Fateful Encounter

111 22 1
                                    

✧⋄⋆⋅⋆⋄✧⋄⋆⋅⋆⋄✧⋄⋆⋅⋆⋄✧⋄⋆⋅⋆⋄✧

Dua puluh dua September. Pertama kali dalam hidupnya, Sky membenci hari kelahirannya.

Sky menghidu udara pagi— rutinitasnya sebelum menjalani hari— seraya berdoa.

"Selamat ulang tahun, aku. Semoga aku bisa ikhlas menjalani ini semua, setidaknya demi rakyatmu."

Amin.

Tak lama, Felix datang ke kamarnya. Kedua tangannya tenteng seperangkat alat rias—Sky menyebutnya senjata dan Felix menyebutnya bayi— dan satu troli pakaian.

"Selamat ulang tahun, Yang Mulia! Kau harus tampil semenawan mungkin karena hari ini hari spesialmu!"

Tidak hanya Felix, seluruh kerajaan menyambut hari ini dengan sangat meriah. Istana disulap jadi semakin megah, rakyat berbondong-bondong memberikan cenderamata terbaik mereka untuk sang Pangeran. Jalanan di kota juga didekorasi sedemikian rupa untuk menyambut para undangan—jangan lupa, malam ini adalah malam puncak perayaan—.

Intinya, semua orang berbahagia, kecuali si empu yang punya hajat.

Oh, bayangkan saja. Usia dua puluh dua itu masih sangat muda—bagi Sky—dan dia akan dikenalkan sekaligus dijodohkan kurang dua puluh empat jam dari sekarang.

Sky berani taruhan memotong telinganya kalau ada seseorang yang senang dijodohkan di usia segitu muda. Tapi sekali lagi, siapalah ia sampai berani menolak perintah sang Raja?

"Bagaimana kalau yang dijodohkan ibu dan ayah adalah raja tua yang keriput dan menyebalkan?"

"Kami tidak akan melakukannya, sayang."

Suara halus menyapa mereka. Felix membungkukkan badannya begitu tahu siapa yang membuka pintu megah kamar sang pangeran.

"Yang Mulia Ratu." Felix memberi penghormatan.

Ratu Sharon—ibu dari Sky, wanita yang cantiknya tak bisa dimakan oleh waktu meski usianya sudah memasuki kepala empat— dari menepuk bahu Felix pelan.

"Terima kasih sudah merias Ciel sampai semanis ini, Fellie."

"Ah, bukan apa-apa, Ratu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ah, bukan apa-apa, Ratu."

Sharon berkata lagi, "Dayang di dapur sepertinya membutuhkan bantuanmu."

"Baiklah, saya permisi kalau begitu."

Felix pun meninggalkan dua sosok terhormat kerajaan Himmelion dalam heningnya kamar megah itu. Sharon ambil langkah anggun untuk hampiri anak semata wayangnya yang masih di depan lemari kaca—dan tampaknya, Sky semakin tak niat untuk beranjak karena kedatangannya.

"Sayangnya ibu..."

"Aku ini masih terlalu kecil ya, bu? Bahkan untuk perihal jodoh pun, kalian masih memilihkannya untukku."

-; Highness and His Moon. [HwangSeung / Seungjin]Where stories live. Discover now