"Mommy, aku pulang dulu ya. Aku bakal sering-sering kesini. Aku sayang Mommy" lirih Beltran sambil mengusap nisan Queen kemudian dia berdiri.

Bara dan Alin sudah berjalan lebih dulu ke mobil. Beltran melirik Daddynya yang masih duduk didepan makam ibunya.

"Daddy?"

Sontak Bryan menoleh. "Kamu duluan aja, Daddy masih pengen ngobrol sebentar sama Mommy"

Beltran mengangguk. Lalu dia memberikan payung ditangannya kepada Bryan.

"Nggak usah. Kamu aja yang pake"

"Daddy aja. Aku nggak mau nanti Daddy demam, aku nggak bisa cara rawatnya"

"Kamu aja. Imun Daddy kuat"

"Daddy udah tua, aku masih muda. Imun aku lebih kuat. Jadi Daddy aja yang pake" Beltran dengan keras kepalanya bersikekeh untuk memberikan payung kepada Daddynya. Membiarkan kepalanya dibasahi oleh gerimis hujan.

"Kamu aja-"

"Daddy kalo pengen ketemu Mommy ya nanti! Aku udah kehilangan Mommy, aku nggak mau kehilangan Daddy lagi!!" Beltran tiba-tiba membentak dengan suara kesal.

Bryan menghela nafas panjang. Pada akhirnya dia mengalah. Menerima payung yang disodorkan oleh putra bungsunya.

Dia menatap punggung putranya yang berjalan menjauh, lalu tersenyum, "anak kesayangan kamu tuh"

Dia menoleh lagi kemakam istrinya, mengusap tanahnya dengan perlahan. "Sayang, aku bakal janjiin masa depan anak-anak kita. Akan aku pastikan mereka akan jadi orang hebat."

Bryan menghela nafas kali ini seperti orang yang putus asa. "Mulai besok dikehidupan aku nggak ada lagi kamu, mikirinnya aja aku nggak kuat tapi aku akan berusaha untuk jalanin hidup demi anak-anak kita."

"Aku nggak pengen ngomong banyak-banyak sama kamu. Aku cuma mau kamu tau kalau sampai sekarang bahkan sampai detik ini, perasaan aku masih sama dengan 20 tahun lalu, bahkan semakin bertambah setiap harinya." Bryan tersenyum kecut.

"Aku bersyukur ketemu kamu. Aku nggak salah milih orang yang tepat untuk jadi pasangan hidupku. Kamu harus tau, kamu adalah orang paling spesial dalam hidupku. Yang tenang disana, sayangku" Bertepatan dengan air mata terjatuh dari pelupuknya.

Awalnya cuma setetes, namun semakin deras. Bryan terisak untuk pertama kali setelah sekian lamanya. Terakhir dia menangis terisak ketika SD kelas 3.

Dan kali ini, karena orang yang dia cintai, orang yang paling dia sayangi, orang yang merupakan segalanya dihidupnya membuatnya terjatuh dan lemah.

Tangisnya disana terdengar pilu. Tangisan tanpa harapan. Membuat hati ikut berdenyut bagi siapapun yang melihat itu.

Dari jauh, Beltran diam-diam menangis melihat Daddy. Mereka melupakan bahwa Daddy adalah yang paling terluka disini.

"Mommy.....Daddy masih butuh Mommy"

***

~END~

huhuhu
maaf endingnya cuma kek gini😢






































































Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now