Teman Dalam Duka

7 2 0
                                    

Tak ada yg ingin mengajak Laudrey dan Dranta berbicara, semua orang memandang sinis mereka berdua

Di dalam ruang tempat Al dan Laudrey tidur, Laudrey menghampiri Al, bermaksud untuk menjelaskan perihal kejadian hari kemaren

"Al, lo harus percaya sama gue, gue ... gue gak ngapa-ngapain sama Dranta. Gak pernah terpikir sama gue, nyentuh tangannya aja gue gak pernah, gue takut, mana mungkin gue ngelakuin hal yang enggak-enggak sama Dranta. Percayalah, Al,!!!. Gue sama Dranta cuma di jebak ...," lirihnya terpotong suara Al

"Jebak, lo bilang dijebak!, siapa yang mau ngejebak kalian, hah???, ini, tuh daerah pesantren. Udahlah, mending lo jangan deket-deket sama gue!!!." Al memalingkan wajahnya

"Dinda, dia yang ngejebak gue sama Dranta, Al." Laudrey terus berusaha membela diri dan membenarkan keadaan

"Lo jangan asal nuduh, Dinda itu polos, mana mungkin bisa berpikir sejauh itu," celetuk Al dengan lantang

" Kita gak tau hati orang lain, Al." Laudrey menjawab perkataan Al

"Oke, kalo yang lo katakan itu benar, coba beri gue bukti. Biar gue percaya sama lo!!!.," tantang Al pada Laudrey

"Oke!!! Gue bakal buktiin." Laudrey keluar dengan bergegas dari kamarnya untuk mencari bukti di waktu itu juga

"Gue percaya sama lu,Drey, tapi ... ada sedikit kekecewaan di hati gue, gue butuh bukti buat ngeyakinin 100%", Al berjalan ke depan pintu mengikuti Laudrey seraya memandang langkahnya dari kejauhan

Terkadang hati wanita akan rapuh ketika ada goresan luka yang membuatnya merasa sulit untuk bangkit

Cindy belum bisa memahami keadaannya, dan Dranta merasa kecewa pada Dinda. Tak ada komunikasi dalam persahabatan itu.

Dranta menemui Ummi dan Abahnya. Ya! Benar Dranta adalah seorang anak tunggal pendiri pondok pesantren di mana ia menimba ilmu

Memang tak banyak yang tau soal status Dranta, karna Dranta bukan tipe orang yang sering mengeluh pada orang tuanya, justru ia merupakan sosok perempuan yang mandiri dan tangguh.

Jadi Dranta seolah-olah seperti santiwati biasa yang fokus belajar

"Ummi ... aku gak seperti yang mereka pikirkan." Dengan isak tangis Dranta memeluk umminya

"Kamu yang tenang, nak, ini cobaan buat kamu. Ummi yakin kamu gak bersalah. InsyaaAllah Abah akan mencari bukti," suara ummi yang menenangkan Dranta

"Ayolah, ini bukan Drantasya yang ummi kenal, hapus air matamu dan buktikan kalo kamu gak bersalah," motivasi itu keluar dari lisan sang ibu

Dranya menghapus air matanya, ia kembali kejiwanya yang kuat. Setelah kemarin perasaannya terbawa oleh suasana yang membuatnya down dan putus asa

Semalaman Laudrey mencari bukti yang akurat untuk menangkis semua ghosip yang beredar

"Aduhhh, payah banget, sih gue. Ayo Drey berpikir," gumam Laudrey sembari menggaruk-garuk kasar rambutnya karena kebingungan mencari barang bukti.

