Extra 1 - The Right One

7.8K 396 13
                                    

Aku menolehkan kepalaku dan melihat ke arah pintu masuk ketika ada suara dentingan lonceng atas pintu. Sontak aku tersenyum melihat siapa yang datang.

"For your mom's birthday, right?"

Randy tersenyum mendengar pertanyaanku. "Udah hapal banget ya?"

"Iya dong. Secara kamu pelanggan setia toko ini sejak tiga tahun yang lalu. Sejak....."

"Sejak aku berusaha gombalin kamu pake mawar putih."

Lantas kami berdua tertawa. Pertemuan pertama kami selalu jadi lelucon antara kami berdua sebagai sahabat. Iya, siapa yang tidak mau menjadi sahabat seorang Randy yang baik hati itu.

"You look happier," kataku pelan.

Randy mengedikkan bahunya. "Perasaan aku selalu happy."

"Kamu lagi berusaha bohongin orang yang pernah frustasi karena percintaan?"

Randy tergelak. "Okay, you win. Kayak yang kamu bilang waktu bakalan nyembuhin semuanya. Semua udah di masa lalu dan aku siap memulai awal baru dengan tenang."

"And thank God, you found the right one," sahutku lagi dan Randy hanya menanggapiku dengan senyum tipis. Ekspresi Randy yang terlihat biasa saja membuatku menduga bahwa aku salah bicara. Tetapi bukan salahku juga menduga kan karena minggu lalu ketika aku bertemu dengannya di mall bersama seorang perempuan, Randy bisa tertawa lepas?

"Here's your bucket and wait....Aku mau nitip sesuatu ke kamu," kataku dan sambil berjalan cepat ke ruanganku.

"Aku titip ini buat tante ya, sampaiin salam dari aku juga," ucapku sambil menyerahkan paper bag kepada Randy.

"Makasih, tapi siap-siap habis ini mama bakalan rewel nelponin kamu buat ngajak belanja bareng ya," kata Randy dan kemudian sambil membawa bunga pesanan dan kado titipanku, Randy pamit untuk pulang.

"Ran..." panggilku lagi dan Randy menoleh.

"Kamu hebat udah berhasil memaafkan dia. Aku yakin kamu bakalan nemuin orang yang pantas buat dapatin kamu," ucapku tulus.

Randy tersenyum bersahabat. "Kenapa kamu udah punya suami sih? Kalau bisa sih aku pengennya kamu yang pantas dapatin aku," ucapnya bercanda dan membuatku mendengus.

"Salam buat Gio ya, aku balik dulu," ucapnya dan kali ini aku tidak menahannya lagi.

Hanya berselang beberapa menit kemudian, ada seseorang lagi yang membuka pintu dan kali ini senyumku tertampil lebih lebar lagi.

"Cepet banget nyampenya," ucapku dan segera memeluknya.

"Jalanan lagi gak macet dan aku memang buru-buru pengen nyampe sini," jawabnya. "I miss you."

"Dih kamu lebay banget. Kita ketemu loh tadi pagi," ucapku sambil melepaskan pelukan kami berdua. "Bentar lagi Lucy sama Cella balik makan siang setelah itu kita makan siang baru ke dokter ya."

Gio mengangguk sekenanya dan kemudian dia duduk di kursi tamu yang memang sengaja tokoku siapkan untuk tamu yang menunggu buket bunga mereka kami siapkan. Aku menyusul duduk di sebelahnya.

"Tadi ketemu Randy di depan. Oh iya, sekarang ulang tahun mamanya ya?" tanya Gio lagi sambil merangkulkan tangan kanannya di bahuku dan tangan kirinya mengotak-atik ponselnya.

"Kamu jadi ikut hapal juga ya?"

"Iya dong. Tadi sempat ngobrol juga sebentar. Aku tawarin dia buat renovasi rumah kita. Suprisingly, walaupun cuma proyek kecil dia mau."

Begin Again [COMPLETED] Where stories live. Discover now