"Gelap" balasan dari Langit membuat Mingyu semakin mengeratkan tubuh nya pada Langit, Mingyu hanya diam dan mencoba menepuk pelan bahu Langit agar tetap bertahan dengan kesadaran nya.

Tak lama setelah nya Langit dan Mingyu berhasil sampai di Rumah sakit, para petugas segera membawa Langit masuk ke Instalansi Gawat Darurat. Dengan kaki bergetar Mingyu menyusuri lorong rumah sakit, sebuah kebetulan besar saat menyadari jika Rumah Sakit yang mereka datangi adalah Rumah sakit dimana sang ayah bekerja. Langkah nya yang tertatih karna kelelahan terus ia paksakan mendatangi suatu ruangan yang sangat ia hafal.

SPESIALIS ONKOLOGI
dr. Rafa Aditamajaya .SP.OG (K)Onk

Mingyu mendorong dengan perlahan pintu kaca di hadapan nya, Pak Rafa yang sedang bersantai se usai bekerja seharian dan mendapati putra nya masuk sontak menyapa anak kesayangan nya itu,

"Eh Kiming anak bapak yang paling cakep, tumben kesini mana Langit" ucap Pak Rafa dengan nada khas nya, Mingyu hanya diam menghampiri sang Ayah hingga akhirnya Pak Rafa menyadari sebegitu berantakan nya putra nya.

"Mingyu, kamu kenapa?" tanya Pak Rafa dengan nada panik saat menyadari sebegitu kacaunya Mingyu saat ini, telapak kaki yang memerah dan beberapa goresan luka hingga mengeluarkan darah menghiasi kedua nya, punggung pakaian Mingyu yang tadi nya berwarna Mint kini berubah menjadi warna merah pekat, aroma amis dan besi tercium dari tubuh anak itu.

"Hei nak"

Duk

Mingyu meletakkan kepala nya di atas bahu sang ayah, isakan tangis kembali terdengar dengan begitu nyaring dan memilukan membuat Pak Rafa sontak memeluk Mingyu dengan erat.

"Langit pak"

"Kenapa sama Langit"

"Dia dia ada di UGD" balasan dari Mingyu membuat Pak Rafa tersentak, dengan segera Pak Rafa membaringkan putra nya di ranjang ruangan nya untuk membersihkan luka yang ada di telapak kaki sang anak yang penuh dengan darah.

Sambil menunggu anak nya tenang dan dapat ia tanyai, Pak rafa terus membersihkan luka dan menutup nya dengan kain kasa steril.

Kriett

"Maaf dok menganggu, pihak UGD membutuhkan bantuan dokter sekarang" ucap seorang perawat yang terlihat tergesa memasuki ruangan Pak Rafa,

"Baik saya kesana sekarang"

"Pak Mingyu ikut" ucap Mingyu tiba-tiba dengan wajah sembab nya sambil menahan lengan sang ayah.

"Kamu disini dulu, kamu percaya kan sama bapak?" balas Sang ayah yang melepaskan pegangan dari sang anak dan segera pergi ke UGD meninggalkan Mingyu yang masih memiliki banyak ke khawatiran dalam benak nya dalam diri Langit.

Dalam perjalanan menuju UGD Pak Rafa mengingat banyak kenangan yang sangat berarti dalam keluarganya yang kini bertambah dengan Langit, Pak Rafa menganggap Langit seperti putra nya sendiri sama seperti Mingyu dalam keluarganya.

"Bapak akan bekerja keras dan mesmatikan kamu tumbuh menjadi anak yang kuat Langit" ucap Pak rafa tiba-tiba di meja makan suatu pagi.

"Kalo gitu Mingyu yang jagain Langit sebagai abang yang baek ya kan" balas Mingyu sambil menyenggol lengan Langit yang duduk di sampingnya, Langit yang mendengar itu hanya bisa terus mengucapkan terimakasih pada keluarga yang menampung nya serta menganggapnya sebagai bagian dari keluarga mereka sendiri.

"Pak, kak, terimakasih"

Dengan cepat Pak Rafa memasuki ruang UGD dan segera memakai gloves di kedua tangan nya, terlihat Langit yang memejamkan matanya dengan darah yang telah bersih,

"Kami sudah menghentikan pemdarahan nya, tapi di duga pasien memiliki kanker darah yang cukup parah"

"Saya tau" balas Pak Rafa pelan, Pak Rafa lalu segera mengecek keadaan Langit sebelum bisa menangani remaja itu.

Di sisi lain Aksara yang tengah belajar di ruang belajar nya merasa ada yang aneh dalam diri nya, rasa gelisah dalam dirinya membuat nya segera memberesi buku nya dan beranjak keluar dari sebuah kotak kecil yang ada di sudut kamar nya yanh dibuat khusus oleh sang ayah untuk nya.

"Masih delapan menit lagi nak, ayo masuk lagi kamu anak baik kan" suara sang ayah yang tengah duduk tepat di depan pintu ruang kecil nya itu membuat Aksara menghela nafas berat, lalu tersenyum dan mengangguk.

"Ayo masuk lagi dan belajar, kamu mau jadi orang sukses kan" ucapan sang ayah langsung membuat Aksara mengangguk dan kembali memasuki ruang belajar nya itu

Ceklek

Sebuah suara yang terdengar di indra pendengaran Aksara membuat anak itu terdiam,

"Ayah gembok ruangan ini lagi ya?" ucap nya lirih menatap sebuah cctv kecil yang terpasang di ujung ruangan itu, sebuah ruangan yang cukup untuk satu orang dan di penuhi dengan banyak stickynote berisi rumus-rumus matematika dan jadwal nya setiap hari nya. Tak lupa sebuah jam digital kecil yang mengatur semua kehidupan aksara tiap hari nya.

"Kenapa kepikiran sama Langit terus si"

......

Guys minta tolong coba cek list urutan part nya dong udah urut dari 1-33 belum, soalnya yang disini lagi eror

Guys minta tolong coba cek list urutan part nya dong udah urut dari 1-33 belum,  soalnya yang disini lagi eror

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
LANGIT DAN SEMESTA Where stories live. Discover now