Episode 5 : Obrolan martabak.

Start from the beginning
                                    

"Ya, maaf Bun."

"Nggak papa, Bunda paham, kok." Terus jeda sebentar sampai Bunda sambung lagi obrolan awal. "Gimana soal Paris, udah pasti, kan?"

"Belum aku putusin Bun." Dia diem bentar. Perkara Jungkook nggak cuma sampe soal riwayat panggilan 2 hari yang lalu. Tapi juga soal keputusannya buat berima tawaran kerja. Di sana tetep ada Jungkook yang ikut terlibat dan jadi pertimbangan pertama Taehyung. "Syutingnya sampe 2 Bulan Bun."

Bunda jelas denger ada nada ragu di sana. Dan wanita itu dengan cepat paham sumber ragu dari putranya.

"Kenapa? Soal Jungkook? Nggak bisa ninggalin dia 2 bulan?" Taehyung diem. Kalau bahas Jungkook sama Bunda bakal panjang dan ujung-ujungnya bakal ribut besar. "Dia udah gede Taehyung. Sampe kapan dia bebanin kamu terus?"

Taehyung total beku. Sakit, dan kecewa dan itu bukan perkara baru. Dia bener-bener nggak habis pikir kenapa Bunda nya selalu punya mulut ringan buat ngatain Jungkook ini, itu.

"Dia masih 17 tahun Bunda! Dan dia Adek aku."

"Tapi kamu punya kehidupan! Seharusnya kamu utamain itu!"

Wajah Taehyung mengeras, "Iya Bun, aku punya kehidupan aku sendiri. Dan harusnya ini tanggung jawab Bunda sama Ayah bukan aku, kan? Bisa, ya Bunda ngomong segampang ini. Aku lagi berusaha loh Bund bertanggung jawab sama apa yang udah kalian terlantarin, di pikir gampang?! gampangnya udah di bawa kalian yang ngerasa nggak cocok terus pisah lalu pergi dan susahnya di aku, aku Bun!"

Taehyung nekenin kata-katanya di akhir. Mukanya udah merah, napasnya udah sesek. Dia selalu bakal jadi sensitif kalau Jungkook di bawa-bawa. Sejenak dia pejemin mata, tarik napas buat ngendaliin diri. Di seberang sana, Bunda masih diem, tapi Taehyung bisa nebak kalau wanita itu udah banjir air mata. Jujur ada sedikit rasa bersalah karena terus gagal buat kontrol amarah setiap di hadepin sama obrolan berat ini, makanya dari pada jadi panjang, Taehyung akhirnya lanjut ngomong, "Maaf Bun. Aku tutup, ya telfonnya. Bunda jangan lupa jaga kesehatan."

Tanpa dengerin balesan Bunda, panggil itu dia akhiri. Handuk di bahunya di tarik kasar terus di banting ke lantai.

"Brengsek!" Umpatnya pelan tapi penuh penekanan. Nggak tau di tujukan buat siapa. Kemungkinan sama situasi yang lagi-lagi bikin darahnya naik.

Badannya di bawa rebahan di kasur, matanya nerawang ke langit-langit kamar. Pikirannya yang rumit seakan-akan tergambar penuh di sana. Hitam, warna-warni, lurus bahkan bentuk coretan yang di baca akan begitu susah karena udah nggak ada bentuknya dia bener-bener nggak tau kenapa kehidupannya bisa sampai di titik ini. Dia cuma tau ketika dia sampai di sini itu tujuannya cuma buat Jungkook adeknya. Bagaimana dia punya tekat buat ngebahagian juga ngeganti semua hari-hari yang udah bikin adeknya kecewa sejak kecil. Taehyung Radeleo kelewat peka untuk melihat bagaimana jomplang nya pembagian rasa sayang dalam keluarganya, Taehyung kelewat tau alasan adek kecil nya yang selalu membuntutinya, bahkan menangis ketika dia berangkat sekolah mendadak menatapnya dengan berbeda. Lalu ketika dia benar-benar tau alasan-alasan di balik mulainya cerita pelik di keluarganya, Taehyung benar-benar berjanji jika kebahagian Jungkook itu telak di atas tanggung jawabnya.

Hela napas sebentar sambil pinjemin mata. Gambaran rumit di angan-angan dia langsung hilang. Nggak lama HP geter bikin dia buka mata. Sedikit gerakin badan buat ngambil HP nya, pas di liat ada chat WA dari Jimin.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
CAKEP |VKOOKWhere stories live. Discover now