"Gue mau ngomongnya ngga enak, njing .. hahaha. Iyaa lo ngga ada perasaan apa atau gimana gitu?"

"Perasaan itu ada. Gue marah, gue kesel, gue ngerasa banget dilecehin. Gue yang biasa ngentot terus gue yang dientot, yaa kayak harga diri gue kebanting."

"Terus yang bikin lo akhirnya malah jadi ama Stevan?"

"Dari gue benci dan kesal, mungkin yaa karena gue kesepian terus tiba tiba gue kepikiran dia. Dan gue berusaha untuk nyangkal tapi ngga bisa. Akhirnya gue ikutin apa yang hati gue mau, gue samperin dan gue peluk dia. Gue udah siap mental, kalo seandainya gue ditolak, ya udah, palingan gue hancur diketawain, tapi untungnya Stevan nanggapin. Stevan respons. Akhirnya kita sama sama nyaman."

Komang mendengarkan sambil kemudian mengambil sebatang rokok dari kotak rokok Aldo kemudian menyalakan rokok itu.

"Gue memang bukan sok sok bijak yaa, 'mang. Tapi gue belajar kalo gue ngga boleh bohongin perasaan gue sendiri. Gue selalu ngomong apa adanya sama Stevan. Kalo kangen yaa gue ngomonglah gue kangen, kalo lagi pengen ngentot yaa gue ngomonglah sama dia, jadi kita sama sama enak."

Komang tak memberi komentar apa apa tapi tampaknya omongan Aldo ada banyak yang masuk ke dalam hati dan pemikirannya.

"Lo tau gue datang dari keluarga broken home. Jadi sekarang saat gue dapat sayangnya Stevan, gue ngga mau lepasin karena itu kayak gantiin apa yang ngga gue dapat selama ini."

Setelah itu mereka berbincang hal hal lain. Komang agak sedikit santai setelah awal awal tadi sebenernya dia agak kaku menerima Aldo. Ibu Komang masuk membawakan minum dan camilan. Aldo berusaha untuk mengajak Komang keluar untuk sekedar minum kopi tapi Komang masih enggan untuk keluar rumah dan Aldo pun tak memaksa.

Jelang malam, Aldo pamit walaupun Komang menyuruhnya untuk menginap.

**

"Cep Pelik, mamang mau minta tolong bisa nggak?"

Felix yang sedang duduk setelah melakukan olah raga sebentar setelah teman-temannya tadi pulang kemudian duduk di kursi taman.

"Mau minta tolong apa, mang?"

"Mamang itu mau main badminton rutin, di kampung sebelah. Cep Pelix nanti kalo mau pulang, telepon mamang aja yaa. Nomer mamang ada di tempel di pintu kolkas."

Felix mengacungkan jempolnya.

"Kalo Felix ngga telpon artinya Felix nginep sini, Mang. Jadi mamang santai aja main badmintonnya yaa."

Mang Wimang menganggukan kepalanya. Setelah itu dia ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Tak lama Felix melihat Mang Wimang melintas lewat dapur dan terus kedepan. Felix mematikan rokoknya setelah itu dia berjalan masuk dan naik menuju ke kamar Ferdian.

Dibukanya pintu kamar Ferdian. Tampak Ferdian masih dibawah selimut dan tersenyum pada Felix.

"Jangan dinyalain lampunya. Biarin aja."

Felix menutup pintu kamar setelah itu dia menghampiri Ferdian.

"Lo mau apa? Mang Wimang lagi pergi badminton. Kalo lo mau minum atau apa biar gue ambilin kebawah."

Ferdian menggelengkan kepalanya. Ditariknya Felix, lalu diciumnya Felix. Dimainkan lidahnya pada mulut Felix, Felix dengan tenang mengimbangi ciuman Ferdian.

Ferdian kemudian menarik kaos Felix keatas lalu membuang kaos itu ke lantai. Badan Felix masih basah oleh keringat bekas olah raga tadi. Ferdian meremas dada Felix sambil terus mencium Felix. Setelah itu dia membuka kancing celana Felix, menurunkan resletingnya lalu menurunkan celana dan celana dalam yang dipakai oleh Felix. Dilihatnya kontol Felix sudah berdiri tegak. Dipegangnya kontol itu sambil terus mencium Felix lalu diremasnya kontol itu.

"Aarrgghhh ... Anjingghhhh .. Enakh! .."

Felix mengerang. Dia kemudian membuka selimut Ferdian. Ditariknya kaos Ferdian lalu setelah itu dibukanya celana Ferdian. Dua duanya kini telanjang bulat.

