spin off: RAMYUN (TaeRin)

939 111 5
                                    

Tepat setelah Taeyong membersihkan tubuhnya dan memakai kaos, Jaerin datang ke apartemennya. Gadis itu memaksa, rela menempuh perjalanan hingga Seoul untuk berkunjung ke hunian sederhananya.

Entah lah. Membicarakan Jaehyun dan Yeona, katanya.

"Mau makan apa?" tanya Taeyong setelah menuntun sang gadis ke sofa di depan televisi.

Jaerin menggeleng kecil seraya menunjuk jam dinding di atas televisi. "Tidak perlu. Lagipula ini sudah tengah malam."

Atau dalam arti lain, tidak perlu repot-repot meninggalkanku karena banyak hal yang ingin aku dengar dan bicarakan denganmu.

Dan Taeyong nampaknya paham. Ia tersenyum kecil dan mendudukkan dirinya di samping Jaerin. Lengannya ia sampirkan sepanjang punggung kursi. "Bagaimana Yeona bisa kembali?" tanyanya, mempersilakan gadis itu untuk mengeluarkan apa yang ada di kepalanya.

Tubuh gadis itu sedikit berbalik, condong ke arah Taeyong yang begitu nyaman bersandar di sofa. Oh, ya! Pria itu juga menatapnya lembut, jangan lupakan itu.

"Aku menelepon Jaehyun tadi dan aku dengar dia menyebutkan nama Yeona. Ku pikir gadis itu pulang karena tiba-tiba sambungannya terputus. Lalu, beberapa menit kemudian si Bodoh itu memberi kabar bahwa mereka akan pergi ke pantai."

Tawa Taeyong mengalun pelan saat mendengar sematan nama untuk Jaehyun. "Malam-malam?" Alisnya menukik naik.

"Biar saja lah. Aku hanya berharap mereka meluruskan masalah di sana."

Taeyong menggeleng kecil. Entah tersenyum untuk cerita Jaerin atau untuk mengagumi bagaimana lugunya Jaerin ketika bercerita. Gadis itu selalu menarik perhatiannya. "Rumit sekali mereka ini."

"I know right," desah Jaerin seraya membuang wajahnya ke samping. Ia terkadang bingung mengapa dirinya begitu perhatian dengan hubungan Jaehyun dan Yeona. Padahal ia pun sadar bahwa dirinya tidak punya kapasitas untuk mengurus hubungan itu.

Tapi, ia sadar. Sebagai seorang kakak, ia tahu bahwa Jaehyun harus mengerti tanggung jawab seorang lelaki dan suami. Keluarganya di sini dipertaruhkan. Ia tidak ingin kemudian kedua orang tuanya menjadi sedih karena larut memikirkan didikan mereka pada Jaehyun.

Gerakan sofa membuat Jaerin tersentak. Ia melihat pria di sampingnya itu sudah bangkit dan meninggalkan sofa menuju ke dapur. Keningnya mengernyit, secara otomatis mengekori langkah Taeyong seperti anak ayam.

"Apa yang sedang kau lakukan, Taeyong?" tanyanya kemudian saat pria itu meletakkan sepanci air di atas kompor.

Taeyong melirik ke belakang tanpa melunturkan senyumannya. Kedua tangannya bertumpu pada meja seraya menunggu air di hadapannya itu mendidih. "Membuat ramyun. Kau mau? Kau bilang tidak mau makan?"

Kedua mata Jaerin berputar jengah. Walaupun posisi Taeyong tengah membelakanginya, ia bisa membayangkan senyum jahil di wajah tampan itu. "Cih! Apakah sopan makan di depan tamu?"

"Kau bilang sendiri tidak mau, Jaerin." Taeyong kemudian berbalik. Mengambil ramyun di lemari di belakang Jaerin kemudian mengusak puncak kepala tersebut. "Tunggu, ya? Aku masakkan ramyun yang banyak," ujarnya lembut seraya menggoyangkan tiga bungkus ramyun di depan wajah Jaerin.

Yang diusak rambutnya itu mematung. Perlakuan Taeyong selama ini tak pernah absen membuat hatinya bergejolak resah. Betapa jahatnya pria itu! Setelah mengacak hatinya, bisa-bisanya pria itu tak mengacuhkannya dan kembali fokus pada masakannya?

Punggungnya ia sandarkan di lemari di belakangnya. Tangannya terlipat di depan dada tanpa mengalihkan tatapannya dari sosok Taeyong yang masih membelakanginya.

LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔Where stories live. Discover now