Ch. 2 - Ayah menghilang!?

911 147 13
                                    

Kini umurku sudah mencapai 12 tahun. Ayah mulai mengajakku berburu mulai umur 8 tahun. Ternyata berburu itu cukup menyenangkan.

Pagi ini kami akan berburu juga.

"Sudah siap?"

"Sudah!"

"Ayo."

Aku dan Ayah berjalan menuju hutan, jarak antara desa dan hutan sebenarnya cukup jauh. Memangnya tidak ada pasar? Desa kami terpencil, sampai tidak punya nama. Pasar sangat jauh dari desa. Makanya hutan lebih baik.

Ayah berburu babi hutan untuk warga di desa, karena besok akan ada sebuah festival. Sedangkan aku berburu kelinci atau burung untuk makan kami.

Pas sekali ada seekor kelinci yang sedang diam. Aku bersembunyi dibalik semak-semak, mempersiapkam anak panah untuk menembak.

Mataku terfokus pada kelinci itu, lalu anak panah dilepaskan. Dan.. tepat sasaran!

"Kelincinya imut.. Aku merasa kasihan nih."

Oke, Aku sudah menangkap dua ekor kelinci untuk makan. Suara langkah kaki menuju arahku, itu adalah Ayah dan seekor babi ditangan kanannya.. Ayah membawa babi itu tanpa beban sama sekali.

"Sudah?"

Aku menunjukkan hasil tangkapan ku pada Ayah.

"Sudah!"

"Ayo pulang."

Ayah berjalan di depan, Aku mengekorinya di belakang.

Setelah sampai di desa Ayah pergi ke rumah kepala desa. Aku pulang ke rumah, menyembelih dua ekor kelinci imut ini.

Sambil menunggu Ayah pulang, Aku berlatih. Ya... Ini keseharianku selama 12 tahun terakhir.

Skip time.

Kami sedang makan malam.

".. Ryuza, nanti tunggu Ayah sebelum tidur, ada yang mau Ayah bicarakan."

Wah, ada apa nih?

"Oke."

Sesuai perintah(?) Aku menunggu ayah di kamar. Pintu terbuka.

"Apa yang mau dibicarakan, Yah?"

"Tutup matamu sebentar."

Aku menutup mata, memangnya ada apa? Penasaran.

Sesaat setelah aku menutup mata.. perasaan apa ini? Aku merasakan sebuah kekuatan yang besar disekitar ku.

"Bukalah."

Aku membuka mata, terkejut dengan apa yang aku lihat.

"A-Ayah, ini apa?"

Itu.. memangnya apa? Seperti sebuah jarum berwarna merah, benda itu melayang di atas tangan Ayah.

"Ini adalah.. pecahan jarum."

"Pecahan jarum?"

"Ya. Mungkin ini memang mendadak, tapi Ayah ingin jarum ini berada di tangan mu."

Apa maksudnya itu!? Ayah memegang tanganku, meletakkan jarum itu di atas telapak tanganku, melayang.

"Ayah ingin kamu menjaga jarum ini. Jagalah, jangan sampai direbut oleh siapa pun. Jangan sampai jatuh ke tangan orang yang salah."

Aku diam mendengarkan.

"Kamu hanya harus menyimpan dan menjaganya, sampai anak yang ditakdirkan datang padamu. Kamu harus memberikan jarum ini."

Siapa akan yang ditakdirkan itu? Bagaimana kalau aku salah orang? Jarum itu menghilang.

𝐏𝐚𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲 || 𝐓𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐆𝐨𝐝 || 𝐅𝐟𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang