Chapter 04

31 13 0
                                    

Happy Reading

Memang aneh rasanya bagi Sang Pemburu untuk membohongi Sang Ratu bahwa yang ia bawakan adalah hati dari Rusa bukan hati dari  Putri Eleana.

Sang pemburu telah sampai di gerbang depan istana untuk masuk menemui Sang Ratu dan menyampaikan bahwa ia telah berhasil membunuh putri Eleana.

"Ratuku... Dengan segala hormat aku persembahkan hati dari hati putri Eleana" Sang pemburu membuka kotak dihadapan Sang Ratu dan memperlihatkan hati milik Sang putri.

"Kerja mu bagus... Wahay sang pemburu...." Ucap Sang Ratu.

Sang Ratu membawa hati Eleana dan memberikannya kepada Pembantunya untuk menyediakan makan malamnya dengan hati yang telah dibawa Pemburu barusan.

Pembantunya sangat terkejut mendengar ucapan dari Sang Ratu yang telah beraninya membuat anak keponakannya dibunuh olehnya.

"Gak usah belaga terkejut, cepat kerjakan tugas mu!" Tegasnya.

"Baik ratu... Kami akan menyiapkannya"

Para pembantu kerajaan mulai membuat peralatan dapurnya menyala dan digunakan satu persatu.

Salah satu pembantu tak tega memotong hati milik Putri Eleana untuk di potongnya, hingga akhirnya hatinya hanya di rebus dan dibumbui dengan kecap manis serta bumbu-bumbu penyedap lainnya.

"Apa benar hati manusia seperti ini?"

"Ntahlah mungkin saja... Ayoo cepat nanti sang Ratu akan marah bila kita lamban seperti ini" Ucapnya.

"Karna tugasmu telah selesai, ku persilahkan kau pulang menemui keluarga mu" Gumam Sang Ratu.

"Baik ratuku... Terimakasih...." Sang pemburu meninggalkan ruangan milik Sang Ratu dan pulang menemui keluarganya.

Diperjalanan pulang semua orang menatap Sang Pemburu dan betapa teganya dia membunuh Sang Putri.
Sang pembuat hanya terdiam mendengar ocehan warga Erlanda tanpa berkata-kata satu kata pun.

"Dasar, orang tak tahu diri!" Teriak wanita paruh baya.

"Aku tak percaya dia melakukannya" Bisik Pria paruh baya lainnya.

Sang Pemburu hanya terus menundukan pandangan karena tak mampu melihat muka orang-orang kecewa atas dirinya, jika orang-orang tahu bahwa Sang Putri belum tiada mungkin mereka tak akan mengoceh seperti ini tapi harus bagaimana..

Waktu memang tak tepat untuk mengungkap kebenaran bahwa sang putri masih hidup.

Jika hari ini juga membenarkannya bisa-bisa nasib keluarga Sang Pemburu akan terancam apalagi hari ini banyak undangan tersebar ke seluruh pelosok negeri bahwa Sang Ratu mengundang para bangsawan untuk mengadakan makan malam dan jadilah tamunya.

Namun jangan sampai para bangsawan mengetahuinya bahwa Sang Ratu telah membunuh Eleana.

Semua penjaga serta para warga harus tak mau harus bisa tutup mulut. Kalau sampai ada yang membocorkannya semuanya akan dibakar hidup-hidup.

Kota Erlanda memang tak seindah dulu, namun aku percaya suatu saat akan kembali seperti dahulu kala dan semuanya akan hidup bahagia.

Kini sang pemburu telah sampai didepan rumahnya dan mulai mengetuk pintu. Pintu tersebut dibuka oleh wanita berparas cantik yang tak bukan adalah istrinya.

"Apa benar rumor itu... Kau telah membunuh Putri Eleana?"

"Itu tak benar istriku..."

"Lantas mengapa kau tidak membenarkannya, wahai suamiku?

"Waktunya belum tepat... Keluarga kita sedang diambang dan di awasi oleh Sang Ratu" Gumam Sang pemuru .

"Aku berharap kita bisa bebas seperti semula" Ucap Riana Istri dari Sang Pemburu.

"Aku juga..."

"Yey... Ayah pulang" Teriak dari balik kamar yang jelas itu anak dari Sang Pemburu.

"Wah siapa kira-kira yah, yang memanggil namaku"

"Disini ayah... Ini aku Jhon " Cekekeh Jhon yang tau bahwa ayahnya sedang bermain-main dengan nya.

Jhon berlari langsung memeluk tubuh ayahnya yang bau.

"Ayah bau..." Teriak Jhon.

"Oh Iyah ayah lupa belum mandi.."

"Sanah mandi dulu... Braham" Ucap Riana yang menyebut nama dari Sang Pemburu, dan kini kita tau bahwa Sang Pemburu mempunyai nama wkwk.

"Baiklah... Sayangku...." Braham memberikan sekantung daging yang memanjakan mata sang istri.

"Akhirnya kita makan daging Jhon..." Ucap Riana sambil menggendong anaknya dari pangkuan Braham.

"Yeeeyy... Daging...." Teriak senang dari Jhon yang sudah lama tak makan daging.

"Terimakasih suamiku, Kau telah membuat Jhon senang" senyum Riana.

"Tak perlu berterima kasih... Memang tugas ku untuk membahagiakan keluarga kecil ini " Ucap Braham dan memeluk Keduanya dengan erat.

"Bau... Ayah...." Lirih  Jhon.

"Heeee... Mandi dulu sanah.. Aku telah menyiapkan handuk dan air hangat untuk mu" Ucap Riana.

"Baiklah aku akan mandi dulu... Mau bareng?" Rayu Braham mengode-ngode istrinya.

"Gak!" Celetuk Riana sambil sedikit malu didepan Jhon.

"Serius..." Braham mengajaknya lagi.

"Masih ada anak kita" Gumam Riana.

"Oke baiklah... " Braham langsung pergi begitu saja dengan muka kusutnya.

Sedangkan kini sang istri mulai mempersiapkan makan malam untuk suami dan anaknya.

"Ibu... Mau dibikin apa daging ini?"

"Dibikin spesial dong..."

"Apa yang harus kubantu ibu?" Ucap Jhon.

"Tidak perlu... Kamu duduk manis saja disanah yah" Ucap Riana sambil menyuruh anaknya duduk di meja makan.

Jhon akhirnya menuruti perkataan Riana dan hanya terduduk manis menunggu makanannya dihidangkan.

TBC



Diwajibkan vote setiap Chapter dan folow akun author nya biar bisa ngikuti kelanjutan kisahnya.

CERMIN AJAIB [End]✓Where stories live. Discover now