-Akhir Kata

540 61 13
                                    

Lee Haechan as Haidar Pratama

Huang Renjun as Rendra Abyasa
——

Masih belum genap pukul tujuh ketika manik Haidar mengerjap. Berusaha menyesuaikan silau yang datang tiba-tiba dari sisi kirinya. Dan saat kepalanya ditoleh, tubuhnya refleks berjengit duduk saking kagetnya.

Rendra ada disana.

Sungguh-sungguh ada disampingnya, tengah sibuk menyibak tirai jendela. Kedua netranya kemudian segera disambut satu senyum menawan kala sang pujaan akhirnya sadar akan keterjagaannya.

"Sudah bangun? Mandi dulu sana, aku sudah beli sarapan. Nanti kita sarapan bareng, oke?"

Dada Haidar menghangat tiba-tiba. Ia bangkit, mengecup sisi kanan pipi Rendra dan melangkah penuh bahagia menuju kamar mandi. Ada senandung suka cita yang didendangkan birainya.

Ini kali pertama Rendra tak menghilang keesokan setelah mereka bercinta, omong-omong.

———

"Tidak jadi datang, Ren?"

"Hey, sorry. Aku lupa bilang ada urusan. Besok saja, ya? Aku tidak janji, sih. Tapi pasti kuusahakan. I can make it up to you by letting you rail me next time, kay?"

"Mmhmm kay. Ada Haidar, ya?"

Rendra menoleh, menatap lamat pada kusen pintu kamar mandi Haidar yang telah berkarat. "Kau yang paling tahu." Senyum kecil sarat makna semu ia kulum.

Ada kekehan maklum diujung sambungan.

———

"Kamu nanti selesai kelas jam dua, kan?" Tanda tanya ditujukan pada Haidar kala mulut pemuda tersebut masih sibuk mengunyah. Sementara yang menanya telah rapi dengan pakaian sang tuan rumah.

"Iya. Kenapa?"

Rendra bergumam pelan, lebih mendahulukan ikatan tali sepatunya yang terlepas ketimbang menjawab. "Aku mau ajak jalan, ke kafe kenalanku yang barusan buka. Kamu mau 'kan, pergi sama aku?"

Senyum lebar sama sekali tak Haidar coba sembunyikan. "Mau, lah. Kujemput?"

Yang satunya berkacak sekali lagi pada cermin sebelum menggeleng, "Enggak usah. Aku aja yang samperin kamu pakai mobilku." Dan begitu saja, ada ledakan kembang api besar-besaran dalam dada Haidar. Perasaan menggelitik pada perutnya juga menampakkan batang hidung lagi.

Ini juga pertama kali Rendra mau repot-repot menjemputnya untuk pergi, omong-omong.

Dan bukankah ini awal yang bagus? Batinnya. Mana tahu, ini bisa jadi titik balik hubungan semu mereka.

"Hehe, oke, deh. Sampai nanti!"

Sehabis banyak keberuntungan yang menghujaninya sedari tadi, Haidar mendadak merasa tamak. Ia butuh, ia ingin satu keberuntungan lagi untuk melengkapi paginya ini.

Dan maka, kala Rendra sudah hampir menutup rapat pintu, Haidar berakhir lempar satu tanya coba-coba, "Bagimu aku siapa?"

Terhitung sepuluh detik jeda canggung mengisi, pemuda yang dimintai jawab membenarkan letak topi, kemudian bicara sama seperti lalu hari, "Kepunyaanku. Selamanya." Haidar dapat merasa nafasnya dicekat sesaat.

"Karena kamu enggak akan bisa lari dariku. Ingat?"


fin.


A/N: endingnya sengaja dibuat begitu memang. ngegantung. karena cerita ini emang diambil dari sisi Haidar, dan bagian tengah chapter itu satu-satunya yang diambil dari sudut pandang Rendra. jadi ya dikira-dikira aja dari situ, menurut kalian Rendra beneran tulus sayang, atau cuma manipulatif. hehe.

apapun pendapat kalian, satu hal yang i think you guys should know beforehand adalah: "butterfly in stomach" itu salah satu bentuk kecemasan dan stres, atau bisa juga firasat. itu cara tubuh kita buat nyiapin "fight or flight" response. jadi seenggaknya bagiku, terlalu sering ngerasain kupu-kupu dalam perut ketika sama pasangan itu bukan pertanda bagus:)


then i guess it's a goodbye, see you all in my next work👋👋

Batas Rancu ✔Where stories live. Discover now