Selesai

29 10 3
                                    

Assalamualaikum
Ini terakhir ya!
Happy reading!

_____

Hari ini merupakan hari spesial, dimana Isna akan dilamar oleh Bara. Secepat itu, setelah kejadian hari itu. Bara menepati janji, dengan melamar Isna. Walaupun pernikahan masih lama, akan digelar sekitar setahun yang akan datang, karena keluarga Isna menginginkan putri semata wayangnya lulus sekolah terlebih dahulu. Baru mereka mengizinkan Isna untuk menikah dengan lelaki pilihannya.

Isna berdiri di depan kaca dengan senyum sumringah yang terpancar di wajahnya. Tatapannya terhenti di bagian gaunnya sendiri. Begitu indah dan mewah, tak ia sangka lamarannya bisa melebihi ekspektasi. Ini baru lamaran, belum hari pernikahan nanti. Ia yakin pasti lebih mewah daripada ini. Secara keluarga Bara tidak tanggung-tanggung mempersiapkan semua ini. Bahkan Papa Bara bilang kalau semua akan diurus dan dibayar olehnya, termasuk dekor di rumah Isna. Namun, kedua orang tuanya menolak, bagaimanapun itu kewajiban dari kedua orang tua Isna. Hanya gaun dan beberapa saja yang dibelikan Papa Bara. Tidak mau mengecewakan, makannya Isna menerima dengan senang hati.

"Gue cantik juga," gumamnya.

Ternyata ada yang mendengar gumaman dari Isna. Serta menyahut. "Iyalah, sahabat gue gitu," ucap Mala.

"Elo, kalian ngapain ke sini?" tanya Isna. Bukan apa-apa, tetapi bisa terlebih dulu ketuk pintu bukan. Mereka juga tamu, seharusnya berada di ruang tamu, bersama yang lain. Eh, tapi mereka sahabat Isna, tak salah juga. Pikiran Isna terlalu cetek.

Mala mendengus kesal. "Jadi kita nggak boleh nih? Ya udah, ayo Rat, kita pulang aja. Yang punya rumah nggak Nerima kedatangan kita," ucapnya lalu berbalik badan.

"Nggak gitu," ucap Isna.

"Hahaha, santai serius amat. Tegang ya, bentar lagi jadi Kakak ipar gue?" tanya Mala.

"Masih lama," ujar Ratu.

"Ya elah, kan bentar lagi gue bilang," ucap Mala tak mau kalah.

"Isna ayo keluar," ucap Mamanya.

______

"Sekarang Bara pasangin cicin ke jari manis Isna, begitupun sebaliknya," ucap Mama Isna yang berada tak jauh di sana. Tepatnya di samping Isna.

Bara mengambil cincin yang berada di wadah berwarna merah itu, berbentuk love. Perlahan dia memasang cincin ke jari manis Isna. Senyum Isna terpancar, tapi berusaha agar tak salah tingkah, malu banyak orang di ruangan itu.

Sekarang gantian Isna yang memasang ke jari Bara.

Keduanya pasti merasakan rasa yang sama. Senang, bahagia, terharu, semua campur menjadi satu. Tuhan ternyata baik, jodoh yang selama ini dinanti ternyata tak jauh. Bersyukur karena Allah telah memberikannya jodoh terbaik. Keduanya tak henti-hentinya mewujudkan rasa syukur.

"Terimakasih," ujar Isna berbisik.

"You don't need to say thank you dear," ucap Bara.

Waktunya para undangan dipersilahkan memberikan selamat kepada kedua calon pasutri. Dari keluarga pihak Isna maupun Bara. Lumayan banyak tamu undangan, dari rekan kerja dan teman-teman.

"Ciee, selamat kalian," ucap Mala.

"Selamat, semoga lancar sampai hari H," ucap Ratu.

"Makasih kalian," ucap Isna.

"Kaku banget lo, Kak," ucap Mala.

"Terimakasih adik-adik." Bara sebenernya malas, tetapi adiknya ini benar-benar tidak akan diam, kalau apa yang diinginkan tidak terjadi.

Bergantian, kedua sahabatnya lalu meninggalkan area Isna dan Bara berada. Giliran seorang lelaki yang mengucapkan. Sepertinya Isna kenal, tetapi siapa ya? Lupa, lupa ingat.

"Selamat bos," ucap orang itu. Dia Natan, orang yang sempat menolong Isna waktu itu. Jadi mereka saling kenal ternyata.

"Thanks, Nat," ucap Bara.

"Kak Natan?" Natan mengangguk.

"Dia juga yang selama ini jagain lo, selama gue di Jember," ucap Bara.

"Pantesan tiap kali gue kaya ngerasa ada orang yang buntutin. Terimakasih, Kak," ucap Isna.

"Santai, gue ke sana dulu, ya," ucap Natan lalu pergi.

Sekarang tinggal mereka berdua. Karena sesinya sudah selesai. Mereka terlihat canggung, ya wajar saja bukan? Apalagi kalau udah nikah. Malam pertama, nggak terbayangkan.

"We'll live it together." Bara berbicara sambil memegang tangan Isna. Beberapa detik kemudian ia tersadar. Mereka belum sah, secara agama maupun hukum, artinya itu dosa. "Sorry," ucap Bara gelagapan.

Isna terkekeh kecil. "Gak papa, mending akadnya dicepetin. Biar cepet halal," ucap Isna disertai senyuman penuh kebahagiaan.

_____

Terimakasih yang udah mau baca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terimakasih yang udah mau baca. Semoga kalian happy terus!

Jangan lupa follow akun ig: fatinn26_
See u all♡

Because I'm used to it [END]Where stories live. Discover now