D E S I R E • 03 || That Man

1.1K 151 46
                                    

"Your melody will play on and on with the best of 'em

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Your melody will play on and on with the best of 'em."

Jiyeon menyugar rambutnya ke belakang, beberapa kali ia menghela napas sambil menatap jalanan dari dalam kafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiyeon menyugar rambutnya ke belakang, beberapa kali ia menghela napas sambil menatap jalanan dari dalam kafe. Di depannya ada sosok Jidae yang sengaja ia panggil untuk menemani waktu makan siangnya.

Sejak kepulangannya kemarin, Jiyeon belum menemui Kyuhyun. Ada beberapa hal yang harus ia bereskan sebelum bertemu dengan adik angkatnya itu. Ia harus benar-benar dalam suasana hati yang bagus, karena Kyuhyun adalah tipikal orang yang bisa dengan mudah membaca ekspresi.

Jidae berdeham pelan, ia selalu merasa canggung jika berhadapan langsung dengan Jiyeon. Mungkin karena perbedaan status jabatan yang teramat jauh, meskipun ia sudah mengenal Jiyeon dan Keluarga Masen dalam jangka waktu cukup lama.

"Kau tidak penasaran dengan apa yang Dad bicarakan padaku malam tadi?" tanya Jiyeon, dengan tatapan yang masih tertuju ke arah luar.

Pria Song itu menjeda tangannya yang hendak membawa secangkir americano dari atas meja. Menatap Jiyeon dengan tatapan bingung. Kenapa ia harus merasa penasaran?

Tak mendapat respon dari Jidae, Jiyeon mengalihkan atensinya. "Tak perlu menjawab. Aku hanya butuh pendengar. Sebenarnya Kyuhyun adalah pendengar yang sangat baik, tapi aku tidak bisa terlalu terbuka dengannya."

Jiyeon memosisikan tangannya di atas meja, mengembuskan napas kasar sebelum kembali berkata, "Dia marah padaku karena aku menolak untuk menghadiri undangan makan malam dengan Willis Park, akibatnya salah satu saham perusahaan cabang menurun drastis."

Gadis itu tertawa pelan. "Tsk, aku memang terlahir untuk menjadi robot penghasil uang. Dad bahkan tidak peduli soal latar belakang si tua bangka itu, dia mungkin tidak akan pernah peduli jika aku sampai dibawa ke ranjangnya."

Jidae menelan salivanya dengan hati-hati, ia selalu bingung untuk mengeluarkan respon seperti apa jika Jiyeon sudah berada dalam mode seperti ini.

"Kau tahu doa apa yang selalu aku panjatkan pada Tuhan setiap kali pergi ke gereja?" tanya Jiyeon, menatap gelas di depannya dengan tatapan kosong.

DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang