#22 Main-Main ala Radit

10 1 0
                                    

"HAH?!"

"JANGAN TERIAK-TERIAK EJAAAAA!" teriak Delisa dari kamar sebelah karena kaget mendengar adik temannya itu berteriak.

Reno hanya pasrah menutup kupingnya.

Eja meringis saja mendengar sahutan teriakan dari Delisa si kakaknya Reno itu. Suaranya melengking menggelegar hebat. Untung saja mama dan papanya Reno sedang berkencan keluar rumah, jadi tak ada sambung-sambungan teriakan dari antar keluarga ini.

"Eh tapi beneran?" tanya Eja dengan nada normal tetapi juga gemas setelah tadi terkaget hingga shok.

Reno menggumam membenarkan. Memeluk guling merah MU kesayangannya. Masih kaget juga dengan perkataan Radit tadi siang.

Gimana tadi? Rebut??

Rebutan gitu??

Tu cowok dah gila. Masa rela kalau ceweknya direbut orang?!

"Yaudah rebut gih. Dia kan yang ngijinin elu juga," saran Eja menatap poster CR7 si calon kapten The Red Devils di tembok kamar berwarna dominan hitam dan sedikit sentuhan warna merah pada beberapa barang pajangan.

"Ya tapi kan...," entahlah. Reno pun bingung.

"Radit tu rese banget. Nggak mungkin kalo dia segampang itu tentang cewek," argumen Reno setelah dia berpikir agak lama.

Eja  mendecak, "emangnya lu nggak mau?"

"Ya mau,"

Eja menjentikkan jari panjangnya, "gass lah," semangatnya. "Radit tuh kayak nggak mungkin banget kalo pacaran sama cewek Aurora menurut gua. Tipenya dia yang ala kanjeng ratu gitu. Anggun. Kalo adik kelas kayak aneh aja nggak sih? Dia boong kali, cuma ngerjain elu,"

"Tapi kemarin-kemarin aja mereka berduaan di alun-alun. Gimana nggak nethink!" gerutu Reno.

Eja menghembuskan napasnya kini, "kalo lo kenal si Radit itu, lo bakal ubah pola pikir lo,"

"Radit tuh orangnya suka nipu sama halu. Dia lebih suka karakter 2D atau nggak artis-artis cantik kayak dewi gitu. Atau nggak yang seleb instagram. Lo jangan asal percaya deh. Gue dukung lo nih,"

"Masa sih?" tanya Reno meragu.

"Yeee lu nih. Radit tuh nggak sadar diri dirinya siapa tapi suka yang level atas," tambah Eja memberikan argumen yang memang ia tahu pasti.

Radit memang sangat aktif media sosialnya. Mulai dari instagram, twitter, facebook, path hingga pinterest dia punya. Followersnya juga terhitung banyak.

Modalnya cuma satu, selfie tampan dengan tambahan filter yang oke.

"Dih, lo follow tu bayi matahari?" ucap Eja julid. Eja memang sedikit lebih dekat Radit karena satu jurusan. Lebih banyak interaksi mereka berdua membuat Eja mengenal tabiat Radit yang bersifat ceria hingga dijuluki babysun itu.

"Dah lama elah," sambil mengibaskan tangannya tak acuh.

"Pokoknya gue dukung elu. Maju terus pantang mundur lah," ucap Eja menepuk pundak cowok itu. "Ntar lo ajak makan gih di Cafe Coffe D'Arnolds," tambahnya.

Reno melirik. Seperti mengenal tempat itu. "Cafenya cewek lu kan," ucapnya mendengus sebal.

Eja ini bucin sekali dengan gadisnya itu. Apa-apa pasti disambungkan ke arah-arah gadisnya.

Eja terkekeh saja dengan gila sambil bertelentang di atas ranjang seprai merah itu.

***

Reno: di mana

Eja: biasalah

Reno segera beranjak dari kursi kebangsaannya setelah bertanya. Saat ini jamnya sedang kosong, jadi dia berniat mampir ke ruang praktik Eja. Ya, sekadar mengacau sedikit tak apa lah.

Dengan kekuatan penuh tubuhnya digulingkan ke depan. Teman-temannya yang sedang tidur ataupun makan atau yang lainnya jadi terkaget sampai tersedak.

