Bocah Bernama Naruto

872 67 0
                                    

Naruto. Satu kata untuk bocah yang terlahir dengan garis darah keturunan campuran Namikaze Uzumaki. Aneh.

Saat dia dipukuli, dia tak pernah membalas apalagi merespon dengan perasaan negatif. Saat diejek dan dijauhi pun begitu.

Meskipun ibunya masih hidup, setelah menikah dengan-nya ia berganti marga dari Uzumaki ke Namikaze meskipun garis darah tak dapat ditipu.

Sekarang, di bawah langit biru yang cerah, anak bernama Naruto itu terlihat memandang dari kejauhan ketika 'keluarga'nya sedang saling memberikan kasih sayang ke anak sulung mereka.

Naruto si anak bungsu pun terlihat tidak merespon dengan meminta kasih sayang juga dari kedua orang tuanya. Setahunya, sang kakak memang terlahir dengan siluman rubah berekor sembilan di dalam tubuhnya.

"Hei anak j****g, kasihan sekali kau tidak diperhatikan!"

"Memangnya kenapa aku harus meminta perhatian mereka?"

Dan Naruto pun merespon dengan biasa saja.

Tatapan anak itu seketika mengeras,"oh benar sekali, kau kan sebentar lagi akan dibuang."

"..."

Naruto hanya memberikan lirikan biasa saja,'memangnya kenapa? Kalau mereka mau membuangku, itu hak mereka! Toh dari dulu mereka tidak peduli, mengapa aku harus mempedulikannya?' pikirnya merasa heran dengan cara pikir sang kakak.

"EKHEM! Menma, kembali ke tempatmu!",tegur Iruka melihat salah satu muridnya itu sangat sombong karena kelebihan kasih sayang, mengira jika semua orang akan mengagung-agungkan dan menganggap dia dewa?

"Sensei yang harusnya diam saja, toh aku kesana kemari pun tidak akan mengganggu pembelajaran. Sensei fokus saja mengajar lagi",tegur balik si Menma.

Naruto sendiri terlihat heran karena Iruka-Sensei malah membantunya.

"Sensei, jika aku mengganggu, aku akan segera pergi dari kelas. Sensei lanjutkan saja pembelajarannya",ucap Naruto dengan terang-terangan berdiri dan turun menuruni tangga kemudian berjalan keluar kelas, tak lupa menutup pintu.

"Huft! Akhirnya dia pergi! Menyebalkan saja!",rutuk Menma tetap kesal meskipun Naruto terlihat sadar diri.

"..."

Iruka tidak puas, tapi ia mengingat orang tua dari Menma tidak akan menyinggung ketidaksopanan anaknya, malah akan menyenangkan hati si anak dengan berbagai hal.

'Kapan mereka akan sadar?',pikir Iruka pusing meskipun ia sendiri sebenarnya tak ingin hanya berdiam diri melihat adegan yang sama setiap hari.

Dua bulan pun berlalu...

Disaat semuanya lulus dari akademi, hanya Narutolah yang masih tinggal disana karena tidak lulus. Iruka tidak bisa berbuat banyak meski dirinya adalah wali kelas Naruto dan merasa kasihan padanya.

Semuanya memiliki anggota tim kecuali Naruto karena ketidaklulusannya. Kali ini adalah tahun ketiga Naruto untuk mengulang.

Rasa iba di hati Iruka kemudian muncul melihat Naruto malah terus menatap keluar jendela. Saat seluruh murid pergi, Iruka menahan Naruto agar tetap di kelas bersamanya.

"Naruto, sampai kapan kau akan begini terus?",tanya Iruka menyampaikan rasa tidak pahamnya atas perilaku Naruto dalam pelajarannya hingga dirinya yang merasa iba pun tak bisa berbuat banyak pada anak itu.

"Memangnya kenapa aku harus lulus Sensei?",tanya balik Naruto, membuktikan bahwa dirinya bahkan tidak menemukan sedikit pun keinginan untuk segera keluar dari Akademi Ninja Konoha itu.

Iruka kehilangan kata-kata, tapi atas dorongan dari rasa iba yang terlalu lama bersarang di hatinya, ia memutuskan untuk mencoba cara lain.

"Naruto, bagaimana jika kau tinggal di tempat Sensei?"

"...? Sensei, selama ini kau begitu perhatian, tapi mengapa Sensei tiba-tiba mengatakan hal seperti itu padaku?"

"Tiba-tiba?",Iruka mengernyit.

"Bukankah kau sudah diusir?"

"Benar, tapi itu bukan berarti aku memiliki suatu keadaan dimana seseorang harus mengasihaniku. Sejak pergi dari sana, aku merasa tetap bisa hidup layak",balas Naruto santai dengan pola pikirnya yang tak biasa.

"Kau masih anak-anak, Naruto! Kau perlu seseorang untuk menopangmu. Sensei tahu kau kesepian, makanya Sensei berusaha membantu-"

"Sensei!",ucap Naruto menghentikan ucapan Iruka dengan mengarahkan telapak tangannya ke depan Iruka.

"Aku tidak tahu mengapa Sensei bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya, tapi Sensei, seorang anak pun harus bisa menghidupi dirinya sendiri dengan segala keadaan"

Iruka terperangah. Dilihat dari sisi manapun Naruto memang terlihat masih sangat terawat.

"Sudahlah, Sensei! Sekarang sudah mulai gelap, lebih baik Sensei segera pulang ke kediaman Sensei",sergah Naruto segera berdiri karena merasa Iruka akan semakin menahannya jika ia membiarkan dirinya tetap berlama-lama disana.

"..."

'Naruto?',batin Iruka shock memandang punggung Naruto yang sudah cukup lama menjauh dari pengawasannya.

Iruka bahkan masih terdiam hingga tanpa sadar dirinya masih ada di kelas hingga larut malam.



























Selasa, 14 September 2021
20:50

KAMI-SAMA UZUMAKIOnde as histórias ganham vida. Descobre agora