✧ Disturbed ✧

9 3 0
                                    

"[Name]-san, bisa duduk?"

Dengan usaha berlebihan badanpun tak merestui untuk bangkit. Tergeletak atas kasur menandakan terpuruk mendalam, akan penyakit yang diderita. Penyakit yang sebenarnya tidak terlalu parah dihari itu.

Tiba-tiba parah akibat kejadian setelahnya. Sedikit orang berpikir bahwa tak memiliki penyakit, namun apalah daya hanya suara maupun pendengaran yang bisa diandalkan oleh dirinya.

Rasa ingin kembali menyibukan diri seperti dulu. Tidak bisa dengan mudah ia lakukan sekarang. Kehilangan tak berarti mengantarkan kepada terpuruk.

Mengapa selalu saja kehilangan itu terasa menyakitkan? Walau tak begitu menyakitkan dengan namanya perpisahan. Kenapa sesak selalu menyertai? Berpikir 'kan ada cara untuk bisa bangkit kembali, namun tiada solusi.

"Sudahlah, tak perlu dipaksakan. Beristirahat lah, dan sering-seringlah untuk duduk agar kau bisa duduk ke depannya."

Sebuah kalimat tidal terlalu panjang, keluar dari mulut lelaki remaja seumuran dengannya. Surai merah menjadi mahkota hiasan pada kepala, netra hijau selalu mengingatkan tentang dirinya.

Serupa mengiyakan, lelaki itu mulai membenahi kasur yang melekatkan tubuh [Name] dengan ia. Sesekali helaan napas keluar, "Kau tau semenjak hari itu, Hishida selalu berada disampingmu. Dia menunggumu," lirihnya.

"Aku ...."

Berusaha untuk berbicara lebih tapi sangat disayangkan, setiap kali ingin berbicara seolah napas tercekat. Gerakan jari sebagai perumpamaan sekilas dan tetap saja tidak mengerti maksud dari figur dihadapan.

Sebab terlalu mengkhawatirkan bila melihat gadis pujaan teman nya ini berada diatas kasur. Tangan terulur mengusap surai milik [Name], belaian dari tangan dengan lembut menjelajahi beberapa bagian kepala.

Aku tidak mengabaikanmu, hanya saja-

"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa."

-aku sedang ingin tak diganggu.

Sama saja bila dia seperti ini, tidak akan mengubah apapun. Berpikir terus menerus itu bisa melumpuhkan benak yang beroperasi memuat sesuatu, yang memungkinkan bisa mengatur segalanya bagi tubuh. Sayangnya tak lagi berlaku.

Dengan bantuan lelaki tadi, [Name] menyandar ke dinding. Hitung-hitung memudahkan bergerak, walau dikata semua telah lama lumpuh semenjak hari itu.

"Shunso-san, apakah aku tidak bisa melakukan sesuatu ... untukmu?"

"Memangnya apa yang akan [Name] lakukan untuk diriku?"

To be continued

TWILIGHT'S REVERIE! Hishida Shunso. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang