Chapter 3

284 16 6
                                    

-Di Kereta-
Keretanya benar-benar bagus. Segalanya tampak indah, mewah, berkilauan. Sofa-sofanya sangat empuk. Meja-mejanya terbuat dari kayu dengan kualitas yang sangat baik. Dindingnya dilapisi wallpaper yang bagus.

Aku langsung ke kamar. Duduk di tempat tidur. Meratap. Terpikir olehku Ellie, ibuku, Dan Caleb. Apa yang mereka lakukan sekarang?

Tok! Tok! Tok!
Ketikan di pintu.

Aku membukanya. Zoë.

"Sayangku, mentormu dan Connor sudah menunggu di ruang makan! Ayo kesana!" Ajaknya dengan aksen Capitolnya yang menyebalkan.

Aku hanya mengangguk dan berjalan mengikutinya.

-Di ruang makan-

"Johanna...?"

"Johanna Mason." Jawabku singkat.

"Ah benar! Johanna Mason! Darling, tadi kamu jelek sekali saat maju ke panggung."

Aku memberinya tatapan diam-atau-aku-akan-membunuhmu.

"Kau kelihatan sangat ketakutan dan menyedihkan. Sama sekali tidak meyakinkan."

"Shut the hell up!" Teriakku.

"Manners!" Teriak Zoë.

"For fuck sake, Zoë, no one fucking care about that" balasku.

Zoë langsung terdiam. Shock

"Ah, nak, jangan terlalu keras padanya."

"Jadi, kenapa memanggilku?" Tanyaku.

"Oh benar, darling, aku akan menjadi mentormu. Namaku Blake Underwood. Pemenang hunger games ke 54. Connor dan mentornya ada di ruangan sebelah. Membicarakan taktik mereka. Jadi kurasa, kita juga harus membicarakan taktik kita." Kata Blake.

"I don't care, I'm gonna lose anyway." Jawabku sekenanya.

"Tampaknya memang begitu." Jawab Blake singkat.

"I know right." Jawabku singkat.

"Jadi, darling, apa keahlianmu?"

"Kapak dan pisau." Jawabku.

Blake memberiku pisau roti.

Aku melemparnya, tepat ke foto President Snow di tengah kereta. Kena tepat sasaran, di mata kiri.

"Oh darling, kamu tidak seharusnya melempar kesana!" Kata Blake dengan agak ketakutan.

"I don't care. Untuk Snow, president sialan yang hanya ingin membuat kita menderita. Persetan mau dihukum atau apa, aku akan menjadi peserta hunger games anyway. Aku akan mati." Jawabku dengan nada marah.

"Darling, Johanna...." Blake mencoba menenangkanku.

"Shut up, Blake! Snow!? Do you fucking hear me you frickin asshole! You're just frozen water! Get over yourself you fucking fucker die and burn in hell!" Aku berteriak.

"Darling..." Blake mencoba menenangkanku.

"Shut up!" Jawabku.

"Sayangku, kita akan membicarakan taktik kita." Kata Blake.

"Whatever" jawabku.

"Cry!" Suruh Blake.

"Excuse me?" Tanyaku.

"Menangislah! Apa kurang jelas?" Jawabnya.

"Why should I?" Tanyaku.

"Image-mu adalah gadis lemah. Karena kamu kelihatan sangat ketakutan di panggung." Kata Blake.

Aku mengambil irisan lemon dan memeras dan menetaskan airnya di mataku. Membuatku menangis.

"Oh fuck it burnnnnnn" ringisku.

Blake tertawa kecil.

Seorang Avox memberiku kertas.

"Miss Mason, ada surat di kamar anda. Penting"

Aku segera kembali ke kamar. Membuka surat entah isinya apa dan dari siapa itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Johanna Mason storyWhere stories live. Discover now