Chapter 3

96 38 7
                                    

Lelaki itu memilih untuk langsung membersihkan diri ketika sampai ke unit apartemennya. Mandi dengan air hangat dan minum air seduhan madu, adalah obat terbaik yang selalu Jungkook pilih untuk meredakan stres.

Orang bilang, menjelang pernikahan, tekanan akan datang dari mana-mana, termasuk dari pasangan sendiri. Hal itu lumrah, jika saja masih dalam batas wajar dan masih bisa ditangani.

Hanya saja masalahnya di sini, pernikahan mereka ditentang oleh pihak keluarga. Sesuatu yang membuat bebannya terasa lebih berat.

Jungkook tahu, perbedaan latar belakang dan budaya antara keluarganya dan keluarga Tzuyu cukup jauh untuk disatukan, termasuk tentang kepercayaan larangan bulan hantu ini.

Meski ada kepercayaan yang masih dipegang oleh keluarganya, tetapi mereka bisa bersikap lebih terbuka, berbeda dengan keluarga Tzuyu yang sangat meluhurkan ajaran dan keyakinan terdahulunya.

Tidak ada salahnya memang, hanya saja yang menjadi perkara saat ini, adalah pertentangan Tzuyu dengan keluarganya sendiri.

Gadis itu yang terbiasa hidup di zaman sekarang, menolak untuk percaya tradisi dan kepercayaan leluhur keluarganya.

Tzuyu bersikeras ingin membuktikan, bahwa apa yang dipegang oleh keluarganya hanya sebuah kebodohan yang terkungkung lapuknya pemahaman.

Karena, Tzuyu yakin, manusia di zaman ini, tidak bisa hidup dengan berpegang pada mitos yang tidak bisa digapai oleh rasionalitas.

Menurutnya, itu hanya akan menyebabkan ketertinggalan.

Kesadaran Jungkook kembali saat ponselnya berbunyi. Ada sebuah notifikasi yang menandakan pesan masuk.

Jungkook tersenyum saat menemukan nama Tzuyu di sana. Lantas, ia segera membuka pesan dari kekasihnya.

[Maaf bersikap terlalu kasar tadi, Oppa, aku harap kau mengerti. Selamat istirahat. Aku mencintaimu]

“Aku juga mencintaimu, Tzuyu.”

Jungkook menyimpan gawai tersebut setelah mengirimkan balasan.

Lelaki itu kemudian merenggangkan tubuh, mencoba meredakan kaku dan tegang di ototnya. Tidak ada pekerjaan yang mengharuskan Jungkook tidur larut malam ini, ia bisa pergi ke tempat tidurnya lebih awal.

Akan ada rapat penting selama dua hari berturut-turut, Jungkook harus mempersiapkan diri untuk itu.

Pria Jeon tersebut baru akan menaiki ranjang saat angin kencang membuat jendelanya membentur dinding cukup keras. Tirai-tirai kelambu yang menutupi kaca tersibak, membuat Jungkook bisa melihat jelas ke arah balkon yang lembab karena gerimis.

Jungkook kembali turun. Ia bergegas menutup jendela, tetapi pergerakannya terhenti saat menemukan siluet putih yang berdiri membelakanginya.

Lelaki itu harus menyipitkan mata, memokuskan penglihatan dan melawan terpaan angin kencang.

Namun, saat tangannya menyingkap tirai yang menghalangi sejak tadi, tidak ada siapa-siapa di sana.

“Astaga, kau pasti sudah banyak berhalusinasi karena kurang tidur belakangan ini.”

Lelaki itu memilih mengabaikannya. Kemudian, menutup jendela dengan rapat dan kembali ke tempat tidur.

Jungkook merebahkan dirinya, terlentang di balik balutan selimut yang hangat dan nyaman. Ia juga sudah mematikan lampu ruangan, mengganti pencahayaan dengan lampu tidur yang temaram.

Jungkook yang kelelahan mulai terlelap, dibuai ketidaksadaran tanpa tahu, bahwa di balik jendela yang baru saja ia tinggalkan beberapa menit lalu, berdiri sesosok asing yang mengarahkan tatapannya ke dalam.

Sosok itu, dengan bola mata yang lebih kecil dari umumnya, memindai Jungkook yang telah hanyut dalam mimpinya.

🌱


Tzuyu terbangun karena suara tetes air terdengar cukup keras. Untuk beberapa saat, ia terpaku pada dinding di hadapannya. Gadis itu kemudian memilih duduk.

Sebelumnya, Tzuyu pikir, suara tetes air itu datang dari mimpinya, tetapi semakin lama terdengar semakin mengusik dan menariknya untuk kembali sadar.

Ia melihat ke sekitar, masih sangat gelap. Tzuyu tidak menyalakan lampu tidur, ia hanya mengandalkan cahaya dari penerangan luar yang menembus jendela kamarnya.

Tzuyu menyibak selimut, kemudian bangkit untuk memeriksa keran.

Saat ia membuka pintu kamar mandi, tidak ada lagi suara tetesan air yang didengarnya tadi. Semua keran tertutup dengan sempurna, seperti yang Tzuyu ingat terakhir kali. Ia tidak pernah terlalu teledor untuk lupa mematikan air setelah digunakan.

"Lagipula, tidak masuk akal jika suara tetes air terdengar sampai kamar."

Gadis itu memilih untuk membasuh wajah. Ia tidak akan bisa tertidur kembali setelah terbangun, dan Tzuyu memutuskan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan sampai kantuknya kembali datang.

Wajahnya terangkat, Tzuyu hendak mengambil tisu saat telinganya mendengar suara langkah mendekat, terdengar samar.

Tzuyu membalik tubuhnya dengan segera, tetapi tidak ada siapapun. Ia mengembuskan napas lega sambil memejamkan mata.

“Apa yang aku pikirkan?” Tzuyu meraih beberapa lembar tisu dan mengeringkan wajahnya.

Semula, Tzuyu tidak menggubris lebih jauh perasaan aneh yang menghinggapinya beberapa saat lalu, sebelum kakinya yang tidak memakai alas menginjak sesuatu yang basah.

Tzuyu mengerutkan dahi, menatap lantai di bawahnya. Tzuyu mengangkat sebelah kaki dan melihat lembab di sana, ia bahkan harus berjongkok dan mengusap lantai tersebut untuk memastikan.

“Air?” gumamnya ketika jari telunjuknya berhasil menyentuh lantai. Ia melihat ke sekeliling.

Lantai kamarnya kering, hanya di bagian yang ia pijak dan dua meter di depannya yang basah.

Jejak basah, seperti bekas kain panjang yang diseret.

Gadis itu menyentuh bagian belakang leher ketika perasaan tak nyaman muncul, Tzuyu kembali beranjak dan memeriksa sekelilingnya sekali lagi.

“Astaga ....” Tzuyu memejamkan matanya. “Berhenti, Tzuyu, akal sehatmu mulai terganggu karena rasa takut seperti ini.”





▪️▪️🍃▪️▪️

Ghost MonthDove le storie prendono vita. Scoprilo ora