Bagian 29

6.4K 187 3
                                    

Keriaan di panti sosial terus berlanjut sampai sore. Felix, Ferdian dan Aldo kemudian berpamitan, sementara Ibu Komang tetap disana bersama anak satu satunya.

Ferdian sampai di rumahnya, Felix yang mengantar kemudian langsung melaju menuju toko kedua orang tuanya karena sudah berjanji akan menutup toko tersebut.

"Lhoo, Kang Putra? Mamang kemana? Belum balik?"

"Katanya agak maleman, tadi telepon."

"Oh ya sudah. Kang Putra sudah makan?"

"Sudah tadi diantar makanan sama istri."

"Boleh minta tolong bikinkan teh manis? Tolong dibawa ke kamar yaa."

"Siap. Sayah bikinkan sekarang."

Putra kemudian mengunci pintu gerbang dan setelah itu dia segera ke dapur membuatkan teh manis yang diminta oleh Ferdian.

Ferdian keluar dari kamar mandi. Dilihatnya di meja komputernya sudah ada satu gelas teh manis hangat sebagaimana yang dia minta dari Putra. Dia kemudian meminum teh tersebut, lalu mengambil handphonenya, dilihatnya ada beberapa pesan masuk di aplikasi whatsapp. Dia tersenyum membaca beberapa pesan tersebut.

Ferdian kemudian berjalan ke lemari pakaiannya, diambilnya boxer lalu dipakainya boxer tersebut, setelah itu dia mengambil kaos tanpa lengan yang menjadi selalu menjadi pakaiannya jika berada di rumah, kaos itu dia bawa ke tempat tidur, belum dipakai.

Ferdian kemudian rebahan di tempat tidurnya. Dia membalas beberapa pesan yang masuk tersebut. Ada dari Felix dan Komang, dan juga dari Aldo. Ferdian merasakan kantuk yang menyerang dirinya. Dia menarik napas panjang dan tak lama kemudian terdengar suara dengkuran halus tanda dia sudah tertidur.

***

Aldo sampai didepan rumahnya. Dia turun dari motor kemudian ditekannya bel yang ada di dekat pintu gerbang rumahnya tersebut. Tak lama kemudian pintu kecil terbuka, Stevan tersenyum.

"Baru pulang, Al?"

Aldo mengangguk, dia kemudian berjalan masuk sementara Stevan mengambil motornya dan mendorong masuk ke dalam halaman rumah melalui pintu kecil tersebut. Baru saja Stevan memarkir motor Aldo, bel kembali berbunyi, Stevan berlari dan kemudian melongokkan kepalanya di pintu kecil, dia kemudian membuka pintu gerbang besar. Mobil mama Aldo memasuki halaman rumah. Stevan kembali menutup pintu gerbang besar tersebut. Aldo masih berdiri didepan pos satpam. Mamanya turun dari mobil dan melambaikan tangan pada Aldo, lalu dari mobil itu turun seorang pemuda berbadan tegap memakai kaos oblong warna putih dan celana jeans serta sepatu kets. Pemuda itu tak menoleh pada Aldo, dia terus berjalan masuk ke dalam rumah bersama mamanya Aldo.

Stevan berjalan kembali ke pos satpam tempat dia biasa duduk, raut mukanya berusaha terlihat biasa tapi terlihat rahangnya mengeras. Dia kemudian masuk ke dalam pos satpam itu dan kemudian duduk. Aldo mengikutinya.

"Stev?"

Aldo memegang tangan Stevan. Stevan menepis tangan Aldo. Aldo terkejut.

"Maaf."

Aldo berkata lirih meminta maaf. Dia kemudian balik kanan keluar dari pos satpam. Stevan terkejut dengan tingkah lakunya sendiri. Dia kemudian bermaksud mengejar Aldo tapi diurungkannya niatnya itu. Stevan menengadahkan mukanya, memejamkan matanya dan menarik napas panjang, kedua tangannya mengepal keras.

***

Felix menutup pintu toko setelah memasukkan semua barang barang ke dalam tokonya. Ayah dan ibunya sudah pulang saat dia tiba dari panti sosial tadi. Felix kemudian membuka kaosnya yang basah oleh keringat. Dia kemudian berjalan ke arah kulkas tempat menyimpan jualan minuman dingin, diambilnya satu botol juice dingin setelah itu dibukanya botol itu dan Felix meminumnya sampai habis.

KomangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang