Elang Pulang

29 6 1
                                    

Kubuka mataku
Kupandangi langit dengan berputar pelan
Lantas kujatuhkan pandangan pada kedua kaki yang tengah berdiri kokoh, menapak bumi

Tak terasa
Berawal dari sebatas "ingin mencoba",
Ribuan kilometer perjalanan telah kutempuh
Jalanan berbatu telah kujajal
Gunung-gunung telah kudaki
Lautan dalam telah kuselami

Tak terasa
Sudah jauh kaki ini pergi
Meninggalkan kampung halaman
Meninggalkan suasana rumah yang menenangkan

Rasanya sudah lama sekali aku tidak berkumpul ria dengan keluarga
Dengan ayah yang selalu bekerja mencari nafkah
Ibu yang cerewet tapi tak pernah lelah mengurus rumah tangga
Juga adik perempuanku yang suka merusak suasana

Kutatap kembali kedua kakiku yang kini lepas tanpa alas
Bertahan di arus sungai yang deras
Kulayangkan pandangan ke depan
Ribuan ton air, terjun dengan gagah dari atas

Kemudian aku berbalik
Kini terbentang padang yang luas dan sangat panas
Debu beterbangan memasuki mata
Kubersihkan mataku

Lalu saat kubuka kembali, tiba-tiba terpampang lebatnya hutan
Pohon-pohon tinggi menjulang
Semak belukar menghalangi jalan
Simpai-simpai memanggil satu sama lain sambil bergelantungan
Burung-burung pun beterbangan di atas sana

Hingga saat kujatuhkan kembali pandanganku ke bawah, terpampang bukit yang sangat indah
Bunga bermekaran dimana-mana
Lalu di seberang sana, bukit yang sangat hijau begitu memanjakan mata

Aku berlari
Melewati hamparan bunga menuju bukit hijau
Namun aku tersandung hingga jatuh telungkup

Saat aku mencoba bangkit, aku sudah berada di ketinggian ratusan kaki
Seutas tali terikat di pinggang
Rupanya sebentar lagi aku akan sampai di puncak tebing
Baik, kita selesaikan meski dengan napas terengah-engah
Begitu sampai di atas, kugapai tangan temanku
Akhirnya aku bisa bernapas lega
Perjalanan kami tak sia-sia
Kami dapat menyaksikan dunia dari atas sini
Sesekali awan menutupi

Menatap ke bawah, rasanya aku ingin melompat
Tapi tentu saja tidak aku lakukan
Karena itu memang sudah wajar, dari alam bawah sadar

Aku mencoba berteriak sekeras-kerasnya
Setelah itu aku tos dengan teman-temanku dan tertawa

Lalu tiba-tiba semuanya menghilang
Kabur
Semuanya menjadi semu
Asap putih seakan menyelimuti

Saat kusadari, aku tengah berada di depan rumah
Berdiri sejak tadi
Tanpa ransel besar yang biasanya selalu kubawa berkeliling dunia
Tanpa sepatu untuk mendaki atau kacamata untuk menyelam
Tanpa bubuk untuk memanjat
Atau alat untuk berpetualang

Ini adalah tujuan akhirku
Perjalanan terakhirku
Tanpa perlu membawa berbagai macam alat dan barang bawaan

Ini adalah tempatku kembali
Tempatku menjaga dan memanjakan diri
Tempatku berteduh dari terik panas dan derasnya hujan
Ini adalah tempatku pulang
Tujuan terakhirku
Keluarga

Aku terus berdiri mematung di sini
Tak mengucap salam ataupun mengetuk pintu
Orang-orang berlalu-lalang juga kuabaikan
Aku hanya terus terpaku menatap ke depan

Hingga sesosok perempuan yang dulu suka kujahili keluar
Kini ia sudah dewasa, rambutnya panjang hitam terurai
Matanya cantik membuat siapapun yang melihat jadi tertarik
Tingginya semampai, tidak lagi kecil seperti dulu

Ia terkejut dengan kedatanganku
Sama sepertiku, ia hanya bisa berdiri diam
Tak mampu berkata-kata
Tubuhnya gemetar, hampir tak mampu menjaga keseimbangan
Air mata menjelaskan segalanya
Mata yang tadi berkaca-kaca kini telah basah

Lalu sesosok wanita lain muncul karena sang anak tak kunjung kembali setelah disuruhnya pergi

Ia menatap bingung pada putrinya yang hanya berdiri mematung
Lalu pandangannya mengarah padaku
Mata kami saling bertemu

Wanita itu langsung terjatuh
Menutup mulutnya dengan kedua tangan
Tanpa memerlukan waktu panjang air juga mengalir dari matanya
Pun mataku

Setetes demi setetes
Kerinduan ini sudah tak terbendung
Pria gagah yang sudah berkeliling dunia tetap saja lemah di hadapan ibunya
Bahkan kakinya tak kuasa untuk melangkah

Aku menunduk dalam
Menggenggam tangan dengan kuat
Menahan air mata agar tidak jatuh terus-terusan
Namun aku tetap tak bisa

Ibu berjalan perlahan ke arahku
Lalu saat di depanku, ia memegang kedua pipiku dengan tangan hebatnya yang gemetar

Kutatap mata basahnya yang memandangiku tak percaya
Kulitnya yang mulai keriput dimakan usia
Rambutnya yang juga sudah banyak memutih
Tangannya yang tak lagi mulus seperti dulu

Kupegang tangan ibu
Kujatuhkan kecupan di punggung tangan tersebut
Lantas berkata, "Assalamu'alaikum, Bu. Elang pulang."

Ibu tak langsung menjawab
Ia justru membawaku ke dalam pelukannya yang sangat erat
Baru ia menjawab, "Wa'alaikumussalaam, anakku. Ibu sangat rindu."
Suaranya bergetar

Meski begitu, pelukannya tetap hangat seperti dulu
Menenangkan siapapun yang merasa sedih
Memberi semangat pada siapapun yang sedang terjatuh
Pelukan hangat ini yang sangat kurindukan

Adikku di depan sana sudah terjatuh sembari mengusap air matanya
Andai bapak masih ada, pasti bapak akan merangkulnya erat
Dan menggendongnya terbang jauh tinggi ke udara

Kini aku sudah sampai di tujuan terakhirku.
Aku pulang.
Aku sudah pulang.

Putri Seihya

Rabu, 1 September 2021

Bukan Apa-ApaWhere stories live. Discover now