"Assalamu'alaikum," salam sang Abah

"Wa ... wa'alaikumussalam, Bah," perasaan Laudrey sangat malu

Laudrey melanjutkan pembicaraan, ia ingin meluruskan permasalahan

"Abah, saya gak seperti itu bah, gak ada yang terjadi di malam itu antara saya dan Drantasya, Bah," sambungnya

"Iya, Abah percaya, tapi kita tetap harus mencari bukti yang bisa mengembalikan nama baik kamu dan Dranta di pesantren ini

"Iya, Bah sekarang juga saya lagi nyari bukt itu," Dengan senter tangan Laudrey menyusuri ruang

Beberapa menit kemudian Laudrey teringat pada cctv yang ia pasang di setiap ruangan atas perintah Abah, satu tahun yang lalu

"Bah, bukannya ada cctv di ruangan ini," tanyanya dengan penuh harap

"Oh, iya, ada. Waktu itu kamu kan yang pasang. Tapi ..." ucapnya terhenti

"Tapi kenapa, Bah,?ujar Laudrey

"Pada malam itu ... bukankan ruangnnya gelap? tak ada penerangan ... jadi apakah cctv itu dapat menangkap gambar?" ucap Abah

"Iya, memang ruangan itu gelap, tapi lampu di depan ruangan itu menyala, karena dinding ruangan itu 80% adalah kaca. Otomatis apa yang ada di dalam akan terlihat" jawabnya dengan penuh keyakinan

"Kalo gitu ayo kita cek!!!" suruh Abah mengajak Laudrey pada ruangan pengatur cctv

Abah dan Laudrey memar ulang rekaman kejadian malam itu

Terbongkar sudah kejahatan Dinda

Pada pagi harinya Abah mengumumkan kepada semua santrinya untuk berkumpul

Abah mengumumkan bukti atas hebohnya berita hoax Laudrey dan Dranta

Di acara itu Abah hanya menayangkan bahwa tak terjadi apa-apa antara Laudrey dan Drantasya, bahkan mereka berdua terjaga di dalam ruangan itu selama satu malam.

Abah tak mengatakan siapa pelaku dari semua keriuhan

Abah, Laudrey dan Drantasya telah sepakat untuk tidak membongkarkan pelaku pada semua santri, mereka tak ingin Dinda juga merasa dikucilkan dan diasingkan oleh temannya

Dinda yang melihat adanya bukti, merasa malu dan takut

Takut akan hukuman dan malu atas kejahatannya,

Setelah semua santri bubar dan kembali ke aktivitas semula. Dalam bisil Abah meminta Dinda menghadapnya

Tentu. Dinda di introgasi

Di ruang kepsek Dinda mulai ditanya-tanyai perihal kejahatannya

Di ruangan itu tak hanya ada Laudrey dan Drantasya. Di sana juga ada Al dan Cindy sebagai saksi

Benar saja setelah, beberapa jam di introgasi. Dinda akhirnya mengaku bahwa dialah  yang mengunci Laudrey dan Drantasya di ruangan gelap itu, dengan maksud untuk memitnah Drantasya da Laudrey karna Dinda tak suka Drantasya dekat dengan Alvhiro

Dinda menyesali perbuatannya, ia meminta maaf pada semua pihak yang tersakiti

Dinda merasa malu, kemudian ia berlari keluar dengan air mata

"Dranta, kamu kejar Dinda dan maafkan kekhilafannya," titah Abah pada putri tunggalnya itu

Di sudut pesantren Drantasya menghampiri Dinda

"Din, aku udah maafin kesalahan kamu, sekarang kita baikan lagi, yah, anggap aja hal ini gak pernah terjadi. Tapi ... aku mohon sama kamu, tolong jangan kamu ulangi kisah itu!!!" desis Dranta memohon

"Iya, Dranta ... aku janji."  Dinda memeluk Drantasya

Cindy yang melihat momen itu dari kejauhan, ikut tersenyum

"Uuuh, ikut." Cindy berlari dan memeluk kedua sahabatnya

Persahabatan itu pun kembali hangat

Di balik itu Al dan Laudrey telah kembali damai

Tak seperti ciwi-ciwi yang yang penuh drama

Al dan Laudrey berbaikan ketika keduanya saling selirik dan kemudian tertawa bersama!!!

"Tuh, kan, bro apa gue bilang, gue gak akan mengkhianatin lo kok." Laudrey menepak pundak Al sambil berjalan beriringan


Teman dalam duka
Teman dalam suka

Hebatnya persahabatan

ALVHIRO (Perjalanan Menuju Ketenangan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang