empat

391 46 13
                                    

"Hehe sori sori, yodah cepet bukain! Pegel nih gua berdiri disini." Ucap Iaros lewat seberang telpon, dengan bungkusan plastik di tangan kirinya.

"Ye ye santai,"

Setelah beberapa saat membuka pagar dan mengajak Iaros masuk ke kamarnya, tentu saja lewat balkon. Yang sudah di pasangi kain untuk bisa naik turun.

"Lo ngapain coba malem malem dateng kesini? Bawa kresek lagi, gabut bat." Ketus Medea, sebenernya seneng banget karena doi kayak peka dan dateng samperin dia. Tapi biasalah cewek modelan Medea mana bisa ngaku.

"Oh ini, ada lemon tea sama coklat buat isi perut," Kata Iaros dengan cengiran ganteng nya.

Ni anak, tumben tumbenan perhatian. Apa hari ini ada hal spesial? Kok rasanya hangat bet ya?? Heran Medea tidak yakin, laki laki di hadapan nya itu seorang Iaros anak paling menyebalkan dan temperamental, yang pernah ia temui. Malah menjadi sangat sangat hangat hari ini???

"Lo gasalah makan kan?" Ucap Medea, dengan perlahan mulai memegang dahi Iaros. Dengan tujuan mengecek, apakah pemuda itu demam atau tidak.

"Gak demam tuh..."

Oh shit, wajah Iaros sudah memerah sempurna tapi ia bahkan tidak menyembunyikan nya dari Medea. Yang membuat perempuan itu juga ikut merona, bedanya Medea langsung mengalihkan pandangan nya.

"Ekhem, omong omong lo kenapa dateng malem malem begini?" Dengan tenang, Medea mengalihkan suasana. Dan memulai percakapan normal.

"Oh itu, gak gak ada. Kangen aja," Balas Iaros, kali ini ekspresi nya sudah kembali seperti semula, wajah tampan yang ingin di tonjok Medea.

"Oh yaudah, mau jalan jalan gak?" Ajak Medea yang mulai memakai jaket yang lebih tebal.

"Boleh, gua juga gabut ketemu gebetan tapi gatau mau apa hehe." Cengir Iaros tidak bersalah, benar benar tidak tahu mau apa setelah membawakan Medea lemon tea dan juga coklat batangan.

***

Setengah jam Iaros dan Medea di atas motor, mengitari perumahan perumahan. Dalam keadaan sunyi, Medea hanya memeluk lembut pinggang Iaros, malu kalau harus lebih erat walaupun udara malam tambah dingin.

"Darling kalo lo kedinginan, peluk aja gua gak papa kok malah seneng," Tawar Iaros masih setia memandang jalan.

"Berisik, gue gini karena gabisa tidur. Mending lo kendarain aja, sampe gue tidur." Ketus Medea, masih tetap gengsi untuk memeluk lebih erat.

"Hadeh, kenapa sih lo keras kepala?"

Dengan cekatan Iaros mengeratkan pelukan Medea kepadanya, dan dengan setia terus memegang tangan itu. Jaga jaga siapa tahu Medea melepaskan pelukan nya.

"Ah lo kenapa sih?! Lepasin!" Teriak kecil Medea, kali ini wajahnya benar benar memerah. Tapi untung nya Iaros tidak berpaling ke belakang, membuat rasa malu Medea tidak bertambah.

"Diem, gua bilang diem ya diem. Gausah banyak gerak, tangan lo udah sedingin ini dan masih mau lepas? Mana bisa gua biarin cewek gua kedinginan!" Ucap Iaros panjang lebar. Kali ini nadanya terdengar serius.

Akhirnya perempuan bersurai violet itu mengalah, memilih menenggelam kan kepalanya pada punggung lebar Iaros. Dan mulai memejam kan mata.

***

"Medea? Halo Medea? Bangun sekarang sudah jam delapan pagi." Bisik Helio mencoba membangun kan Medea yang masih terlelap dalam tidur nya.

"Mhm? Helley? Itu lo?"

Dengan berat, Medea menunduk kan dirinya. Melihat sosok laki laki bersurai perak di hadapan nya, ternyata itu Helio teman masa kecil nya.

"Udah pagi?" Tanya nya masih dalam keadaan setengah tidur.

"Iya, saya sudah bawakan sarapan dari pelayan. Saya keluar dulu kalau sudah siap turun kebawah saya tunggu di depan pagar rumah." Jelas Helio, dan mulai beranjak pergi dari kamar Medea.

Dengan lemah Medea berjalan mengambil handuk dan memulai paginya dengan mandi.

Sekitar lima belas menit kemudian, Medea keluar dari toilet. Mulai memakai pakaian santai di hari sabtu yang cerah ini. Dan mulai beranjak turun, dia dan Helio ada janji hari ini. Itulah mengapa Helio datang membangunkan nya.

Dengan santai pula, Medea menyantap makanan nya. Tidak peduli Helio menunggu berapa lama, bagi dirinya sarapan dengan tenang adalah sebagian dari penenang jiwa.

"Maaf lo nunggu lama kan,"

Sudah rapi penampilan Medea, lengkap dengan tas dan juga topi putih bersih yang menjadi kado ulang tahun nya dari Psyche tahun lalu.

"Kamu sudah siap, kalau begitu ayo jalan. Hari ini akan sedikit padat." Kata Helio mulai membuka pintu mobil, begitu juga dengan Medea yang langsung masuk tanpa sepatah katapun.

Mereka memang teman masa kecil, tapi perlakuan Helio pada Medea yang seperti majikan dan bawahan membuat Medea tidak suka. Dia lebih suka orang yang menganggap dirinya normal dan setara, seperti Phell dan Iaros contoh nya.

Hari ini tujuan mereka adalah mall yang lumayan terkenal dan besar di kota eperanto ini. Baiklah bersiap siap untuk berburu belanjaan.

***

"...."

"Kenapa ros? Kok muka lo kek orang yang nahan berak? Jelek banget."

"Sekali lagi lo ngomong, gua robek tuh mulut,"

"Ahay, santai santai gak kek biasanya lo."

Hari ini entah kenapa mood Iaros campur aduk bagaikan bubur di aduk sudah pasti tidak enak dan aneh. Perasaan baru kemarin dia dan juga Medeanya jalan jalan di malam hari, di bawah rembulan pula. Harusnya sih senang, tapi dari tadi bangun tidur perasaan nya gaenak.

"Darling gua lagi ngapain yak?" Celetus Iaros tanpa sadar.

"Gua kira apa, eh ternyata soal cewek." Cibir Phell yang sedari tadi pagi sudah berada di kamar Iaros. Entah mau ngapain, katanya sih gabut mau main.

"Diem setan! Gua lagi badmood tambah buruk kalo ada lo." Umpat Iaros kepada Phell, muak manusia merah cabe ini sedari tadi mengganggu nya terus. Tidak capek apa membuat pagi Iaros buruk?

"Yaudahlah jangan marah marah, gua traktir di mall mau gak?" Tawar Phell dengan percaya diri, toh Phell anak yang kaya dan juga sahabat Iaros semenjak smp. Hubungan keluarga mereka juga dekat, Jadi buat iaros marah juga gamasalah buat dia.

Punya Gw! [MedeaxIaros] AuWhere stories live. Discover now