👑Stepbrother

15K 327 22
                                    

⚠️Sensitif Content : A littlebit Incest?

Lagi-lagi aku hanya bisa melongo menyaksikan keributan yang hampir terjadi setiap jeno pulang ke rumah. Sebenarnya aku tidak pernah punya masalah dengannya,yang bermasalah itu antara dia dan ibuku.
Tentu saja,ibuku benar-benar membenci jeno lebih dari siapapun. Kenapa? Karena dia anak selingkuhan ayahku. Bayangkan saja,saat ibuku hamil besar ketika mengandungku tiba-tiba ayah pulang membawa bayi berusia 3 bulan dan mengatakan bahwa itu adalah anaknya. Meskipun tidak terlalu mirip ayahku, jeno terlalu tampan kata ayah dia sangat mirip ibunya. Ya bisa aku bayangkan secantik apa ibunya jeno sampai anaknya bisa mendekati kata sempurna seperti itu pantas saja ayah berselingkuh dengannya.

Selain jeno adalah anak hasil perselingkuhan,dia juga bisa di bilang bandel. Ayah sangat sering di panggil ke sekolah saat dia masih SMA dulu,kabur,tawuran atau berkelahi di sekolah bahkan merokok. Lebih parah lagi ketika belakangan ini ternyata jeno juga terjerat narkoba entah jenis apa,hal itu membuat ibu semakin membencinya bahkan ibu melaporkan sendiri jeno ke polisi. Dan setelah beberapa bulan di penjara juga rehabilitas jeno baru pulang sekarang.

"Jen,ini gue anterin makanan. Lo belum makan kan?" Panggilku di depan kamar jeno,

"Simpen aja di depan pintu." Sahut jeno di dalam,aku tidak banyak bicara lagi dan menyimpan nampan berisi makanan di meja.

....

   Jam sudah menunjukan pukul 10 malam,aku berniat turun kedapur untuk mengambil minum tapi saat melewati kamar jeno aku urung untuk pergi. Makanan yang tadi aku antar untuk jeno masih di depan pintu.

"Jen."panggilku,tidak ada jawaban sama sekali.
Aku sedikit kesal,padahal selama ini aku tidak pernah menyinggung jeno tapi lihat dia. Dia bahkan tidak menghargai perhatianku sama sekali.

"Jen,lo kalo gak suka sama gue gapapa.tapi hargain kek perhatian gue ke lo sebagai sodara sedikit aja,lo ket-" marahku terhenti ketika membuka pintu kamar jeno,melihat dia sedang meringkuk di lantai di sisi ranjangnya dengan tubuh menggigil juga wajahnya yang pucat.

"Jeno lo gapapa?" Tanyaku panik,menghampiri dia.

"Na,bantuin gue." Gumamnya pelan,aku langsung memapahnya ke atas ranjang,menyelimuti tubuh jeno.

"Na,banyak laba-laba di tubuh gue!" Ucap jeno panik,sekarang aku mengerti jeno ternyata sedang sakau. Sedikit menyesal aku sempat marah padanya tadi.

"Gak ada jen,gapapa lo tenang ya." Ucapku

"Na,sakit banget. Tolong,gue butuh obat sekali aja na,gue gak kuat." Ringis jeno

"Enggak jen,lo bisa jangan nyerah. Gue temenin lo sampe lo tenang ya." Ucapku,segera mengunci pintu kamarnya dan menyembunyikan benda yang bisa berbahaya sebelum jeno kabur atau berbuat nekat.

   Jeno hanya duduk memeluk lututnya di atas ranjang,aku ikut duduk di depannya memperhatikan jeno yang terlihat menderita.
"Jen,lo tau obat-obatan itu dari siapa sih?"

"Mantan pacar gue."jawab jeno pelan

"Sekarang dia gimana?"

"Dia udah meninggal,bunuh diri sehari setelah gue di tangkap. Dia takut di gerebek terus malu kali,dia udah tau kalo gue ketangkep dia juga pasti ketangkep." Ceritanya,aku tidak tau harus mengatakan apa. Baru kali ini jeno bercerita padaku lagi,terakhir kali mungkin kita sedekat ini saat kita masih berusia 11 tahun.

"Na,dia disini..dia disini!" Ucap jeno,melihat ke sekeliling kamarnya yang tentu saja tidak ada orang lain selain aku dan jeno.

"Gapapa jen,itu cuma halusinasi lo aja. Gak ada siapa-siapa disini selain kita berdua."
  Sedikit kaget ketika jeno tiba-tiba memelukku erat,membenamkan wajahnya di pundakku. Aku hanya bisa membalas pelukan jeno dan mengelus surai pirangnya sampai ia tenang.

.

   Ternyata aku tertidur di kamar jeno,aku melihat sekeliling dan jeno tidak ada. Hanya aku sendirian di sini.
"Jen,jeno lo dimana?!"panggilku sedikit panik,takut jeno berbuat nekat atau kabur. Tapi untungnya pintu balkon terbuka,jeno menatapku sembari merokok. Aku berjalan menghampirinya,di luar sudah mulai hampir terang ternyata.

