Bagian - Sembilan

9 3 0
                                    

Pradnya Digyata side's
🐝🐝🐝

Hari ini aku sampai di rumah lebih awal. Sengaja aku cepat-cepat pulang karena sudah memiliki janji untuk melakukan tes di rumah sakit. Bahkan aku menolak ajakan Sigrah, Alya dan Hapis untuk makan di luar dalam rangka merayakan ulang tahun Hapis.

Kali ini adalah tes ketigaku. Dua tes lain sudah kulaksanakan dua minggu lalu. Dan aku melakukan tes itu tidak dengan Dokter Wisnu, melainkan dengan Dokter Shilla yang juga bekerja di Adiyata Medical.

Oh, ya. Dokter Wisnu sudah sah menjadi seorang suami untuk kak Viona. Acara pernikahan dokter--kak--Wisnu berlangsung sangat meriah kemarin. Tentu saja aku menghadiri acara tersebut, secara kak Wisnu adalah kakak sepupuku. Kemarin, untuk pertama kalinya aku melihat kak Wisnu begitu bahagia dan bersinar. Menggunakan kemeja putih dibaluti dengan tuxedo hitam dan senyum yang terus mengembang di wajahnya. Jarang-jarang aku melihat kak Wisnu se-bahagia itu, begitu juga dengan kak Viona yang kini sudah sah menjadi istrinya.

Ah, ya! Satu hal yang membuatku cukup terkejut. Apakah kalian tahu Diaz? Diaz si pemukul cajon D-Day band-nya Sigrah. Diaz ternyata adalah adik kandung kak Viona. Sampai sekarang aku masih sedikit tak percaya karena tidak ada kemiripan di antara kakak beradik itu. Namun, karena kak Viona juga mengakui Diaz sebagai adiknya aku pun percaya. Walau sedikit. Di sana juga ada Sigrah, Bhiyan dan Jaeraldi yang ikut hadir.

Terakhir. Satu hal lagi yang membuatku sangat tak percaya. Mereka berempat ternyata sangat dekat dengan kak Wisnu. Bahkan, beberapa tahun lalu mereka pernah membuat sebuah Band bernama Moonrise. Dengan kak Wisnu sebagai keyboardist, Jaeraldi dan Sigrah gitaris, Bhiyan bassist dan Diaz drummer Moonrise. Kelimanya main vocal, bernyanyi sambil memainkan intrumen. Masa itu, Moonrise hanya berjalan beberapa bulan saja karena setelah itu mereka memilih untuk bubar karena kak Wisnu harus melanjutkan pendidikan ke luar negeri, mereka ber-empat pun juga harus pokus ke sekolah masing-masing.

Yhaks! Kembali lagi ke waktu sekarang.

Aku mengganti seragam sekolahku dengan pakaian santai. Hanya mengenakan kaos merah muda dibalut dengan cardigan hitam dan celana jeans. Aku mengikat rambutku asal setelah itu ke luar untuk segera menemui Dokter Shilla di rumah sakit.

*****

"Pak sebentar, ya."

"Iya, Non."

Aku meminta Pak Anto untuk menungguku sebentar di parkiran. Aku tak memberitahu jika akan melakukan tes di sini. Untungnya Pak Anto tak banyak bertanya.

Aku pun cepat-cepat masuk ke dalam rumah sakit dan bertanya pada receptionist rumah sakit di mana Dokter Shilla berada. Suster itu bertanya, sebelumnya aku sudah membuat janji dengan Dokter Shilla atau tidak. Kujawab saja, sudah, karena memang benar.

"Dokter Shilla sedang melakukan konsultasi dengan pansien lain. Mbak Pradnya bisa nunggu karena sebentar lagi Dokter Shilla akan selesai konsultasi," kata Suster itu padaku.

Aku pun mengangguk. Setelah berterima kasih, aku milih untuk duduk di ruang tunggu. Meskipun aku memiliki akses ruangan private Adiyata, namun aku enggan untuk menunggu di sana karena aku takut berada di ruangan rumah sakit sendirian.

Baru lima belas menit aku duduk, Suster tadi memanggilku. Aku pun bangkit dan mendekat ke meja receptionist.

"Mbak. Mbak Pradnya sudah bisa menemui Dokter Shilla di ruangannya sekarang," kata Suster itu.

Thanks ToWhere stories live. Discover now