Felix lalu memegang masing masing tangan Ferdian. Dia kemudian mencium Ferdian setelah itu dia menurunkan mulutnya ke leher dan terus sampai di putingnya Ferdian, dihisap dan digigit lembut puting yang berwarna pink itu.

"Oooh .. Ahhh ... Felixx .. Aaahh .. Oooh baby .. Ssssh ... Feliixxxxx .. Ooohh .."

Felix terus memainkan mulutnya di kedua puting itu bergantian. Ferdian terengah-engah. Felix melepaskan tangan Ferdian yang dipegangnya. Ferdian kemudian membalikkan Felix sehingga dia berbaring setelah itu Ferdian mengocok kontol Felix dengan perlahan dan lembut lalu dimasukkannya kontol itu ke dalam mulutnya. Dihisapnya kontol itu lalu dimainkannya lidahnya di belakang kepala kontol dan di lubang kencingnya.

"Arrgggghhh ... Bangsaaatttt!!! ... Anjiinggghh .. Enaaakkk bangettthhh .. Ssssh .. Bangsaatt!! Yaaanggg .. anjinggg! .. Sssh .. Ssshh .. Aaaahh ... "

Ferdian terus mengisap kontol Felix. Sampai akhirnya Felix tak tahan, ditariknya kepala Ferdian lalu setelah itu diciumnya Ferdian sampai kemudian dia membalikkan badan Ferdian lalu ditariknya badan Ferdian sampai di tepian tempat tidur, diambilnya bantal dan diganjalnya pantat Ferdian.

Felix berjalan ke meja belajar, dibukanya laci lalu diambilnya pelicin setelah itu dipakainya pelicin itu ke kontolnya dan ke lubang pantat Ferdian. Dimasukannya kontol Felix ke lubang pantat Ferdian perlahan sampai semuanya masuk. Badan Felix banjir keringat. Ferdian mengerang dan meremas dada Felix.

"Aaaah .. Sssh .. Penuuhh .. Felixx .. Aaaah ... Aaahh .. "

Felix kemudian mulai memaju mundurkan pantatnya sehingga kontolnya pun keluar masuk di lubang pantat Ferdian.

Perlahan tapi pasti semakin lama semakin cepat.

"Anjingggh .. Gue pengen teruussh ngentot llhoooo, yaanggg ... Aaaahh .. Aaah .. Aaahh .. Anjing ini nikmatthh bangettthh ... "

Jari Ferdian memainkan puting Felix dan sesekali meremasnya sementara tangan Felix satu mengocok kontol Ferdian dan satunya lagi memainkan putingnya Ferdian.

"Gueee mauuu keluarrrgghhh ... Keluarrrggg .. Fellllliiixx .. Aarrgggghh ... "

Air mani Ferdian menyemprot membasahi dada dan perutnya. Felix pun kemudian mengerang.

"Aahhh ... ngentttoootttthh .. gue juggaaaaaaa .. kelu .. aarrggghhh .. "

Kontol Felix mengeluarkan air mani begitu banyak di dalam pantat Ferdian. Felix berteriak sambil mukanya menengadah ke atas dan badannya melengkung. Klimaks yang luar biasa.

Setelah itu dia mencabut kontolnya pelan pelan dan rebahan di samping Ferdian.

Felix menatap Ferdian.

"Gue sayang lo. Tapi kalo nanti Komang balik, gue ikhlas serahin lo balik ke Komang. Tapi asal lo tau, gue sayang lo, Ferdian Ferosa."

Ferdian tersenyum.

"I love you too, Felix Wibowo."

Ferdian kemudian bangkit dari tidurnya, duduk di tepian tempat tidur, setelah itu menarik Felix buat bangun dan kemudian menariknya ke kamar mandi.

"Gue mau lagi yaa, Felix"

Felix bengong.

Malam itu mereka menghabiskan waktu bersama, entah sudah berapa kali mereka melakukannya. Bahkan di dapur dan di taman belakang. Keduanya mempunya perasaan yang sama bahwa mungkin ini permainan mereka yang terakhir.

**

Komang bangun dan melihat jam, sudah jam 11 siang. Dipanggilnya ibunya ketika dia keluar rumah, tapi tak ada jawaban. Dilihatnya ada sarapan lengkap sudah disediakan diatas meja makan.

Dia kemudian melihat handphonenya, ada pesan dari ibunya bahwa dia pergi mengerjakan cucian di kampung sebelah.

Baru saja Komang mau menyendokkan nasi ke piringnya. Terdengar ketukan pada pintu depan.

Hati Komang berdebar. Siapa yang datang pagi pagi begini?

Komangजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें