Bab 1

20.5K 1.8K 29
                                    

Happy reading

Aurora pamit untuk bekerja. Ia meninggalkan Ozora bersama Aruna sebab hari ini Aruna libur selama tiga hari karena sekolah sedang mengadakan Ujian Nasional. Agar tidak mengganggu siswa yang tengah ujian nasional para siswa dari kelas satu dan dua diliburkan selama tiga hari.

"Jangan ajari Ozo dengan hal aneh-aneh." peringat Aurora pada Aruna. Arura jengah mendengarkan hal sama yang dikatakan setiap dia akan pergi.

"Ozo, Mama berangkat dulu. Jangan nakal ya di rumah sama Tante." ujarnya dan mencium pipi gembul putrinya. Ozora mengangguk.

"Ote Mama." ujarnya cadel. Setelah itu Aurora berangkat. Ozora dan Aruna segera masuk ke rumah dan menonton barbie.

Aurora bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Marginal Corp. Sebuah perusahaan milik keluarganya Zaky, di mana dia membantunya di saat dia terpuruk dan kekurangan.

Aurora juga bekerja dengan profesional selain untuk balas budi atas kebaikan Zaky dan sekeluarganya dulu juga karena mereka adalah sahabat.

Apalagi Aurora sudah tidak memiliki ayah dan ibu, mereka meninggal karena kecelakaan dulu waktu Aurora masih menginjak bangku kuliah. Hingga ia hidup berdua dengan adiknya, Aruna dan sekarang ditambah dengan Ozora, putrinya.

....

Ozora bosan menonton barbie, ia pun mendekat ke Aruna untuk merusuh. Begitu yang selalu ia lakukan. Kalau sedang bosan ia akan mencari mainan baru, dan mainan yang tidak pernah membosankan adalah mengganggu tantenya yang sedang nonton drakor.

"Antee, bocaaan." rengeknya. Aruna menjeda video yang ditontonnya dan menatap keponakan sembari mencari ide memberi mainana apa agar dia tidak bosan lagi.

Ia bangkit mengambil sapu, dan mengganti layar di tv menjadi kartoon yang menceritakan tentang penyihir cantik. Menyerahkan sapunya dan mengatakan sambil terkikik geli. "Nih, main sapu terbang. Lihat tuh di tv kaya penyihir cantik." tunjuknya.

Ozora yang polos mengangguk, dan menonton tv, menaiki sapu dan berjalan ke sana- ke mari seolah dia bisa terbang sembari berceloteh dengan nada acak. "Aku penyihir kecil yang paling cantik. Suka mengganggu tante, juga suka oppa oppa."

"Mengutuk orang nakal, dan terbang mencari papa."

Bayangin itu Ozora yaaaw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangin itu Ozora yaaaw

Aruna memvideonya saking gemasnya sambil tertawa ngakak. Dan mempostingnya di story wa. Banyak yang sudah melihatnya dan semakin tertawa ketika mendapat pesan dari kakaknya.

Aurora Sky my hero sis

[Arunaaaa! Kau ajarin apa anakku?! Jangan aneh aneh!]

Aruna Cantik
🤣🤣
[Gue ga ngajarin apa apa ya. Itu si penyihir kecil aja yang bisa sendiri.]

Pesan masuk lagi dari Zaky.
Kak Zaky surga makanan
[Astaga lucu sekali ponakanku. Pengen aku karungin Mama sama Papa gue pasti suka banget di kasih oleh oleh penyihir kecilnya mereka.]

Aruna Cantik
[Bawa aja kak, biar tidak ada yang gangguin aku mengagumi Oppa oppa koreaku.😂]

Kak Zaky surga makanan
[Oke, ntar Kakak main ke rumah. Sekalian bawa makanan. Mau apa?]

Aruna Cantik
[ Pizza yang ekstra keju. Dan jangan lupa bobba dan susu beruang. ]

Kak Zaky surga makanan
👌👌

Ozora sendiri masih asyik bermain dengan sapunya. Setelah itu gadis kecil itu mendekat, "Ante, hauss." ucapnya.