"Woy, ya Allah kesurupan Lo?!" protes temannya yang baru saja tersedak salak. Untung bukan bijinya yang tertelan.

Reno hanya meringis saja lalu berlari ke luar dari lab nya. Bersiul-siul karena hatinya sedang riang. Sebabnya yaitu karena tadi pagi dia diberi sarapan yang enak-enak oleh Delisa, maklum saja, baru mendapat gaji penuh akhir bulan ini.

Dan juga satu lagi, nanti sore ada latihan marching.

Ugh, betapa bahagianya hati ini.

"Hai bunga," ucapnya menyapa bunga Bougenville warna ungu menjulur seolah menyapa Reno yang sedang berbunga-bunga.





"Wii mas Eja keren!" ucap Reno setelah sampai di ruang praktik sambil menepuk pundak Eja yang sedang sangat serius.

Eja memejamkan matanya sabar. Harusnya lampu ini bisa hidup jika ia memasang kabelnya pas.

Tapi.

Ini nih.

Genderuwo satu ganggu banget.

"Lo dateng bisa salam dulu nggak? Atau mau gue setrum pake nih kabel ha?!"

UPS, sedang mode senggol bacok.

Reno sedikit mundur lalu memberikan eye smile andalannya.

"Jangan galak-galak mas. Dede Atut,"

Eja tak mempedulikan gurauan Reno. Dirinya benar-benar fokus untuk ini. Proyek kecil-kecilan ini memang harus jadi bulan depan untuk ajang pameran nanti. Ini proyek kelasnya.

"Jurusan Lo ngeluarin apa besok?" tanya Eja masih fokus pada lampunya.

Reno sudah duduk bersila di atas kursi memperhatikan tangan Eja yang sangat telaten dengan benda kecil itu.

"Kepo," jawabnya iseng.

Pemuda bermata kecil itu hanya memutar bola matanya malas. Mengajak segelintir adik kelas yang ada di sudut-sudut ruangan tanding game online. Tingkat keisengannya sedang 100%, makanya hari ini korbannya banyak, ia juga memberikan celetuk garing pada adik kelas tetapi masih juga ada yang mau menanggapi, Eja mah malas sekali.

"Nggak nyambi bang?" tanya salah satu adik kelas yang kepalanya nyaris kinclong sambil membawa kabel berwarna-warni mendekat ke arah Eja.

Reno menggeleng, "gue dah bikin dikit, sekarang junior-junior lagi nyusun," ucapnya memainkan satu lampu kecil yang kemudian diambil Eja. Pemuda itu mendengus saja.






"Buset ini kalian kompak amat yak. Pada kerja semua. Biar apa sih?"

Pertanyaan retoris macam apa itu?

Satu pemuda tinggi memasuki ruangan sambil makan manisan mangga dalam plastik.

Saat mata kecil Reno menangkap wajah si asal suara, dirinya tersentak. Si pemilik suara berat itu pun tak sengaja menoleh ke arah Reno yang membuat keduanya bertatapan.

"Oi Ren. Di sini lu," sapa Radit menepuk pundak pemuda yang lebih rendah darinya. Reno mendengus tak suka.

Fahreza, yang di beri label lelaki manis+tampan bertautan menandakan suatu pertanyaan. "Kalian kenal?" tanyanya.

"Yoi," santai Radit. Dirinya menyodorkan manisan mangga ke mulut Reno yang ia tutup rapat-rapat.  Tak ingin berurusan dengan Radit.

Radit yang mendapat penolakan pun tak ambil hati. Langsung dia masukkan satu potong manisan mangga itu ke mulutnya utuh-utuh.

Pemuda bermata kecil itu sudah tidak mood dengan kehadiran Radit, jadi dia memutuskan melangkah pergi tanpa pamit kepada Eja. Radit yang paham dari guratan wajah pemuda itu terkikik geli. Sebegitu kesalnya kah dia?

Wah, kalau begitu memang harus diajak main-main dulu ini.

Biar seru.


"Eh Ren, gue minta nomor Lo dong,"

***

SIRIUS STARSWhere stories live. Discover now