23. DATANG

1.1K 159 27
                                    

Yeona baru saja selesai mengeringkan rambut saat tiba-tiba pintu apartemen kecilnya diketuk dari luar. Suara bel yang ditekan berkali-kali juga menjadi pengantar ketukan pintu yang begitu intens. Ia mengerutkan kening, bukan kah ia sudah membayar sewa hingga bulan depan?

Dengan masih mengenggam handuk, ia berjalan was-was ke arah pintu. Tak ada tempat untuk mengintip ke luar, bahkan celah sedikit pun tak ada. Sehingga ia hanya bisa menduga-duga siapa di balik pintu.

Dan mungkin seharusnya ia bisa menahan diri untuk tidak segera membuka pintu. Seharusnya ia bisa menghubungi pihak keamanan saja dan tidak merelakan privasinya terekspos begitu saja.

"Izinkan aku menyampaikan sesuatu."

Itu lah kata pertama yang sang pengetuk pintu lontarkan. Dia adalah Jung Jaehyun. Pria yang menahan pintu dengan salah satu lengannya saat Yeona berusaha untuk menutup pintu dengan paksa.

Dengan satu tangan yang menganggur, Jaehyun meraih tangan Yeona dan menggenggamnya lembut. "Beri aku kesempatan untuk menjelaskan, Yeona. Ini tidak akan selesai jika kau terus menghindar seperti ini," pintanya dengan suara yang serak dan sedikit tersengal.

Napas Yeona putus-putus saat gelenyar aneh terasa saat tangannya bersinggungan dengan kulit dingin milik Jaehyun. Ia tak punya pilihan lain selain membuka pintu itu lebih lebar. Ia tak bisa menutup pintunya karena dorongan lengan Jaehyun dan kaki yang menyelinap ke dalam.

Ia berjalan menjauh saat Jaehyun masuk ke dalam apartemen sederhananya dan menutup pintu di belakangnya. Tanpa menatap ke arah Jaehyun, ia beralih ke jendela di samping ruang tamu. Membelakangi Jaehyun yang sudah pasti akan membuatnya goyah.

"Bagaimana bisa kau tahu di mana aku?" tanya Yeona seraya meremas asal handuk kecil di genggaman tangannya.

"Kenapa kau pergi?"

Suara Jaehyun benar-benar pelan, namun begitu jelas di telinga Yeona. Itu berarti pria itu sudah berada tepat di belakangnya. Merasakan sosok tegap di belakangnya itu membuat Yeona meremang.

Setelah meneguk ludahnya kasar, ia menunduk sejenak. Ada perasaan menggelitik saat Jaehyun mengatakan pergi. "Pergi? Aku tidak pernah merasa aku pergi. Kau bukan tempatku pulang, 'kan?" Kepalanya meneleng ke samping, sedikit melirik pria di belakangnya dengan ujung matanya.

"Kau bisa berkata seperti itu sekarang."

Jaehyun melangkah hingga jarak mereka tersisa separuh langkah. Dengan gerakan sehalus mungkin, ia membawa gadis itu untuk mendekat. Benturan kecil antara punggunh dan dada serta pekikan kaget menyertai tarikan itu.

"Tapi kau ingat bahwa aku berikan segalanya untukmu saat kita memutuskan untuk menikah? Semuanya milikmu, Yeona, bahkan rumah itu. Itu adalah rumahmu, pulang lah," lirihnya dengan kedua tangannya yang mulai menelusup ke pinggang milik Yeona dan merengkuhnya lembut.

Napas Yeona tertahan ketika merasakan sentuhan lembut Jaehyun di perutnya. Telapak tangan besar itu bergerak mengusap perut ratanya. Ia tidak pernah sadar diri saat ia tiba-tiba meneleng ke samping dan mempersilakan embusan napas Jaehyun menabrak lehernya.

Jaehyun bisa saja menuntaskan rindunya dengan mengecupi setiap inci tubuh Yeona. Ditambah dengan aroma manis minyak rambut yang biasa ia hirup ketika Yeona selesai mencuci rambutnya. Tapi, ia yakin ia akan menjadi pria berengsek jika ia melakukan adegan yang otaknya putar saat ini.

"Kau tidak menjaga Jaerin Eonni?"

Jaehyun mendongak, menatap pantulan wajah Yeona di kaca jendela. Wajah manis itu terlihat sayu dan tegang di saat yang bersamaan. Bibir tipis itu tertekuk ke dalam ketika dengan sengaja ia menggesekkan ujung hidungnya di sepanjang perpotongan leher jenjang itu.

LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang