Jauh lebih menyedihkan daripada dirinya? Apakah berarti dia bahagia setelah aku memutuskannya? Ya tentu saja dia bahagia, bagaimana tidak? Aku tidak pernah sekalipun membuatnya bahagia.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, aku yang tadi memutuskan untuk lembur kini ku urungkan niatku. Ku ambil jas hitam yang ku gantung di dekat kursi kerja dan segera beranjak pergi meninggalkan ruangan yang pengap ini.
"Mr Levi, sudah akan pergi? Ahh hmm bisakah kau mengantarkanku pulang, di luar sedang hujan dan karena ini sudah jam 11 cukup sulit untuk mencari taxi atau kendaraan umum" Ucap Petra yang ternyata masih belum pulang juga.
Jujur saja, ini cukup merepotkan jika harus mengantarkan nya pulang. Cukup sulit untuk mencari taxi? Apakah di kota ini hanya ada 10 taxi? Aku benar-benar sudah tidak minat dengannya lagi.
"Baiklah aku akan tunggu dimobil" Ucapku malas memberi banyak respon untuk percakapan ini.
Jika saja hari ini tidak hujan mungkin aku bisa sedikit menolak permintaan tolongnya tadi. Rumahnya dan rumahku juga berlawanan, sangat menyusahkan jika harus berputar-putar jalan malam. Ku tunggu Petra di mobil sambil ku nyalakan handphone yang sedari tadi mati. Aku memang sengaja untuk mematikan agar Hange tidak selalu mengirimkan foto anehnya padaku. Ku hapus beberapa foto di galeri hpku sambil melihat-lihat apakah aku masih menyimpan foto aneh Hange atau tidak.
"Sungguh merepotkan kenapa Hange sial itu terus mengirimkan banyak foto aneh kepadaku" Runtukku.
Hingga jari telunjukku berhenti pada satu foto, fotonya mantan pacarku. Dia tersenyum manis di kamera sambil memamerkan coklat buatannya yang bergambar kelinci. Coklat murahan yang ia beli dan bentuk sendiri, rasa coklat yang sangat manis yang bahkan membuat gigiku sedikit sakit karenanya.
"Levi! Lihat! Lucu tidak? Ayo coba ini! Kau akan menyukainya!"
Suaranya masih benar-benar terngiang di kepalaku. Jika dipikir-pikir kenapa sikapnya berubah? Dahulu dia juga sangat riang, berisik, dan manja. Layaknya gadis periang pada umumnya. Namun kenapa disaat-saat hampir akhir dia benar-benar berubah? Warna yang dia warnai sebelumnya berwarna-warni namun setelah itu berubah menjadi abu.
Ku tersadar dari lamunanku disaat Petra kini sudah mulai memasuki mobilku. Ia duduk di depan dengan manis dan terus tersenyum kearahku.
"Terimakasih Mr. Levi telah memberiku tumpangan" Ucapnya dengan nada riang yang kembali membuatku mengingatnya.
"Hm" Jawabku sekenanya.
Sial rumahnya cukup jauh dan sudah 15 menit masih belum sampai. Ku hentikan mobil disaat lampu merah terpancar terang dijalanan. Mataku kembali beralih pada kaca depan sebelah kiri, terdapat 2 pasangan berjalan gontai menyebrangi jalan. Aku melihat seperti tidaklah asing. Dia? JEAN DAN Y/N? Mataku dan jantungku seperti hampir melompat setelah melihat pemandangan itu.
"Y/N..." Ucapku tanpa kusadari memberi perhatian pada Petra disampingku.
"Y/N? Mantan kekasihmu? Kau masih memikirkannya? Lalu aku apa bagimu? Bahkan disaat kita bersama kau masih memikirkannya?" Ucapnya mengintimidasi.
Pandanganku masih terpaku pada Jean yang mengendong Y/N di punggungnya. Seolah-olah ia mabuk berat. Jantung ku berdegup kencang melihat badannya tersentuh orang lain, melihat ia berdua dengan Jean. Walaupun mereka adalah teman kecil, aku sungguh mengerti bahwa Jean memiliki perasaan dengannya.
"Tidak ada hubungan persahabatan diantara pria dan wanita"
Ku majukan mobil setelah lampu berubah hijau dan memakirkannya sembarang di pinggir jalan. Ku mengejarnya dan Jean yang kini sudah sedikit jauh dari pandangan mataku. Aku tidak mempedulikan Petra lagi, dia berteriak memanggil namaku saat aku keluar dari mobil.
Hujan yang tadi turun sedikit kini semakin deras hingga langkahku terhenti saat ku melihat mereka sedang berdua di halte bis berteduh dari air hujan. Tanpa babibu ku berlari dan berdiri tepat di depan mereka duduk. Dadaku memanas, aku tidak mau dia bersama lelaki selain aku. Sungguh kenapa aku se-egois ini.
"Ka-kau? Kenapa kau disini? Bagaimana bisa?" Ucap Jean sedikit binggung.
"Singkirkan tangan kotormu pada perempuanku"
Aku tidak akan membiarkanmu membawa Y/N pulang, pria sepertinya tidak akan aku percayai. Terlebih jalur bus tempat mereka berteduh benar-benar jauh dan berlawanan dari apartemennya.
"APA MAKSUDMU!" Teriak Jean kini ia berdiri sambil menarik kerah bajuku.
"Jadi selain mesum kau ternyata tuli? Apalagi yang kau tidak miliki? Otak? Aku akan membawa Y/N pergi dari sini!" Ucapku menegaskan apa yang ku maksud sambil ku tarik tangan Y/N yang masih digenggam erat dengan Jean.
"KAU! Jangan kau berani menyentuh Y/N, kalian sudah tidak memiliki hubungan apapun! Jadi ini semua bukan urusanmu lagi!"
Tanganku yang ditepis oleh Jean membuat emosiku semakin menguasaiku. Hingga akhirnya ku pukul wajah busuknya dengan tangan kananku. Jean juga berusaha untuk memukulku, namun usahanya sia-sia, karena seorang payah sepertinya tidak akan pernah bisa melawanku.
Ku tarik dan ku gendong Y/N yang masih tidak sadar dari mabuknya. Wajah Jean yang berdarah dan ada beberapa yang memar di pipinya, kini hanya melihatku membawa gadis yang seolah-olah adalah miliknya. Aku membawanya ke mobil tempat aku memakirkan tadi.
"Kau benar-benar membawa gadis sial ini kesini!" Teriak Petra.
"Hey, aku sudah berbaik hati menolongmu dan ini adalah mobilku, aku tidak akan segan-segan mengusirmu dan menyuruhmu untuk pergi dari sini" Ucapku yang membuatnya hampir menangis.
"KAU SUNGGUH BRENGSEK" Ucapnya berlalu pergi.
"Kita memang sudah tidak ada lagi hubungan namun aku masih tidak rela kau tersenyum dengan yang lain"
To be continued
YOU ARE READING
I'm Not The Only One [LEVI X READER]
FanfictionJika itu adalah takdir mungkin inilah cara bagaimana aku kehilanganmu. Namun dengan kata "kehilangan" itu tidak berarti aku melupakan. Jika kita bisa bertemu di dunia yang berbeda atau di kehidupan selanjutnya, aku tidak akan melepaskanmu seperti a...
![I'm Not The Only One [LEVI X READER]](https://img.wattpad.com/cover/280628310-64-k230350.jpg)