"Sekarang jam berapa?"tanyaku,jeno melirik hpnya sebentar

"5 pagi."jawabnya,kembari menyesap rokok di tangannya. Aku ikut berdiri di samping jeno,menatap langit yang perlahan terang.

"Na,lo tau apa yang paling gue benci?"  Aku hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Nama kita,jeno sama jena gue gak suka. Dan gue lebih benci lagi ketika harus sadar kalo kita ini sodara."

"Lo gak mau jadi sodara gue?"tanyaku

"Bukan itu maksud gue na,semakin kesini perasaan gue ke lo itu gak wajar na,dan malah makin gila. Gue suka sama lo,bukan sebagai sodara." Ucap jeno,aku hanya diam menatap jeno. Jeno tersenyum kecut,sedikit mempersempit jarang di antara kita.

"Jen.." gumamku,jeno semakin mendekat aku hanya bisa mematung ketika bibir kita bersentuhan. Jeno meraih pinggangku,menekan tengkuk ku membuat ciuman kita semakin dalam.

   Jeno memojokan tubuhku ke tembok,memegangi kedua tanganku dan mulai menciumi leherku. Ini gila tapi aku menikmatinya,aku menginginkan lebih dari ini  meskipun tau bahwa ini salah.
Tangan jeno menelusup ke dalam kemeja kebesaran yang aku kenakan,meremas payudaraku yang tak terhalangi apapun.

   Nafasku terengah,kebiasaanku hanya mengenakan kemeja kebesaran tanpa bra setiap tidur malah mempermudah jeno.
"Jen.." ucapku,jeno mengelus pahaku menaikan sebelah kakiku dan jari tangannya mulai menelusup masuk ke dalam celana dalamku.

"Ah.."desahku ketika jeno membelai vaginaku,tanganku meremas kaos jeno ketika jarinya mulai keluar masuk di dalam vaginaku.

"Geser kesini na,nungging."perintah jeno,aku hanya menurut berpegangan pada pagar besi dan menungging. Jeno menurunkan celana dalamku,aku menggigit bibir ketika merasakan penis jeno mulai masuk.

"Ah.. jen.."desahku,perlahan jeno semakin mempercepat gerakannya membuatku semakin erat berpegangan menyalurkan rasa nikmatnya dan menahan desahanku mati-matian. Jeno mengangkat sebelah kakiku ke atas,membuat penetrasinya semakin dalam.

"Ngghh.. jen,please.." erangku pelan,sebelah tanganku memegang tangan jeno yang tengah sibuk meremas dadaku.

"Na.. aahh.."desah jeno,semakin mempercepat gerakannya. Sampai akhirnya kita berdua mencapai orgasme.

.....

   Jam sudah menunjukan jam 7 pagi,tapi aku masih berbaring di atas ranjang jeno dengan tubuh telanjang setelah kita mengulanginya beberapa kali tadi.
"Jen,lo tau ini salah kan?"tanyaku,jeno mengangguk. Menarik tubuhku ke dalan dekapannya.

"Na,mungkin abis ini lo gak akan ketemu gue lagi." Ucap jeno,aku menatapnya.

"Kenapa?"

"Gapapa,maafin gue ya dan makasih. Udah ayo tidur lagi."  Aku hanya mengangguk,tubuhku yang kelelahanpun mulai membuatku mengantuk dan perlahan aku terlelap.

.

   Sudah lewat 3 tahun semenjak saat itu,aku menyesal karena sudah tertidur pagi itu. Karena saat siang hari aku membuka mata jeno sudah tidak ada di sisiku,bahkan bajunya tidak ada yang tersisa sehelaipun. Sampai sekarang jeno tidak bisa di hubungi entah pergi kemana. Hampir gila aku rasanya,karena sekarang mungkin aku juga menyukai jeno sebagai lawan jenis bukan kakak ku lagi.

"Na,ada paket tuh di depan." Panggil ibuku,seingatku aku tidak membeli apapun. Tidak ada nama pengirimnya disini,aku mencoba membukanya.  Sebuah buket bunga kecil juga amplop,aku hampir menangis ketika melihat foto jeno dan seorang pria yang mirip dengannya.

   Terdapat surat yang jeno tulis sendiri,dia bilang dia sudah benar-benar sembuh dari kecanduan narkoba nya. Dan ternyata dia bukan putra dari ayahku,ayah kandung jeno pria yang berfoto bersamanya ini yang wajahnya mirip dengan jeno. Ia menjelaskan semuanya lewat surat itu,dan mengatakan mungkin kita akan bertemu lagi nanti dan apakah dia boleh menyukaiku bukan sebagai saudara.

Wild Dream | Lee JenoWhere stories live. Discover now