"Minunlah." balas Aruna menggodanya.

"Ambilin."

"Ga mau." tolaknya. Wajah mungil Ozora cemberut dan berkaca-kaca. Sedetik kemudian dia menangis kencang. Aruna gelagapan dan mengambilkan air putih. Ozora sudah kesal dan sebal dengan tantenya, karenanya ia menolak air yang diberikan dan masih menangis.
"Cekalang ndak mau air putih. Maunya es klim." sungutnya ngambek.

"Dih, ga mau ciapa yang mau beliin." tolaknya.

"Antelah! Ciapa lagi." Aruna mendengus.

Akhirnya dengan terpaksa mereka ke indomart terdekat. Memakirkan motor matic kesayangannya. Setelah itu menuntun Ozo masuk ke indomart. Mengambil keranjang, ia mendekati lemari es yang menyimpan es krim. Dia mengambil satu.

"Ante es klimnya kok catu?" protes Ozora. "Aku maunya tiga."

"Es krimnya satu aja nanti kalo banyak-banyak kamu mau sakit perut dan tidak menjadi penyihir cantik lagi?" Ozora menggeleng dan akhirnya mengangguk. "Tapi yang ada lasa vanila dan stlobeli ya." Aruna mengangguk dan mengambil es krim berbentuk mangkuk kecil yang mengandung dua varian rasa vanila dan stroberi.

"Kamu tunggu sini bentar ya, Tante mau ambil camilan sebentar. Atau mau ikut?" tawarnya.

"Di cini aja."

"Jangan keluar kalo ga sama Tente." peringat Aruna sebelum pergi mengambil camilan di rak camilan.

Seperti yng diketahui bahwa anak kecil tak bisa diam. Ozo berjalan keliling melihat-lihat dangan tangannya mengambil cokelat batang 'Silver Queen'.

Namun, segera gadis kecil itu berhenti ketika melihat pemuda tampan dan langsung mendekatinya. "Oppa anteng." panggil Ozo memanggil Oppa ganteng.

Pemuda itu mengernyit bertanya-tanya apakah dia yang dipanggil gadis kecil itu. Setelah gadis itu memegang jarinya. Pemuda itu berjongkok agar tingginya menyamai gadis kecil berumur tiga tahun itu. "Ada apa?" tanyanya lembut.

"Oppa anteng mau jadi pacalnya Ozo ga?" tanyanya dengan imut membuat pemuda itu terkekeh kecil dan menggeleng menjawab dan memberikan alasan paling logis versi otak kecil gadis kecil itu.

"Cenapa?"

"Karena kamu masih kecil. Anak kecil tidak boleh pacaran. Kalau udah besar berumur 18 tahun ke atas baru boleh." jawabnya.

Ozora menghitung dengan jarinya, dan mendongak menatap pemuda itu dengan sedih. "Jari Ozo ada cepuluh ndak bisa campe delapan belas. Jari Ozo hilang delapan." ujarnya cemberut dan berkaca.

Pemuda itu terkekeh, dan menunjukkan jarinya delapan. "Ini delapannya ada di Kakak." Ozora mengangguk dan seketika kesedihannya hilang.

"Oppa, kalau gitu jadi pacalnya Antenya Ozo aja. Dia cantiiik sekali tapi galak kaya goyila."ucapnya dengan suara rendah takut Tantenya mendengar bahwa dia menyebut Tantenya gorila.

" Ozo jangan keganjenan deh. Kamu itu masih kecil jangan goda goda orang yang tidak dikenal kalau kamu diculik gimama, kamu mau?" Omel Aruna.

"Tante cilik." ujar Ozo bermaksud mengatakan syirik. Pemuda itu tertawa. Seketika Aruna membeku mendengar tawa yang terdengar akran di telinganya. Ketika pemuda itu menoleh Aruna langsung memerah malu dan ingin menenggelamkan dirinya.

"Kak Raja." lirihnya.

Are You My Papa? [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang