sembilan belas is nineteen

730 104 10
                                    

waktu istirahat telah tiba pandangan mata Tama sedari tadi cuma tertuju pada sosok manis disampingnya yang lagi sibuk menata bukunya didalam kolong meja

"dist"

"hm?"

"lo disini aja biar gue yang beliin lu makan"

Yudist melirik sekilas kembarannya itu kemudian kembali merapihkan bukunya "tumben ada apa nih?"

"ih lo kenapa gak jadian aja sih sama Jonathan" Tama memukul pelan bahu Yudist sebelum ia berdiri meninggalkan kembarannya yang sedang mencerna kelakuannya

"kan gak jelas deh, yang namanya Pratama jangan ditemenin" gumamnya lalu setelah ia selesai menata buku ia berdiri dan berjalan keluar kelas baru juga sampe depan pintu ada tiang bendera yang menjegat dia

"mau kemana?" tanyanya

"kantin"

"mau beli apa?"

"gatau di kantin adanya apa?" tanya si manis

"lo abis sakit kan?"

"dari Tama ya?" orang itu mengangguk

"yaudah terserah lu mau beliin gue apa"

"gue titip Jonathan ya" Yudist membulatkan matanya wah ngajak berantem nih orang

"lo yang beli sendiri lah jangan nitip-nitip begitu" ucap Yudist

"kan lo mau confess sekalian pendekatan Yudist" Yudist kembali dibuat terkejut wah pasti dia cenayang kayak Tian

"gue bukan cenayang, gue tau dari Tama" wah kejadian lagi atau jangan-jangan dijidatnya Yudist ada LED yang jalan menampilkan isi pikirannya

"jidat lo gada apa-apa" tuh apa Yudist bilang, cenayang ini atau jangan-jangan vampir yang bisa baca pikiran

"Yudistira Baskara lo gue ajak ngobrol jangan mikirin gituan terus kenapa, gue bukan vampir yang bisa baca pikiran lo" ucapnya agak sedikit emosi abisnya diajak ngobrol malah asik sama haluannya

"terus kenapa lo bisa baca pikiran gue?"

"isi pikiran lo mudah ditebak, udah buruan mau makan apa?"

"apa aja boleh?" tanya Yudist memastikan tumben banget nih tiang satu berbaik hati

"iya" pria itu menjawab dengan malas

"mie ayam pedes cabe nya dua sama es teh"

"gak"

"yaudah somay bumbu nya banyakin sama es teh"

"gak"

"dih gak jelas lo katanya apa aja boleh"

"iya emang"

"kok gak boleh?"

"apanya yang gak boleh?"

"Sadewa (S.Coups) gue tampol lu ya" Yudist udah kesel diujung tanduk pengen nampar tiang didepannya ini tapi gak berani soalnya mukanya sangar

"udah buruan mau makan apa jangan banyak komplen" ucapnya santai kek gada dosa

"ya itu tadi buru pesen Dewa"

"gak boleh Yudist"

"yaudah panggilin Desha"

"dia bolos pergi ke kampus di daerah JakSel" ucapnya

"lah mau ngapain dia kuliah?"

"bukan, mau pdkt" Yudist tersenyum sumringah mendegar mantannya itu sudah memiliki pujaan hati

Waketos Dingin || JohnYuWhere stories live. Discover now