Campur Aduk

4 1 0
                                    

Aku kembali membuka pembicaraan denganmu.

Seperti biasa, aku masih menggebu dengan segala keyakinanku.

Aku memberanikan diri untuk menanyakan bagaimana inginmu,

tanpa mempertimbangkan keadaanmu.


Aku menunggu jawaban darimu, tapi lagi-lagi aku yang menyerah terlebih dahulu,

Aku menyerah mengikuti arusmu.

Sampai...aku pada perjalanan ini.

Pemikiranku sungguh diaduk-aduk sampai aku tak tau mana yang harus ku beri ruang untuk berkembang.

Kau memang belum selesai dengan dirimu,

Mungkin aku pun begitu.

Aku kembali memikirkan hal-hal yang sudah ku lakukan padamu.

Memaksakan kehendak, memaksakan pemikiran, tanpa peduli kamu yang sedang mencari diri.

Aku telah sampai di rasa bersalah paling tinggi.

Aku merasa paling egois atasmu dan telah menyakitimu.

Di sisi lain, aku tak nyaman dengan perlakuanmu yang mungkin tak ada artinya untukmu.

Janji temu yang sekadar janji nanti. Tak ada temu pasti.

Sesekali aku beruntung punya waktu untuk sekadar berbicara denganmu.

Tak lebih dari 10 menit, setelah itu kamu akan mengatakan 'nanti'.

Nanti yang tak ada arti buatmu, sedang aku menunggu notif darimu sampai tengah malam.

Nihil. Kau berkata akan membalas pesanku, tapi tak kunjung ada pesan balasan.

Hilang ...

Aku sangat egois memikirkan seperti ini, tapi kenapa harus seperti itu?

Aku merasa sangat egois, sangat jahat, dan terlalu mencampuri kehidupanmu.

Aku merasa sangat bersalah atasmu.

Lalu...apa yang harus ku pikirkan? Pemikiran mana yang harus ku selesaikan?

Aku percaya, kamu tahu pun, kamu akan berkata: terserah.

Tak apa, memang ini hidup aku; kamu; BUKAN KITA.


6 September 2021

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 06, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DERUWhere stories live. Discover now