Prolog

2.3K 212 52
                                    

♡♡♡Bagaimana semuanya dimulai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♡♡♡
Bagaimana semuanya dimulai


Malam itu, disaat bulan bersinar dengan indah, langit malam yang bersih tanpa awan, jutaan pasukan bintang terlihat dengan jelas.

Lebih baik malam ini melepaskan segala rasa gelisah dan lelah di tubuhmu dengan memandang keindahan langit malam ini.

Kalau kalian adalah rakyat biasa, mungkin kalian akan melakukan itu. Memanjakan mata kalian dengan lukisan alam ini.

Namun bagi para bangsawan, malam ini adalah waktunya berpesta dalam kemewahan, bersenang-senang sebelum fajar menyingsing.

Semuanya berdansa bersama alunan musik, kecuali jika kau sendiri tak punya pasangan untuk diajak berdansa.

Begitulah, gadis yang tengah memandang ke langit ini tak punya pasangan dansa. Seharusnya dia tolak saja undangan yang ia terima tadi pagi, karena ternyata mayoritas yang datang telah mempunyai pasangan.

Gadis itu menghelas napasnya pelan, kelihatan lelah, padahal ia hanya bosan dan iri.

Hingga seorang laki-laki berambut pirang menghampiri gadis ini.

"Langit malam ini indah, bukan?" ujar laki-laki tadi.

Sedikit terkejut dirasakan gadis tadi, ia hanya ingin sendiri dan tak ingin mengobrol dengan orang yang sama sekali tidak dia kenal. Namun bagaimana lagi, kalau pergi begitu saja, dia akan dijauhi dan dianggap tidak sopan, dan lebih tidak mungkin bila ia harus mengusir laki-laki tadi.

Akhirnya ia membalas pelan. "Iya,"

Laki-laki tadi menatap gadis tersebut heran.

"Maaf, ada apa?" tanya gadis itu setelah menyadari bahwa ia diperhatikan.

Laki-laki itu kembali menatap heran, terlihat polos (sangat imut). "Sebelum itu, siapa namamu, nona?" tanyanya.

Gadis ini ikut menatap heran. "(name)  (last name)," jawabnya. "Bagaimana denganmu, tuan?" gadis itu balik bertanya.

Ia tersenyum lembut. "William James Moriarty," balasnya.

"Ah, Moriarty," gumam (name), kembali melamun melihat langit.

Kemudian lelaki itu kembali menatap heran, tatapan polos yang diam-diam membuat (name) gemas.

"Maaf, ada apa lagi?" (name) kembali bertanya.

"Semua tamu sedang berdansa dengan pasangan mereka, apa anda tidak punya pasangan dansa? Atau anda justru memang tak punya pasangan?" tanyanya tanpa pikir-pikir dulu.

Pipi (name) sedikit memerah, mungkin karena malu akibat William yang mengingatkannya pada kenyataan itu. "Ya," jawabnya singkat. "Anda sendiri bagaimana?"

Lelaki itu terkekeh pelan. "Ya, begitu pula dengan saya," ia ikut memandang keindahan langit di samping gadis ini.

Mereka cukup banyak mengobrol. Padahal awalnya (name) tidak ingin berbicara pada siapapun, tapi lelaki ini benar-benar teman berbicara yang baik dan menyenangkan. Bahkan terkadang pembicaraan mereka menyinggung kehidupan pribadi (name).

The art of Crime [William James Moriarty x Reader]Where stories live. Discover now