✧ Remark ✧

9 3 0
                                    

Percakapan ternyata berlangsung lama, tidak terpikirkan bahwa adanya kemampuan seperti itu bagi dirinya. Sedikit tidaknya berpikir ternyata selain Ayazuki, dia juga merupakan seorang Tamayori.

Palsu atau kebenaran, tidak bisa menyangkal percakapan yang telah berlangsung cukup lama. Jikalau saja penyakit yang diderita menghilang. Tentu kedepannya, kehilangan tak berarti mengantarkan kepada terpuruk, bukan?

Menangisi dalam diam semua penyesalan terjadi. Tak ada yang bisa ia lakukan, padahal ada janjo yang harus ia tepati. Sayangnya tidak bisa ditepati dalam tahun ini, tahun depan, dan selamanya.

Musim gugur tahun ini bukan dibelai oleh mimpi indah, malah sebaliknya. Semakin banyak mimpi-mimpi mengerikan, yang tidak jarang membuat ia tidak bisa terlelap dengan tenang sewaktu malam hari.

Namun, hari ini tepat malam ini. Percakapan dalam dunia mimpi membawanya ke suatu tempat di mana kejadian berlangsung lama. Seperti setahun lebih, padahal hanya terhitung beberapa jam saja.

"Aku sudah tiada."

Ucapan yang menyesakan hati, sekalipun tidak membiarkan penyakit menghilang selamanya. Penyesalan selalu terjadi pada akhir. Menyakitkan sekali, walau tiada tanda-tanda kematian dari sosoknya.

Mengapa dia begitu cepat menuju akhir?

Dalam keheningan, napas terengah-engah bisa ia rasakan. Detak jantung yang tidak stabil menjadikan dia tak bisa diam. Entah bagaimana caranya, dikala itu maupun detik yang bersamaan. Ternyata pada akhirnya bisa digerakan seluruh anggota tubuh ia.

"Janji, ya? Sudah kau tepati, [Name]. Buktinya apa yang sekarang dirimu lakukan adalah berbicara padaku."

Benar. Janji terakhir mereka, hanyalah berbicara satu sama, bila [Name] telah lolos dalam masa kritisnya. Di duga ada alasan dibalik semuanya. [Name] memiliki penyakit cukup aneh, terkadang datang dan pergi dengan sendirinya.

"Aku hanya ingin berbicara lebih dengan Shunso-san."

Ketukan pintu menyatakan kedatangan, ternyata adalah sosok gadis seumurannya.

"[Name]-san,"

Mengambil ketenangan sesaat, melirik ke arah pemanggil nama. Memang tidak bisa bergerak tadinya, sekarang ia sudah mampu bergerak kembali, seperti dulu.

"Shunso-san memang sudah tiada. Tapi,"

Sengaja menggantung ucapan atau bagaimana, [Name] pikir. Namun setelahnya sirna kemudian. Sesuatu yang hangat terasa melingkari tubuhnya. Bahkan pipinya terasa lebih hangat dibanding sebelumnya.

"Dia selalu berada disisimu. Sekarang dia sedang memelukmu,"

Secuil senyuman kecil tertampang diwajah [Name]. Jikalau memang benar ia adalah seorang Tamayori, berarti semua merupakan asli. Sayang hanya sesuatu yang hanya bisa ia rasakan. Bahkan jikalau bisa ia ingin berbicara langsung untuk terakhir kalinya.

"Shunso-san berkata, 'Aku tidak ingin membuat [Name] bersedih, tapi tolong ... maafkan aku, untuk hal itu.' seperti itu."

Berupa gelengan kecil sebagai balasan. Sedikit kaget tapi setelah nya menjadi senyuman kehangatan.

"Aku tidak marah, dan mengapa minta maaf? Seharusnya aku lah yang meminta maaf ...."

"Tapi, aku telah mengabaikanmu ...."

"Tidak apa-apa. Hari itu, aku bisa memahaminya."

Bukannya aku tidak ingin dirimu disini.

End

TWILIGHT'S REVERIE! Hishida Shunso. ✓Where stories live. Discover now