satu

788 82 24
                                    

"Gue haus," Ucap Medea dengan tatapan sayu, dan keringat di dahinya. Cuaca sedang sangat panas dan sinar matahari begitu terik. Membuat siapa saja malas untuk bergerak dan juga berinteraksi.

"Mau saya beliin?" Tawar Helio disamping nya, berbeda dengan Medea. Helio terlihat selalu segar dan juga harum. Satu satunya anak yang kelihatan tidak kepanasan di siang hari yang membakar ini.

"Yadeh, makasih. Sekalian di kelas ambilin hape gue ketinggalan tadi." Minta dan titah Medea, kepada teman masa kecil nya itu. Dan di balas anggukan halus oleh Helio.

"Beh panas panas gini emang enaknya tuh minum." Gumam Medea, masih setia menunggu air minum dan ponsel pintar milik nya.

"Panas neng?" Sahut seseorang yang entah darimana asal suaranya.

"Ha? Siapa?" Bingung Medea, mencari cari asal suara goib itu.

"Atas neng atas," suara itu terdengar lagi.

Setelah Medea mendongak ke atas, tepatnya atas pohon di dekatnya. Disana duduklah seorang mahluk hidup bersurai biru laut dan mata abu abu perak milik nya. Dengan seragam berantakan. Dan dasi yang longgar, khas anak berandalan.

"Ha?siapa?gak kenal saya," Dengan acuh, Medea menjawab. Malas meladeni anak yang satu ini. Masalah nya Iaros adalah anak paling menyebalkan bagi Medea, sebab mereka selalu memperebutkan posisi pertama dalam peringkat kelas.

"Gak usah gitu kali, gini gini kamu suka kan?" Goda Iaros dengan cengiran tanpa dosa.

"Najis." Balas Medea merasa jijik, dengan godaan basi itu.

"Kenapa gak bisa lembut sih? Lihat Psyche lembut tuh, sampe sampe abang lo naksir." Kata Iaros, tidak kapok menggoda Medea. Baginya menggoda gadis itu adalah hal paling menghibur di hidup nya.

"Gausah bawa bawa Psyche sama abang gue ya, gak ada urusan nya sama lo kijang." Sinis Medea, kesal dengan Iaros. Orang paling berbakat dalam menghancurkan mood nya, apalagi panas panas begini. Bisa bisa Medea baku hantam dengan Iaros di lapangan.

"Hahaha, gausah sensi gitu dong. Biasa aja, nih minuman!" Ujar Iaros, melemparkan minuman soda dingin ke arah Medea.

Dengan cekatan Medea menerima minuman soda itu, walaupun dibuat jengkel oleh Iaros Medea tetap tidak bisa mengatakan dia anak yang jahat, Iaros baik dan dermawan tapi dia anak yang mengesalkan. Hanya itu.

Dan dalam satu tegukan, minuman kaleng soda itu habis. Dan langsung dibuang ke tong sampah yang tidak jauh berada di dekat Medea duduk.

Iaros juga sudah turun, duduk diam di dekatnya tanpa satu patah kata pun. Medea suka kesunyian ini, berbeda ketika berada di dekat Helio yang terus mengkhawatirkan dirinya atau bercerita, dan di dekat Phell yang terus mengoceh selalu di bentak oleh guru killer di kelas.

Suasana nya mirip ketika Medea sedang membaca buku di perpustakaan, diam dan hanya terdengar kertas yang di balik balikan. Dan saat ini, terdengar angin yang berhembus saja.

"Darling, gua suka sama lo."

Hening, tidak ada balasan. Hanya terdengar suara hembusan angin yang lumayan hangat. Tapi rasanya Medea maupun Iaros seperti menikmati suasana tersebut.

"Iaros... Lo gak lelah? Udah puluhan kali lo nyatain perasaan lo. Dan lo selalu tahu jawaban nya kan?" Ucap Medea, membalik tubuh nya menghadap Iaros. Dengan tatapan bingung.

"Hm gimana ya? Gua udah terlanjur cinta sama lo, jadi... Gak bakal gua lepas." Balas Iaros dengan rona merah di pipinya dan seringai nakal nya.

Perasaan sialan! Kenapa harus bergejolak coba?! Batin Medea frustasi. Nyatanya Medea selalu berdebar kencang di dekat Iaros tapi dia dengan sangat sempurna menyembunyikan nya, dengan wajah datar dan seolah olah tidak tertarik.

Medea selalu yakin, dia tidak pernah tertarik dengan Iaros. Bahkan sampai kelulusan mereka, dia tidak akan pernah tertarik dengan laki laki di sisinya itu.

"Aneh, intinya gue gak bakalan punya perasaan sama lo Iaros. Lo terlalu bodoh dan juga posesif sebagai kekasih," Ucap Medea kembali, kali ini dengan ekspresi mantap.

"Bodoh? Bukan nya yang bodoh itu lo ya darling? Selalu nolak perasaan lo yang sesungguh nya." Balas Iaros, tak mau kalah.

"Mana ada, gue tipe orang yang selalu jujur pada diri sendiri." Kata percaya diri Medea. Dia memang selalu jujur pada dirinya, contoh kalau dia lapar dia akan makan kalau dia ngantuk dia akan tidur. Itu sudah sangat jujur bukan.

"Bohong~" Ejek Iaros tidak percaya.

"Ros, keknya kita baku hantam di lapangan sabi gasih?" Ajak Medea, sudah sangat jengkel dengan Iaros. Bodolah anak kepsek itu babak belur toh yang salah dia juga.

"Gabisa darling, sekarang gua harus pergi babay~" Ucap Iaros berdiri, kemudian mencubit pelan hidung Medea.

Perlahan, Medea menunduk. Ada rasa syukur Iaros akhirnya pergi dan tidak mengganggu nya di siang hari yang terik ini. Tapi... Bagaimana sekarang? Wajahnya sudah semerah tomat.

"Helio, cepatlah datang dengan air yang lo bilang!!!" Teriak batin Medea tersiksa.

Punya Gw! [MedeaxIaros] Auजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें