Bagian 38

5.5K 162 4
                                    

Soni baru saja kembali ke warung dekat sekolah. Dia mematikan mesin motornya setelah itu dia masuk lewat pintu belakang. Dilihatnya Kang Mamat dan bapaknya sedang ngobrol di meja tengah.

"Gimana, Son? Beres semua?"

Soni salim kepada Kang Mamat dan bapaknya Kang Mamat.

"Beres. Katanya Reza disuruh kesana nemuin dia kalo ngga malam ini yaa besok."

Kang Mamat mengangguk. Soni kemudian masuk kedalam kamar dan setelah mengganti bajunya, dia keluar dan ikut duduk di meja tengah itu.

"Kamu maunya gimana? Ngelanjutin kuliah atau gimana?."

Soni yang tiba-tiba ditanya oleh Kang Mamat terdiam sesaat. Dia melihat ke bapaknya Kang Mamat. Bapak hanya tersenyum saja dan mengangguk.

"Sebenarnya buat Soni sih gimana itu yaa apa aja Soni jalanin kok. Sepanjang Soni ngga jauh dari bapak dan Soni bisa jagain dan bantu Bapak."

Kang Mamat tersenyum. Hatinya tersentuh mendengar apa yang dikatakan oleh Soni. Dia bisa merasakan rasa sayang Soni pada bapaknya itu tulus dan tidak ada maksud-maksud lain.

"Kasih tahu Kang Mamat apa pun keputusan kamu yaa. Akang pasti bantu semaksimal dan sebisa mungkin. Akang ngga masalah kamu mau nerusin kuliah atau pun kata bapak kamu mau bantu bapak jualan di pasar buka toko. Kamu pikirlah baik-baik yaa."

Soni tersenyum lebar. Lega bahwasanya pada akhirnya Kang Mamat bisa menerima dia sepenuhnya dan menganggapnya bagian dari keluarga.

"Ya udah atuh, pak, Mamat pulang dulu. Kasihan Stevan jaga sendirian rumah sebesar itu. Son, kalau ada gerakan mencurigakan atau apa pun, segera telpon akang yaa. Tapi insya Allah semua udah aman."

Soni mengangguk. Setelah mengunci pintu, Soni kemudian masuk ke kamar tempat istirahat. Bapak sudah duluan di kamar itu. Soni lalu membuka baju dan celananya, setelah itu dia rebahan di samping Bapak. Soni menoleh pada bapak dan tersenyum. Bapak mengelus-elus kepala Soni.

**

Ferdian duduk dan kemudian entah kenapa karena perasaanya tidak enak, dia tidak bisa menahannya, air matanya mengucur dan kemudian dia terisak-isak.

Felix yang sayup-sayup mendengar suara tangis kemudian membuka matanya dan melihat Ferdian sedang terduduk di tempat tidur disebelahnya dan menangis. Felix bangun dan kemudian menarik Ferdian kembali rebahan sambil memeluknya, ditaruhnya kepala Ferdian didadanya.

"Lo kenapa? Ada apa?"

Ferdian masih terus menangis.

"Ssshh .. Shhh ... Iya puasin dulu nangisnya. Jangan ditahan."

Tak lama tangis Ferdian reda. Felix mengelus-elus rambut Ferdian dan menciumi kepala Ferdian.

"Ada gue disini. Udah, sekarang tidur lagi yaa. Besok kalo lo udah enakan, baru kita ngobrol yaa. Gue ngga mau denger cerita sekarang. Lo harus istirahat."

"Jangan kemana-mana yaa, 'lix, jangan kemana-mana. Gue takut. Deket gue terus yaa, jangan tinggalin gue, 'lix."

Ini kali kedua Ferdian meminta Felix untuk tetap didekatnya dan tidak meninggalkan dirinya.

"Iyaa, gue ngga akan kemana-mana. Gue ada disini terus kok, janji ngga akan ninggalin lo. Sekarang lo tidur yaa. Besok pagi semua akan lebih baik."

Felix menarik selimut dan menyelimuti mereka berdua. Ferdian menarik napas panjang. Pelukan Felix memberikan rasa nyaman. Tak lama kemudian tertidur.

Felix gantian menghela napas panjang. Sesungguhnya perasaan hatinya sama tidak enak tapi dia tidak boleh memperlihatkan itu didepan Ferdian.

Iyaa, hati Felix tak karuan ketika dia menerima sms dari tante yang suaminya sekarang sedang menahan Komang mengatakan bahwa Komang sekarang sedang disekap oleh suaminya.

KomangWhere stories live. Discover now