” aku tersenyum dalam hati karena Awan baru saja menyambar piring yang kubawakan, “Orang laper kok...” ia duduk begitu saja di atas kasur, memunggungiku karena tidak mau diperhatikan saat makan.

“Awan...”

“Hm?”

“Nggak apa-apa sedih, tapi jangan nyakitin diri sendiri.”

Aku menengok dan langsung tersenyum lebar mendapati piring Awan yang sudah bersih.

“Aku gapapa, Di.” Bohongnya, kemudian mengangkat gelas air dari nakas.

“Pokoknya kalau ketahuan ngerokok dan skip makan lagi, aku bakal ikutan jajan rokok!” lawan bicaraku yang sedang minum mengangkat sebelah alisnya, “Beneran!” tegasku sambil memukul lutut dengan kepalan tangan.

“Iya, enggak.”

Walaupun ucapannya kedengaran meragukan, aku tetap nyengir sok percaya. Nggak apa-apa, toh aku memang berencana berpatroli di rumahnya selama 24 jam sampai seminggu kedepan, sebulan kalau perlu.

“Eh,” teringat sesuatu, aku mengubah posisi duduk agar lebih leluasa bicara pada Awan, “Seminggu lagi kamu ulang tahun loh, kamu mau hadiah apa?”

“Apaan sih kayak anak kecil.” Seperti yang sudah aku duga, ia pasti bakal mencibir.

“Kelakuan kamu memang sering kayak anak kecil tuh?” hehe rasain, dikira aku nggak bisa balas memang!

Awan memutar bola mata, “Gausah.”

“Ih gapapa!”

“Aku ga mau apa-apa, Di.”

“Tapi aku tetep mau kasih hadiah, Awan...”

“Terserah deh!”

“Ga boleh terserah. Sebutin yang spesifik, pizza? Jam tangan? Tiket vacation? Atau apa gitu yang jelas wujudnya...”

“Kamu.”

“Apa?”

“Aku ga mau apa-apa, Di. Yang penting kamu temenin aku. Udah.”

🌬☁️🌬☁️

“Kita sudah di perjalanan ke tempat Awan, Di... bisa nggak kamu duduk yang tenang?”

Pukul 9 malam tadi, semua penghargaan memang sudah selesai dibacakan.

Seperti kataku, Angkasa itu langit yang terkadang sering meremehkan kapasitasnya sendiri. Dia begitu nggak percaya diri kalau bakal bisa mengamankan satu nominasi, tapi nyatanya malam ini Angkasa berhasil menyabet penghargaan Top scorer sekaligus Best Player. Bahkan melampaui target yang kami bicarakan ketiga jogging tempo hari.

Sudah barang mesti sahabatku memang pantas menerima semua kebanggaan itu. Aku memang nggak bisa hadir di setiap latihannya seperti masa SMA dulu, tapi tentu aku tidak ragu kalau Angkasa pasti sudah bekerja sangat keras selama ini. Pantasnya setelah acara tadi Angkasa bisa ikut pesta dengan rekan satu timnya sampai pagi. Tapi bahkan buat sekadar mengikuti sesi foto bersama ia tidak sempat karena lebih memilih menuruti keinginanku untuk pulang.

Di Balik AwanWhere stories live. Discover now