-; Highness and His Moon. [HwangSeung / Seungjin]

Unexpected Charm

✧⋄⋆⋅⋆⋄✧⋄⋆⋅⋆⋄✧⋄⋆⋅⋆⋄✧⋄⋆⋅⋆⋄✧

Welletand rupanya tak seburuk yang Sky dan Felix pikirkan.

Kota ini tak suguhkan panorama kemegahan selayaknya tiga kota utama. Salah satu yang bisa kota ini pamerkan ke dunia adalah keindahan alam yang masih belum tersentuh oleh tangan-tangan nakal. Rumah-rumah berdiri kokoh walaupun dibangun dari kayu tua pohon akasia. Masyarakat disana, semuanya menyambut para pendatang dengan tangan terbuka lebar.

Sudah dua hari dan Sky belum temukan titik buruk dari kota Welletand selain ketertinggalan mereka akan teknologi.

Pagi ini cerah sekali, benar-benar cerah untuk ukuran kota kecil yang hanya bertemu dengan matahari sekitar empat sampai lima jam saja. Sky terbangun karena cicit burung gereja di jendela kamar yang terbuka dan sinar mentari yang menyusup melalui celah gorden.

Selimut biru muda sudah dilipat olehnya, tilam tipis yang ia gunakan untuk beristrahat pun sudah ia rapikan—entah darimana sang pangeran belajar merapikan kasur, mungkin ia terbiasa melihat pada dayang bereskan kamar megahnya di istana. Seusai berberes, ia segera membersihkan diri dan menyusul Felix yang sudah terjaga lebih dulu.

"Selamat pagi, Yang Mulia. Apakah tidurmu nyenyak?"

Felix menyapa dengan senyum secerah sang surya. Aroma roti bakar madu menguar dari arah pantry dapur pondok kecil tempat mereka bermalam, buat perut Sky semakin inginkan untuk melahap sarapannya segera.

"Selamat pagi, Lixie~ Nyenyak sekali.. Udara disini sangat berbeda dengan udara di istana."

"Jus atau susu?"

"Jus!!"

Suasana sarapan hari ini diwarnai oleh canda tawa. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada roti bakar madu dan segelas jus stroberi di pagi hari.

"Oh iya, kau ingin hadiah apa dariku?"

Sekadar informasi, tanggal lima belas September lalu, Felix berulang tahun. Sky tentu menyambutnya antusias dan melontarkan candaan bahwa Felix harus segera mencari pasangan agar bisa menemani Sky nanti.